Telset.id – Di sejumlah negara, termasuk Indonesia, mulai melonggarakan kebijakan pembatasan aktifitas warganya. Di sisi lain, wabah virus Covid-19 masih belum surut. Di sinilah, manusia dituntut menjalankan pola hidup baru atau “New Normal” demi kelanjutan bisnis dan pendidikan. Cloud Computing bisa menjadi solusi paling ideal saat new normal.
Istilah new normal pertama kali dijelaskan Presiden Joko Widodo saat menggelar video conference pada Jumat (15/5/2020) lalu. Menurut Jokowi, new normal artinya cara hidup manusia berubah setelah adanya wabah Covid-19.
Hal ini wajib dilakukan karena suka atau tidak suka, manusia harus menyesuaikan diri supaya tidak tertular virus corona, karena hingga kini vaksinnya masih belum ditemukan.
Dengan kata lain, new normal harus dijalankan demi kelanjutan bisnis dan pendidikan, serta kelangsungan hidup manusia di tengah wabah Covid-19.
New Normal sebagai pilihan paling rasional untuk bisa kembali produktif demi kelanjutan bisnis dengan melakukan berbagai aktivitas, tapi dengan menerapkan protokol kesehatan selama masa pandemik.
“Kehidupan kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah ini. Itu keniscayaan, itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai new normal atau tatanan kehidupan baru. Tapi kehidupan yang berbeda itu bukan kehidupan yang penuh pesimisme atau ketakutan,” ujar Jokowi.
Prinsip utama dari new normal itu sendiri adalah dapat menyesuaikan dengan pola hidup. Secara sosial, kita pasti akan mengalami sesuatu bentuk new normal atau kita harus beradaptasi dengan beraktivitas, dan bekerja, dan tentunya harus mengurangi kontak fisik.
Problem yang Dialami karena Pandemi
Saat ini semua negara di dunia sedang menghadapi ketidakpastian yang sama karena pandemi wabah Virus Covid-19. Pandemi ini tidak lagi hanya bicara tentang masalah kesehatan, tetapi menyebabkan disrupsi di banyak sektor.
Sektor yang terkena dampak seperti pekerja kantoran, keberlangsungan pendidikan di sekolah, logistik, finansial, penjualan retail, manufaktur, transportasi, hiburan, pertanian dan peternakan, acara religi, travel, atau bisa dikatakan hampir semua sektor terkena imbasnya.
Lockdown atau PSBB di negara kita, menyebabkan banyak sektor terdampak dan mengalami kerugian, apalagi dilaksanakan menjelang Hari Raya yang biasanya menjadi saat yang bagus untuk pertumbuhan ekonomi.
Mal-mal dan pusat perbelanjaan yang mengumpulkan aktivitas banyak orang ditutup, hanya menyisakan penjual barang keperluan sehari-hari, terutama makanan.
Bisnis yang Terpukul
Sebelumnya, mal-mal atau toko-toko fisik tradisional juga sudah mulai mendapat dampak dari penjualan di e-commerce atau online yang bertumbuh, tetapi kali ini benar-benar terpukul.
Super retail sekalipun yang punya nama besar, tidak kuat dan terpaksa melepas karyawannya. Setiap hari tingkat pengangguran meningkat. Banyak stok barang tidak bisa dijual, dan dari sisi konsumen juga banyak yang melakukan panic buying, sehingga beberapa tipe komoditas menjadi sulit dicari.
Sementara itu, tetap ada banyak bisnis retail yang bisa terus bergulir bahkan cenderung naik trafficnya, yaitu e-commerce atau penjualan secara online.Tetapi walaupun sudah cukup lama e-commerce menggeliat di tanah air, jumlah pengguna dari sisi retailer belum di semua bidang.
Beberapa perusahaan malah merasa tidak cocok ada di e-commerce yang umum, dengan berbagai alasan, seperti kategori atau tipe usaha, security, pengelolaan data, dan lain sebagainya.
Tetapi mereka sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan agar perusahaannya bisa berjalan menjadi digital dan online. Paling jauh, biasanya hanya membuat website sepert layaknya penggant brosur.
Selanjutnya >