Telset.id, Jakarta – Pada April 2019, roket InSight milik NASA mencatat sesuatu yang diyakini sebagai “Marsquake” atau gempa di Mars. Sepuluh bulan kemudian, ditemukan fakta bahwa Mars jauh lebih aktif daripada perkiraan.
Serangkaian studi penelitian yang diterbitkan dalam Nature Geoscience dan Nature Communications mengungkapkan bahwa alat seismometer pada roket InSight menemukan 174 “Marsquake” dalam periode yang berakhir September 2019.
Dari jumlah itu, dikutip Telset.id dari New York Post, Jumat (28/02/2020), 20 di antaranya memiliki besaran tiga atau empat. Saat ini, ada lebih dari 450 sinyal seismik. Sebagian besar adalah gempa, terbesar bersakala 4,0 richter.
{Baca juga: NASA Sebut Alien Bersembunyi di Gua-gua Kuno Mars}
Dua gempa terbesar di planet Mars terjadi di wilayah Cerberus Fossae. “Pada akhir 2019, SEIS mendeteksi sekitar dua sinyal seismik per hari, menunjukkan bahwa InSight mendarat pada waktu yang sangat sepi,” terang NASA.
Penyelidik utama InSight di JPL, Bruce Banerdt, mengatakan bahwa para peneliti akhirnya menetapkan Planet Merah adalah aktif secara seismik. Mars memiliki aktivitas seismik yang lebih besar daripada Bulan.
{Baca juga: 5 Planet Pengganti Bumi yang Bisa Dihuni Manusia, Siap-siap Pindah!}
Sebagian besar gempa yang ditemukan di Mars terjadi di kedalaman antara 30 kilometer dan 50 kilometer. Secara signifikan, menurut peneliti NASA, gempa tersebut lebih dalam daripada kebanyakan gempa bumi.
Menemukan dan merekam gempa akan membuat para ahli memahami seperti apa interior Mars. Mars tidak memiliki lempeng tektonik, melainkan daerah vulkanis aktif yang membuat tempat lava mengalir 10 juta tahun terakhir. (SN/MF)