Telset.id, Jakarta – Semua orang tahu, kalau Huawei merupakan perusahaan terbesar asal China dengan lebih dari 180 ribu karyawan di lebih dari 170 negara di dunia. Huawei menjalankan bisnis telekomunikasi dan teknologi yang menghasilkan lebih dari USD 100 miliar atau sekitar Rp 1420 triliun per tahun.
Tapi, apakah Anda tahu kalau Huawei punya bisnis sampingan yang mayoritas tidak berkaitan dengan telekomunikasi?
Ya, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (11/10/2019), bisnis sampingan Huawei ternyata lebih banyak di bidang perhotelan.
{Baca juga: Harga Rp 2,7 Jutaan, Ini 5 Keunggulan Huawei Watch GT 2}
Bisnis sampingan tersebut dikelola oleh anggota keluarga Ren Zhengfei, bos Huawei. Selain itu, bisnis sampingan lain Huawei menyasar sektor makanan dan perkebunan anggur.
Putri Ren Zhengfei, Sabrina Meng Wanzhou, juga dipasrahi mengelola usaha sampingan Huawei. Demikian pula saudara laki-laki, putra, dan istrinya.
Ren Zhengfei, yang sekarang berusia 74 tahun, sebenarnya hanya memiliki hanya 1,14 persen saham Huawei.
Namun demikian, ia punya otoritas absolut, dan memegang kekuasaan veto. Ia rutin membuat memo untuk kemudian disebarkan ke semua staf Huawei untuk dipelajari.
Memegang jabatan Chief Logistics Officer Huawei, Steven Ren Shulu, bertugas mengawasi usaha di bidang konstruksi, katering, dan perhotelan.
Ia juga mengawasi proyek kampus baru di Dongguan serta blok apartemen baru untuk karyawan di dekat markas besar Huawei.
{Baca juga: AS Masukkan Startup AI Kondang asal China ke Daftar Hitam}
Putra Ren Zhengfei, Ren Ping, yang berusia 44 tahun, menjadi bos Shenzhen Smartcom Business Co. Limited, anak perusahaan Huawei yang memiliki selusin hotel dan apartemen di China, Thailand, Arab Saudi, dan Afrika Selatan. Ia bertugas pula mengelola proyek lain di dalam negeri.
Dengan gurita bisnis yang begitu dahsyat, Huawei tampaknya tak cukup masalah menghadapi gempuran kebijakan Amerika Serikat.
Akan tetapi, Huawei tak berpikir sesimpel itu. Sebab, Huawei sadar bahwa bisnis utama yang dijalankan perusahaan adalah telekomunikasi dan teknologi. (SN/FHP)
Sumber: Reuters