Warganet Mudah Percaya Video Hoaks di Instagram dan YouTube

Telset.id, Jakarta – Konten hoaks di Instagram dan YouTube dinilai terus berkembang, dan lebih mudah mempengaruhi warganet daripada hoaks berbentuk teks. Diungkapkan langsung oleh peneliti dari Oxford University, konten dengan audio visual lebih dipercaya, meskipun itu adalah hoaks.

Dilansir Telset.id dari Asia One pada Selasa (01/10/2019), salah seorang peneliti bernama Samantha Bradshaw menulis, Instagram dan Youtube kini menjadi wadah bagi pembuat hoaks untuk memberikan informasi yang salah dan menyesatkan.

“Di Instagram dan YouTube ini tentang sifat berita palsu yang terus berkembang. Dibanding pesan teks, sekarang lebih banyak tentang video dengan konten yang cepat dan dapat dikonsumsi,” katanya.

“Meme dan video sangat mudah dikonsumsi dalam lingkungan yang perhatian pendek,” tambah Samantha.

{Baca juga: YouTube Stop Hitung View Iklan di YouTube Music Chart}

Ia juga mengatakan, berita hoaks yang dikombinasikan dengan audio visual akan mempersulit platform media sosial untuk mengidentifikasi dan menghapus konten tersebut.

“Lebih mudah untuk secara otomatis menganalisis kata-kata daripada gambar. Dan gambar seringkali lebih kuat daripada kata-kata yang lebih berpotensi menjadi viral,” kata Bradshaw.

Peningkatan soal kesadaran atas manipulasi media sosial juga perlu dilakukan. Berdasarkan laporan yang diterbitkan Oxford University itu, persebaran berita hoaks meningkat dari 28 negara di tahun 2017, menjadi 70 negara.

“Propaganda komputasi telah menjadi bagian normal dari ruang publik digital. Teknik-teknik ini juga akan terus berkembang seiring teknologi baru. Siap untuk secara fundamental membentuk kembali masyarakat dan politik,” ungkap Oxford University.

{Baca juga: Instagram Larang Postingan Iklan Diet oleh Influencer}

Menanggapi laporan tersebut, seorang juru bicara Facebook mengatakan jika memberikan informasi yang akurat kepada pengguna adalah prioritas utama bagi perusahaan. Sedangkan Youtube menolak untuk mengomentari temuan dari peneliti Oxford University.

“Kami telah mengembangkan alat yang lebih cerdas, transparansi yang lebih besar, dan kemitraan yang lebih kuat untuk mengidentifikasi, menghentikan dan mengurangi penyebaran informasi yang salah di Facebook, Instagram dan WhatsApp,” kata juru bicara Facebook. (NM/FHP)

Sumber: Asia One

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI