Tren Smartphone 2019: Sengitnya Pertarungan Kelas Mid-Range

Telset.id, Jakarta – Tak lama lagi kita akan menutup tahun 2019. Di sepanjang tahun ini, para vendor sudah merilis berbagai model smartphone dengan menawarkan teknologi inovatif yang menarik. Pertarungan paling sengit terjadi di kelas mid-range. Lantas, bagaimanakah tren smartphone sepanjang tahun 2019?

Tahun 2019 bisa dibilang menjadi tahun yang sibuk bagi semua vendor ponsel. Hampir setiap bulan kita melihat ada produk baru yang diluncurkan. Jika diperhatikan, ada empat sektor yang paling menonjol di sepanjang tahun 2019, yaitu layar, kamera, teknologi fingerprint, dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Jika disimak, teknologi layar smartphone yang dikembangkan para vendor telah melewati tiga perkembangan, yaitu layar penuh (bezel-less), layar lipat (foldable), dan layar berlubang.

{Baca juga: Telset Editor’s Choice 2019: Smartphone of the Year}

Layar penuh atau bezel-less disini maksudnya display smartphone penuh menutupi bagian depan. Para vendor meletakkan kamera depan smartphone layar penuh di dalam cerukan pada bagian atas layar bernama notch.

Meski sudah ada sejak 2018, namun tren ini semakin masif digunakan para vendor saat meluncurkan produknya di tahun 2019. Bahkan bisa dibilang tren layar penuh ini yang paling populer, dan ada di semua kelas.

Merek-merek ternama seperti Samsung, Oppo, vivo, Xiaomi, dan juga Huawei paling gencar meluncurkan varian smartphone dengan model layar penuh atau bezel-less.

Kemudian muncul juga tren layar berlubang. Meski tidak terlalu banyak vendor yang mengunakannya pada produk mereka. Kemungkinan teknologi layar berlubang ini cukup mahal untuk diadopsi, sehingga tidak semua pabrikan tertarik membuatnya.

Maksud dari layar berlubang disini bukan berarti layarnya bolong. Jadi maksudnya layar berlubang adalah, smartphone yang memiliki layar penuh yang kamera depannya tidak diletakkan di dalam notch, tetapi pada sisi kiri atas layar, menjadi satu dengan layar.

Peletakan kamera seperti itu akan membuat layar akan tetap terlihat penuh secara tampilan, tetapi akan terkesan berlubang kecil. Beberapa smartphone yang sudah mengadopsi teknologi ini antara lain Honor V20 dan Huawei Nova 4.

 

Tren berikutnya adalah layar lipat. Meski tren ponsel lipat sudah pernah muncul di era “kejayaan Nokia” lewat Nokia Communicator yang legendaris, namun tren smartphone layar lipat di 2019 sudah mengusung teknologi jauh lebih maju.

Seperti namanya, smartphone layar lipat memang bisa dilipat penggunanya. Namun berbeda dengan Nokia Communicator yang hanya memiliki satu layar, smartphone layar lipat di tahun 2019 ini memungkinkan pengguna dapat menikmati dua layar.

Jadi, saat ditutup, pengguna akan bisa melihat layar seukuran smartphone biasa. Tetap saat dibuka, maka ukurannya layarnya dua kali layar lebih besar, atau kurang lebih seukuran tablet.

Layar lipat ini sangat menarik, karena pengguna juga bisa menjalankan aplikasi yang berbeda di masin-masing layar. Jadi, misalnya layar satu membuka YouTube, layar keduanya bisa menjalankan aplikasi lain seperti email atau bermain game.

Ada tiga vendor yang sudah meluncurkan smartphone layar lipat, yakni Huawei Mate X, Motorola RAZR, dan yang baru saja masuk ke Indonesia adalah Samsung Galaxy Fold.

Fingerprint dan AI di Smartphone  

Fingerprint di smartphone keluaran 2019 tidak lagi berada di bagian depan tetapi di belakang, biasanya di bawah kamera belakang. Hal ini dilakukan demi layar depan bisa penuh tanpa diganggu kotak sendiri untuk meletakakan jari.

