Telset.id – Jika Anda mengira algoritma hanya berkutat di dunia pemrograman komputer, bersiaplah untuk terkejut. Konsep yang dirumuskan oleh ilmuwan Muslim Al-Khawarizmi ini telah menjelma menjadi senjata tersembunyi di balik industri judi online yang merugikan jutaan pemain.
Menurut laman resmi Binus, algoritma adalah rangkaian langkah sistematis yang dirancang untuk menyelesaikan suatu masalah. Dalam konteks pemrograman, ia menjadi fondasi logika yang membuat program berjalan sesuai perintah. Dua metode umum dalam menyusun algoritma adalah flowchart (diagram visual) dan pseudocode (bahasa semi-formal).
Sejarah algoritma sendiri merentang jauh ke masa lalu, dimulai dari Al-Khawarizmi yang merumuskan prosedur matematika sistematis. Beberapa abad kemudian, Alan Turing membuktikan bahwa mesin juga dapat menjalankan algoritma, membuka jalan bagi revolusi komputer modern. Kini, algoritma bahkan menjadi inti dari kecerdasan buatan seperti yang terlihat pada proyek terbaru OpenAI.
Baca Juga:
Algoritma di Balik Layar Judi Online
Namun, tidak semua penerapan algoritma bermuara pada kemaslahatan. Dalam industri perjudian daring, algoritma justru menjadi senjata tersembunyi yang mempermainkan nasib pemain. Dua jenis algoritma utama yang bekerja di balik layar adalah Random Number Generator (RNG) dan algoritma pembayaran.
RNG adalah inti permainan yang memastikan hasil setiap taruhan bersifat acak. Setiap putaran mesin slot, misalnya, dipicu oleh angka acak yang terus berubah. Belakangan, muncul sistem provably fair yang memungkinkan pemain memverifikasi keadilan hasil secara manual.
Tapi menurut Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada, keacakan ini sering kali menyesatkan. “Tidak ada cerita main judi itu menang. Iming-iming itu hanya sebuah kebohongan,” tegasnya dalam konferensi pers Mei 2025. Sistem algoritma situs judi online sudah dikustomisasi agar pemain terus kalah, sementara perang psikologis dilakukan operator untuk membuat pemain tetap bertaruh.
Ilusi Kemenangan yang Mematikan
Algoritma pembayaran dalam judi online dirancang untuk mempertahankan profitabilitas kasino sambil menyesatkan pemain dengan bonus dan insentif. Kasino menganalisis pola taruhan, frekuensi bermain, dan tingkat keterlibatan untuk memberikan penawaran yang tampak menggiurkan.
Kepala PPATK Ivan Yustiavandana mengingatkan: “Pemain jual dua mobil mewah dan uangnya digunakan untuk judi online. Lalu, menang dan dapat satu motor. Mereka lupa kalau sudah hilang dua mobil mewah.” Fenomena ini membuka diskusi tentang bagaimana algoritma bisa berubah dari alat bantu logis menjadi jebakan digital yang licin.
Seperti halnya algoritma rekomendasi Spotify atau sistem pencarian Pinterest, algoritma judi online pun dirancang untuk memanipulasi perilaku pengguna – namun dengan konsekuensi yang jauh lebih destruktif.
Di satu sisi, algoritma adalah fondasi teknologi modern. Di sisi lain, ketika jatuh ke tangan yang salah, ia bisa menjadi senjata digital yang mematikan. Pertanyaannya sekarang: Sudah sejauh mana kita memahami dan mengendalikan algoritma yang mengatur hidup kita?