Polda Metro Waspadai Live TikTok Ajak Pelajar Demo Buruh

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Bayangkan, di tengah malam yang sunyi, seorang remaja membuka aplikasi TikTok. Bukan untuk menonton video lucu atau tren dansa terbaru, melainkan menyaksikan siaran langsung yang mengajaknya turun ke jalan melakukan demonstrasi. Inilah yang sedang menjadi perhatian serius Polda Metro Jaya: konten live TikTok yang menghasut pelajar ikut aksi buruh besok.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, secara tegas menyoroti fenomena baru ini. Dalam konferensi pers Rabu (27/8/2025), dia membeberkan kekhawatiran aparat terhadap metode ajakan demo melalui platform media sosial yang disertai harapan hadiah atau gift dari penonton. “Mohon maaf, dengan live sebuah media sosial yang metodenya kalau tidak salah berharap ada gift ada hadiah dan lain sebagainya. Kami berharap ini tidak terjadi lagi,” ujar Ade Ary dengan nada prihatin.

Lantas, bagaimana tepatnya mekanisme yang membuat para pelajar ini menjadi target? Ternyata, pelaku memanfaatkan fitur live TikTok yang memungkinkan interaksi langsung dengan penonton. Mereka tidak hanya menyampaikan ajakan, tetapi juga membangun narasi persuasif sambil mengharapkan hadiah virtual yang bisa dikonversi menjadi uang tunai. Sebuah strategi yang cerdik sekaligus mengkhawatirkan.

Edukasi dan Pengawasan Ketat

Polda Metro Jaya tidak tinggal diam. Ade Ary menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan pemantauan intensif dan edukasi terhadap pihak-pihak yang berpotensi mengganggu jalannya aksi. “Kami melakukan pemantauan, melakukan edukasi. Tim juga sudah melakukan komunikasi, memberikan imbauan saat menemukan ada yang sedang live menyampaikan ajakan-ajakan yang bersifat provokasi,” jelasnya.

Yang lebih mengkhawatirkan, ajakan ini tidak hanya sekadar seruan tanpa konsekuensi. Pelaku bisa dikenai tindakan hukum jika terbukti melakukan perbuatan pidana dan ada pihak yang dirugikan. “Dan apabila nanti ada ditemukan perbuatan pidana, kemudian ada pihak yang dirugikan tentunya akan kami lakukan upaya-upaya penegakan hukum ya,” tegas Ade Ary.

Fenomena ini mengingatkan kita pada insiden sebelumnya dimana Jefri Nichol pernah viral karena ikut demo tolak Omnibus Law. Namun kali ini, yang menjadi sorotan adalah metode persuasi yang lebih modern dan berbahaya karena menyasar generasi muda yang masih labil.

Kesiapan Pengamanan yang Massive

Untuk mengantisipasi aksi demonstrasi buruh besok, Polda Metro Jaya menyiapkan 4.531 personel gabungan. Jumlah yang tidak main-main ini terdiri atas anggota Polri, TNI, dan pemda. Rinciannya adalah 2.174 personel Polda Metro Jaya dan 1.725 personel bawah kendali operasi (BKO).

Unsur-unsur satuan yang dilibatkan pun sangat komprehensif: TNI AD, Marinir, Brimob Mabes, Den C, Kodim Jakarta, Kogas Sabhara, Satpol PP, dan Dishub, serta 632 personel polres jajaran. Ini menunjukkan keseriusan aparat dalam menjaga keamanan dan ketertiban selama aksi berlangsung.

Persiapan ini bukan tanpa alasan. Sejarah menunjukkan bahwa aksi demonstrasi seringkali dimanfaatkan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Ade Ary mengingatkan semua pihak untuk bekerja sama menghindari infiltrasi dari oknum yang ingin memanfaatkan situasi. “Ini mohon juga kita bekerja sama menghindari pihak-pihak lain yang ingin mencoba memanfaatkan situasi, masuk, tanda kutip menyusup,” ujarnya.

Dalam konteks yang lebih luas, isu ini juga berkaitan dengan kebijakan perusahaan teknologi terhadap partisipasi karyawan dalam aksi demonstrasi. Seperti yang terjadi pada Google yang mengizinkan karyawannya ikut demo ‘May Day’, menunjukkan bahwa dunia korporasi pun memiliki pandangan berbeda tentang hak berekspresi karyawan.

Dampak terhadap Dunia Pendidikan

Mendikdasmen sudah meminta guru untuk mengawasi ketat siswa agar tidak ikut-ikutan demo. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan di era digital. Guru tidak hanya berhadapan dengan pengaruh lingkungan fisik, tetapi juga tekanan dari dunia maya yang lebih sulit dikendalikan.

Anak-anak zaman sekarang memang lahir sebagai digital native. Mereka lebih mahir menggunakan media sosial daripada orang tua mereka. Namun, kematangan emosional dan pemahaman politik mereka masih perlu dibimbing. Live TikTok yang menawarkan hadiah untuk partisipasi dalam demo jelas merupakan eksploitasi terhadap kerentanan ini.

Perkembangan teknologi memang membawa dampak ganda. Di satu sisi, media sosial seperti TikTok bisa menjadi platform kreativitas dan ekspresi. Di sisi lain, menjadi alat propaganda yang efektif untuk menyebarkan pengaruh negatif. Seperti halnya Apple yang mempercepat rencana pindahkan lokasi produksi iPhone di luar China karena pertimbangan geopolitik, platform media sosial pun harus mempertimbangkan dampak sosial dari fitur-fiturnya.

Pertanyaannya sekarang: sampai di mana batas kebebasan berekspresi di media sosial? Kapan ajakan berubah menjadi hasutan? Dan yang paling penting, bagaimana melindungi generasi muda dari pengaruh negatif tanpa mengekang hak mereka untuk mendapatkan informasi?

Yang jelas, kolaborasi antara orang tua, sekolah, aparat penegak hukum, dan platform media sosial sendiri menjadi kunci. Edukasi literasi digital harus menjadi prioritas, sementara platform perlu memperketat pengawasan konten live yang berpotensi membahayakan.

Kita semua tentu tidak ingin melihat anak-anak sekolah terlibat dalam kerusuhan atau menjadi korban provokasi. Mereka harusnya menghabiskan waktu untuk belajar dan mengembangkan potensi, bukan terlibat dalam aksi demonstrasi yang bisa membahayakan keselamatan mereka.

TINGGALKAN KOMENTAR
Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI