Telset.id – Ingat hiruk-pikuk September lalu, ketika Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang seolah mengukir kesepakatan untuk memisahkan bisnis TikTok di Amerika Serikat? Tiga bulan berlalu, drama yang sama kini bergulir ke babak baru yang lebih konkret. Menurut laporan terbaru, kesepakatan itu akhirnya selangkah lagi menuju pengesahan resmi, dengan CEO TikTok Shou Chew dilaporkan telah memberi tahu karyawan bahwa persetujuan telah ditandatangani.
Berdasarkan memo internal yang diakses Bloomberg, Shou Chew menyampaikan bahwa TikTok dan perusahaan induknya, ByteDance, telah menyetujui kesepakatan untuk pengendalian operasi TikTok di AS. Isi perjanjian ini konon tak jauh berbeda dari skema yang diumumkan Trump awal tahun ini. Sebuah konsorsium investor AS, yang mencakup raksasa teknologi Oracle, serta firma investasi Silver Lake dan MGX, akan mengendalikan mayoritas saham di entitas baru tersebut. Sementara itu, ByteDance diyakini akan mempertahankan kepemilikan minoritas dalam usaha patungan ini. Ini bukan kali pertama jalan menuju kesepakatan TikTok diwarnai lika-liku, seperti yang pernah diulas dalam laporan mengenai rintangan yang dihadapi kesepakatan ByteDance-Oracle.
Yang paling menarik perhatian adalah tenggat waktu yang disebutkan. Dalam memo tersebut, Chew menyebutkan bahwa kesepakatan ini diharapkan akan ditutup pada 22 Januari 2026. “Setelah penutupan, usaha patungan AS, yang dibangun di atas fondasi organisasi TikTok US Data Security (USDS) saat ini, akan beroperasi sebagai entitas independen dengan otoritas atas perlindungan data AS, keamanan algoritme, moderasi konten, dan jaminan perangkat lunak,” tulisnya, seperti dikutip Bloomberg. Pernyataan ini mengisyaratkan upaya keras untuk memisahkan infrastruktur data dan tata kelola konten TikTok AS dari pengaruh globalnya, sebuah langkah yang dianggap krusial untuk meredakan kekhawatiran keamanan nasional.
Baca Juga:
Namun, di balik optimisme dari internal TikTok, satu pertanyaan besar masih menggantung: di mana posisi pemerintah China? Trump pernah menyatakan pada September bahwa China “sepenuhnya mendukung” kesepakatan ini. Namun, pertemuan-pertemuan lanjutan antara kedua pihak sejauh ini hanya menghasilkan pernyataan-pernyataan yang samar. Pada Oktober lalu, Kementerian Perdagangan China mengatakan akan “bekerja sama dengan AS untuk menyelesaikan masalah terkait TikTok dengan baik.” Ketidakpastian dari Beijing ini menambah lapisan kompleksitas, mengingat sejarah panjang negosiasi yang penuh pasang surut, seperti pernah dibahas dalam analisis mengenai misteri kesepakatan TikTok meski AS-China dekat deal.
Jika benar kesepakatan ini akhirnya difinalisasi pada bulan depan, maka waktu pelaksanaannya akan bertepatan hampir persis setahun setelah perintah eksekutif pertama Trump yang menunda pemberlakuan undang-undang yang mewajibkan penjualan atau pelarangan aplikasi tersebut. Sejak saat itu, Trump telah menandatangani beberapa perpanjangan waktu untuk memberi ruang negosiasi. Perjalanan panjang ini mencerminkan tarik-ulur kepentingan geopolitik, keamanan siber, dan bisnis teknologi global yang sangat intens. Kebijakan Trump dalam menangani isu teknologi dan keamanan data sendiri kerap menuai sorotan, termasuk dalam kasus kesepakatan data center dengan UAE yang memicu kritik.
Lantas, apa arti semua ini bagi pengguna, kreator, dan pasar digital AS? Keberadaan TikTok sebagai entitas yang secara teknis “independen” di bawah kendali investor AS berpotensi mengubah dinamika persaingan platform media sosial. Dengan kontrol penuh atas data dan algoritme lokal, TikTok AS bisa mengembangkan fitur atau kebijakan konten yang lebih spesifik menyesuaikan regulasi dan selera pasar Amerika. Di sisi lain, pemisahan ini juga menimbulkan tanda tanya tentang konsistensi pengalaman pengguna global dan kemampuan platform untuk berinovasi secara terpusat. Bagaimanapun, langkah ini menandai babak baru dalam era di where batas-batas digital dan kedaulatan data menjadi medan pertarungan utama bagi raksasa teknologi dunia.