Kemudian penempatan fingerprint ini kembali diletakkan di bagian depan, tetapi hanya berupa sensor internal yang bisa mendeteksi melalui layar. Contohnya seperti yang ada di Samsung Galaxy S10, Vivo Apex, dan OnePlus 7.

Sementara untuk AI, para produsen smartphone mulai mengembangkan AI dalam produk buatan mereka, agar bisa mendukung kinerja smartphone lebih maksimal. Contohnya yang banyak dipakai adalah AI digunakan dalam kamera sebagai fitur pendeteksi wajah dan pemberian efek foto atau filter.

AI dapat juga hadir dalam bentuk asisten pribadi, seperti Samsung Bixby di Samsung Galaxy Note 10, Bixby memiliki berbagai fitur baru yang semakin mendukung perannya sebagai asisten digital seperti Bixby Routine.

Yang menarik, di tahun 2019 ini fitur AI tak hanya dihadirkan pada smartphone flagship berharga mahal. Fitur kecerdasan buatan itu sudah digunakan oleh ponsel-ponsel pintar kelas menengah. AI banyak digunakan terutama untuk fitur kamera.

Tren Kamera

Fitur kamera smartphone menjadi yang paling terlihat menonjol, karena di hampir semua vendor fokus pada sektor kamera sebagai senjata utama untuk menarik hati konsumen. Teknologi yang dihadirkan juga tak hanya sebatas software, tapi juga fitur kamera unik, seperti flip dan rotating camera.

Ada dua vendor yang paling menonjol menawarkan fitur kamera unik flip dan rotating camera, yakni Asus yang meluncurkan Zenfone 6, dan juga Samsung dengan jagoannya Galaxy A80.

Hal menarik lainnya di sektor kamera adalah smartphone yang rilis tahun 2019 memiliki lebih dari satu kamera. Kamera yang dimaksud adalah kamera belakang yang diletakkan berjejer atau mengotak. Dengan konfigurasi seperti itu, setiap kamera akan memiliki fungsinya sendiri. Mulai dari kamera utama, wide angle, makro, dan juga telephoto.

Di tahun ini juga kita melihat smartphone multikamera mulai merambah ke semua kelas atau segmen. Tidak hanya di kelas flagship premium, tapi juga sudah digunakan smartphone kelas mid-range atau menengah.

Persaingan para vendor di sektor kamera ini juga diamini oleh gadget enthusiast Lucky Sebastian. Menurutnya, tren smartphone di 2019 sangat kentara perkembangannya di tren kamera dengan megapixel (MP) besar.

{Baca juga: Telset Editor’s Choice 2019: Best Camera Smartphone}

Lucky menjelaskan bahwa tren ini menarik karena membuka lagi ingatan akan pertempuran angka-angka MP besar di kamera zaman dulu. Sementara sebagian besar pengguna sudah mulai mengerti kualitas kamera tidak ditentukan dengan besaran MP.

Ini melahirkan pertanyaan baru, kenapa vendor kembali lagi ke tren kamera MP besar, dan ini didukung oleh pembuat chip prosesor serta pembuat sensor kamera.

“Jadi ada sebuah grand design industri yang seharusnya berbeda arah dengan tren MP besar kamera zaman dulu,” ujar Lucky kepada Telset.id.

Smartphone Gaming

Semua smartphone modern memang sudah mampu diajak bermain game. Namun, hanya segelintir smartphone yang mengukuhkan diri sebagai smartphone gaming yang mumpuni.

Yang dimaksud mumpuni disini adalah smartphone yang memang sudah mendukung penggunanya untuk bermain game apapun, berkat spesifikasi dan fitur yang dibawa di dalamnya.

Di tahun 2019 juga mulai banyak vendor yang merilis ‘smartphone gaming’. Meski menurut Telset.id, tercatat hanya dua vendor yang benar-benar membuat smartphone sebagai perangkat gaming.

Kedua vendor yang dimaksud adalah Asus yang mengandalkan ROG Phone, dan pesaingnya Black Shark. Sementara beberapa vendor lainnya seperti vivo dan realme, hanya sebatas mengklaim sebagai ponsel gaming.

Asus bisa dibilang vendor paling serius di segmen gaming lewat perangkatnya berlabel ROG. Meski masih memimpin pasar, namun pabrikan asal Taiwan ini harus waspada dengan kehadiran rivalnya asal China, Black Shark, yang menawarkan harga lebih miring.

