Telset.id – Bayangkan hidup tanpa internet selama berhari-hari saat bencana melanda. Itulah realitas pahit yang dihadapi warga Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat pasca banjir bandang yang memorak-porandakan infrastruktur telekomunikasi. Namun, kabar baik datang dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) yang bergerak cepat dengan menyediakan 10 titik layanan internet satelit darurat. Bagaimana langkah strategis ini bisa menjadi penolong di tengah krisis?
Bencana banjir bandang tidak hanya menyisakan duka dan kerusakan fisik, tetapi juga memutus akses informasi yang menjadi nadi kehidupan modern. Dalam situasi seperti ini, konektivitas bukan sekadar kemewahan, melainkan kebutuhan vital untuk koordinasi evakuasi, pencarian korban, hingga memastikan bantuan sampai ke titik yang paling membutuhkan. Koneksi internet satelit menjadi solusi tepat ketika infrastruktur terrestrial lumpuh total.
Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid menegaskan komitmen pemerintah dalam memulihkan konektivitas warga. “Dengan cara ini, warga dapat kembali terhubung meskipun infrastruktur konektivitas sedang mengalami gangguan,” tegas Meutya dalam siaran pers yang dikutip Senin (1/12/2025). Pernyataan ini bukan sekadar retorika, melainkan bukti nyata bagaimana teknologi satelit bisa menjadi penyelamat di saat darurat.
Baca Juga:
Satelit Satria-1 yang menjadi tulang punggung operasi ini bukan pemain baru. Sejak diluncurkan tahun lalu, satelit ini memang dirancang khusus untuk menjangkau wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) dan daerah yang sulit diakses. Desainnya yang tahan banting membuatnya ideal untuk kondisi bencana, di mana infrastruktur darat seringkali rusak parah. Keberadaan Satria-1 membuktikan bahwa investasi teknologi satelit bukan proyek hiasan, melainkan aset strategis nasional.
Operasi tanggap darurat ini melibatkan kolaborasi multipihak yang patut diapresiasi. Pada Minggu (30/11), Tim BAKTI Komdigi bersama BNPB, Tim SAR, dan TNI melakukan mobilisasi perangkat ke titik-titik layanan internet. Koordinasi yang solid ini menunjukkan bahwa penanganan bencana di era digital membutuhkan sinergi antara teknologi dan sumber daya manusia yang terlatih.
Daftar Lengkap 10 Titik Layanan Internet Satelit
Berikut adalah lokasi-lokasi strategis yang telah dipilih untuk pemasangan layanan internet Satria-1:
- Bandara Pinangsori/Dr. Fredric Lumban Tobing, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatra Utara
- SMAN 1 Plus Matauli Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatra Utara
- Dekat Masjid Baitul Gafur, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh
- Command Center, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh
- Kantor Wali Kota Lhokseumawe, Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh
- Kota Langsa, Provinsi Aceh
- Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh
- Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh
- Jorong Bukik Malanca, Nagari Malalak Timur, Kecamatan Malalak, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat
- UPT BNPB Regional Sumatera Barat, Kota Padang, Provinsi Sumatra Barat
Pemilihan lokasi-lokasi ini menunjukkan pertimbangan matang dari tim Komdigi. Bandara menjadi titik vital untuk koordinasi logistik dan evakuasi, sekolah berfungsi sebagai pusat informasi masyarakat, masjid menjadi tempat berkumpul warga, sementara kantor pemerintah dan command center menjadi pusat kendali operasi. Pendekatan multipoint ini memastikan jangkauan yang maksimal dengan sumber daya yang terbatas.
Perkembangan teknologi internet satelit global semakin memantapkan posisi Indonesia dalam pemanfaatan teknologi ini. Seperti yang pernah kami laporkan, China Luncurkan Satelit Uji Coba Teknologi Internet dari Jiuquan, menunjukkan bagaimana negara-negara besar berlomba menguasai teknologi ini. Bahkan perusahaan swasta seperti Amazon Luncurkan Satelit Internet ke Luar Angkasa mengikuti jejak Starlink dalam membangun konstelasi satelit internet.
Yang menarik, Indonesia tidak hanya bergantung pada satu provider saja. Kerjasama dengan berbagai pihak, seperti yang dilakukan SES Luncurkan Satelit O3b mPower untuk Dukung Jaringan Internet Indonesia, menunjukkan strategi diversifikasi yang cerdas. Dalam situasi bencana, memiliki multiple backup system bisa menjadi pembeda antara hidup dan matinya konektivitas.
Meutya Hafid juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan memanfaatkan layanan akses internet ini untuk mendapatkan informasi resmi dari pemerintah. Imbauan ini penting mengingat di tengah krisis, informasi hoaks seringkali menyebar lebih cepat daripada bantuan. Akses internet yang stabil menjadi senjata ampuh melawan misinformasi yang bisa memperparah situasi.
Operasi pemulihan konektivitas ini bukan sekadar proyek instalasi teknis, melainkan misi kemanusiaan yang menyentuh langsung kebutuhan dasar masyarakat. Ketika seorang ibu bisa menghubungi anaknya yang terpisah, ketika tim medis bisa mengakses data pasien, ketika relawan bisa mengkoordinasikan distribusi bantuan – disitulah nilai sebenarnya dari teknologi ini terasa.
Pengalaman ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Investasi dalam teknologi satelit dan infrastruktur telekomunikasi yang tahan bencana bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Dengan frekuensi bencana yang semakin meningkat akibat perubahan iklim, kesiapan teknologi komunikasi darurat harus menjadi prioritas nasional.
Langkah Komdigi ini patut diapresiasi, namun juga perlu dievaluasi. Seberapa cepat respon time-nya? Apakah kapasitas bandwidth yang disediakan memadai? Bagaimana dengan keberlanjutan layanan pasca keadaan darurat? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu dijawab untuk perbaikan sistem di masa depan.
Yang pasti, ke-10 titik internet satelit ini menjadi simbol harapan di tengah keputusasaan. Mereka adalah bukti bahwa meskipun alam bisa menunjukkan kekerasannya, teknologi dan solidaritas manusia bisa menjadi penangkalnya. Dan dalam dunia yang semakin terhubung, memulihkan konektivitas sama pentingnya dengan memulihkan infrastruktur fisik.

