Telset.id, Jakarta – Setelah kabar tutupnya Path sempat simpang siur di linimasa, kini kepastian itu akhirnya didapat. Setelah delapan tahun sukses meramaikan jagat media sosial, Path akhirnya harus menghadapi kenyataan pahit menutup layanan mereka dengan mengucapkan salam perpisahan.
Apakah ini menjadi pertanda berakhirnya era kejayaan Medsos atau hanya sekedar siklus bisnis yang biasa terjadi akibat kalah dalam kompetisi dengan rival terberatnya, yakni Facebook?
Yang pasti, langkah berhenti Path tidak sendirian karena pada awal tahun lalu medsos yang bernama Klout juga pamit mundur dari dunia maya.
Dilansir Techcrunch, Senin (17/9/2018), salah satu medsos yang sempat popular di Indonesia itu sejatinya baru akan menutup lapaknya pada 18 Oktober mendatang. Namun App Store dan Google Play sudah mulai menghapus keberadaan mereka mulai awal bulan depan.
Baca juga: Ahli Teori Konspirasi Alex Jones Diminta Enyah dari Medsos
Lalu bagaimana data-data atau informasi kontak teman yang ada di aplikasi itu? Gampang! unduh saja Salinan data mereka di path.com/settings/backup sebelum 18 Oktober mendatang. Jangan sampai lupa jika tak ingin data-data Path kalian hilang.
Sejarahnya, Path dibuat oleh mantan Manajer Produk Facebook Dave Morin bersama mantan duet pendiri Napster, yakni Dustin Mierau dan Shawn Fanning pada 2010 silam.
Aplikasi ini semula memiliki fitur terbatas, yakni hanya mampu mewadahi 50 teman untuk setiap pengguna. Tak butuh waktu lama sebelum Path popular karena menjadi alternatif bagi para penggemar medsos yang bosan dengan Facebook karena memiliki fitur desain tambahan yang lebih menarik.
Perusahaan rintisan alias startup ini menjadi semakin popular di kalangan generasi muda di Amerika Serikat (AS) setelah fitur pembatasan teman tersebut dihilangkan.
Puncaknya, Startup ini memiliki sekitar 15 juta pengguna diseluruh dunia dan mampu meraih nilai valuasi hingga US$ 500 juta atau setara Rp 7,4 triliun.
Pantas saja jika Google menjadi ngebet untuk membeli medsos ini dengan mahar hingga US$100 juta atau mencapai Rp 1,4 triliun hanya dalam beberapa bulan sejak peluncurannya.
Startup ini juga sempat berhasil menggalang dana modal dari investor-investor kakap, termasuk nama-nama besar asal Silicon Valey seperti Index, Kleiner Perkins dan Redpoint.
Sayangnya mereka harus mengakui kedigdayaan Facebook setelah berjuang keras untuk mampu bertahan setiap hari. Salah satu sebab kegagalan Path adalah karena taktik Facebook mencontek desain emoji Path yang dipakai hingga kini.
Kinerja Path perlahan mulai memburuk setelah kehilangan banyak pengguna, karena dianggap miskin inovasi, jika dibandingkan aplikasi sejenis yang menjadi pesaingnya.
Walaupun Path telah berupaya meluncurkan aplikasi anyar terpisah untuk menghubungkan bisnis dengan pengguna, yakni Path Talk, namun usaha ini tidak cukup membantu meningkatkan jumlah penggunanya.
Keterpurukan Path akhirnya tak bisa terbendung. Aplikasi ini kemudian dijual ke Kakao, pengembang aplikasi medsos asal Korea Selatan pada 2015, dengan nilai yang tidak diungkapkan.
Baca juga : Rusia akan Denda Rp 11 Miliar pada Medsos Penyebar Hoax
Menariknya, Kakao membeli Path karena mengetahui aplikasi ini sangat popular di Indonesia, dengan memiliki empat juta pengguna.
Tapi strategi tersebut nampaknya juga gagal, karena tidak ada perkembangan sejak tiga tahun terakhir. Kakao juga tak berhasil dengan aplikasi tersebut, hingga kemudian menonaktifkannya.
“Dengan penuh penyesalan kami mengumumkan akan berhenti menyediakan layanan Path yang kami cintai. Kami memulai Path pada 2010 sebagai tim kecil yang terdiri dari para desainer dan insinyur bersemangat dan berpengalaman. Selama bertahun-tahun kami telah mencoba untuk menetapkan misi melalui teknologi dan desain kami ingin menjadi sumber kebahagiaan, makna dan koneksi ke pengguna,” tulis Path. [WA/HBS]
Sumber: Techcrunch
Like!! I blog frequently and I really thank you for your content. The article has truly peaked my interest.
I went over this site and I think you have a lot of good information, saved to fav 🙂