Mid-range Paling Sengit

Tahun 2019 juga menjadi berkah bagi banyak pengguna smartphone di kelas mid-range, karena pertempuran di segmen ini paling sengit, dan banyak vendor mencoba memasukkan teknologi terbaiknya di kategori ini untuk merebut banyak pelanggan, terutama teknologi kamera dan chipset kelas mid-range yang cukup bertenaga.

Kategori ini menyumbang paling banyak pengguna, dimana tren pertempuran teknologi dulu hanya terjadi di hi-end smartphone, sekarang pertempuran teknologi juga terjadi di segmen hi-end dan kelas mid-range.

Tren tersebut membuat segmentasi smartphone sekarang cenderung makin meningkat dan nyaris tanpa batasan antara low, mid, flagship. Bahkan kelas entry level di bawah sejutaan nyaris tidak ada pemainnya.

Lucky melihat di tahun 2019 ini segmentasi smartphone di pasar Indonesia menarik karena terjadi peningkatan di kelas mid-range phone dengan harga 2 jutaan ke atas. “Di segmen ini banyak hadir smartphone yang menarik dan mumpuni, dari sisi kinerja dan tentu saja kamera,” imbuhnya.

{Baca juga: Telset Editor’s Choice 2019: Best Mid-End Smartphone}

Menurut Lucky, beberapa fitur dan teknologi yang biasanya hanya ada di smartphone flagship, banyak diturunkan di kelas smartphone ini, yang membuatnya menjadi semakin menarik.

Di segmen flagship juga menarik, banyak vendor mulai berani menurunkan seri flagship-nya untuk pasar Indonesia, yang sebelumnya hanya dikuasai Samsung dan Apple. Walau dari sisi penjualan belum banyak memberikan dampak signifikan.

“Brand seperti Huawei memulai gaung flagship-nya, kemudian dari Oppo, Asus, dan yang juga menarik Realme, yang mencoba membuat kategori “flagship” yang lebih terjangkau,” terang Lucky.

Penguasa Pasar

Persaingan sengit tak hanya dari sisi teknologi yang dihadirkan, tapi juga persaingan memperebutkan tahta penguasa pasar. Tak ayal, saling klaim sebagai pemimpin pasar pun terjadi.

Seperti kita tahu, Samsung dan Oppo beberapa waktu lalu saling klaim sebagai penguasa pasar Indonesia. Lantas siapa pemimpin pasar yang sebenarnya di tahun 2019?

Menurut Lucky, keduanya baik Oppo maupun Samsung memang memiliki sandaran survey yang berbeda, Oppo berdasarkan pengapalan, sementara Samsung berdasarkan barang yang terjual ke konsumen.

Jadi untuk mengetahui siapa yang nomor satu, hanya kedua brand tersebutlah yang tahu, untuk mencocokkan penjualannya dengan hasil survey. Tetapi karena siapa pemegang list nomor satu sangat berpengaruh untuk marketing, kita kemungkinan tidak akan mengetahuinya secara pasti.

Memang sekarang ini Samsung sebagai penguasa pasar sedang diserbu oleh berbagai brand, terutama brand dari Tiongkok. “Ini hal yang wajar, dan selalu terjadi, siapa sedang di atas, pasti ada yang ingin merebutnya,” ujar Lucky.

Menariknya di tahun 2019 ini Samsung juga fight dengan strategi seri A yang komplit tipenya dan memasuki semua lini. Cepatnya Samsung berbenah, membuat kansnya untuk tetap bertahan menjadi lebih kuat.

Karena seperti yang sudah kita lihat, siapa yang terlambat, seperti LG dan Sony, walaupun sebagai brand yang sudah sangat dikenal dan dipercaya, tapi akhirnya tersingkir dari persaingan pasar.

“Kalau memperhatikan dalam sebuah grup, BBK electronics, Oppo, Vivo, dan Realme dalam satu naungan, grup ini memiliki kans besar untuk menguasai pasar,” jelas Lucky. [HBS]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


Related Articles

HARGA DAN SPESIFIKASI
REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI