Review Samsung Galaxy A70: Bongsor dan Bertenaga

Telset.id – Samsung menyegarkan lini seri smartphone menengah mereka dengan meluncurkan “rombongan” dari seri Galaxy M dan Galaxy A. Samsung Galaxy A70 adalah salah satu anggota dari rombongan tersebut yang rilis di tahun 2019 ini.

Smartphone ini dikhususkan brand asal Korea Selatan tersebut untuk pengguna “generasi live” atau pengguna yang selalu terhubung ke aplikasi media sosial.

Samsung sendiri telah menjual Galaxy A70 di Indonesia dengan harga Rp 5,7 jutaan. Pertanyaannya, dengan mahar yang cukup tinggi untuk sebuah smartphone menengah, apa saja sih yang ditawarkan Galaxy A70?

{Baca juga: Samsung Galaxy A70 Resmi Dijual di Indonesia, Segini Harganya}

Nah untuk menjawabnya, tim Telset.id pun mengulas smartphone ini lewat review Samsung Galaxy A70. Dalam ulasan ini, kami akan membahas desain, sistem operasi, spesifikasi yang disematkan di dalamnya, hingga kualitas kameranya yang jadi daya tarik utamanya. So, simak baik-baik ulasan kami ya!

Desain

Samsung sudah mengikuti tren desain dari smartphone masa kini, khususnya smartphone besutan brand asal China seperti Oppo dan Vivo. Jajaran smartphone menengah dari Samsung, seperti M Series dan A Series sudah mengusung desain yang “mainstream” alias mirip satu sama lain.

Itu juga berlaku bagi Samsung Galaxy A70. Di Bagian depan, kami mendapati desain mainstream yang sering kami temui di sebagian besar smartphone yang beredar di Indonesia.

Smartphone ini mengusung desain Infinity-U. Apa itu? Bisa dibilang ini hanya “nama lain” dari desain waterdrop, dew drop, dot drop, dan nama-nama lain tentang poni atau notch berbentuk kecil di bagian atas layar. Ya, bentuknya hampir mirip-mirip dengan ponsel milik “tetangga sebelah”. Yang membedakannya hanyalah penyebutan atau namanya saja.

Untung, Samsung memberikan layar berkualitas tinggi pada Galaxy A70. Smartphone ini punya layar berjenis Super AMOLED berukuran 6,7 inci dan beresolusi Full HD+. Buset ukuran 6,7 inci?

Yap! Galaxy A70 jadi salah satu smartphone Samsung dengan layar super jumbo. Ukurannya bahkan sama dengan smartphone tertinggi Samsung sekarang, yaitu Samsung Galaxy S10 5G, dan jauh lebih besar dari Samsung Galaxy S10+.

Karena layarnya Super AMOLED, maka smartphone ini pun mendukung teknologi Always on Display, yang membuat tampilan depan makin terlihat berbeda dari smartphone lain di kelasnya. Masih soal bagian depan, layar Galaxy A70 juga aspek rasionya mencapai 20 : 9, yang disebut Samsung sebagai Cinematic Aspect Ratio. Intinya, lega.

{Baca juga: Review Realme 3 Pro: Smartphone Flagship Anak Muda}

Sekarang pindah ke bagian belakang. Samsung juga menerapkan desain kekinian pada jajaran smartphone kelas menengah, termasuk Galaxy A70. Smartphone ini dibalut oleh warna gradasi yang glossy yang melapisi body-nya yang berbahan dasar Glasstic. Apa lagi tuh Glasstic?

Ok, kami jelaskan dulu ya. Jadi, Glasstic adalah perpaduan antara Glass dan Plastic atau polycarbonate yang diolah menjadi mengkilap seperti kaca. Jadi banyak yang mengira ini kaca, padahal sih sebenarnya polycarbonate.

Tapi, warna gradasi smartphone ini punya konsep yang berbeda daripada warna gradasi brand lainnya. Unit yang kami review punya warna Black, dan apabila dilihat secara sekilas, warnanya memang terlihat sederhana.

Tapi, di balik kesederhanaannya, tersimpan keindahan yang membuat mata terpana. Apabila terkena cahaya, muncul warna-warna “mejikuhibiniu” yang indah, dan membuatnya tampak premium.

Kami menyebut konsep warna ini sebagai “kesombongan yang tersembunyi”, karena sekalinya warna gradasi ini terlihat atau terpancar, itu benar-benar membuat smartphone terlihat lebih premium dan berkelas.

Di bagian belakang juga terdapat tiga kamera yang diposisikan secara vertikal, serta LED Flash. Tunggu, kemana sensor sidik jarinya? Well, Samsung menyisipkan sensor sidik jari di bawah layar Galaxy A70.

Jadi, smartphone ini punya teknologi setara Galaxy S10 nih, dengan sensor sidik jari di bawah layar. Responnya cukup cepat, tapi tidak secepat sensor sidik jari konvensional yang biasanya ditaruh di body belakang.

Secara penggunaan, smartphone ini punya satu kekurangan, yaitu terlalu bongsor alias besar. Ini membuatnya kurang enak digenggam menggunakan satu tangan. Tapi, kekurangan itu terbayar dengan sistem operasi One UI di Galaxy A70. Kok bisa? Kami jelaskan di sub-judul selanjutnya ya!

Nah, keunggulan Galaxy A70 tuh punya body yang ramping dengan ketebalan 7,9 mm. Ibaratnya, smartphone ini tuh seperti orang cungkring alias tinggi atau jangkung dan ramping. Kemudian, Galaxy A70 juga punya body dengan grip pegangan yang pas, meski ukurannya yang besar.

Sistem Operasi

Lanjut dari kekurangan yang tadi kami sempat sebutkan, jadi One UI ini merupakan sistem operasi berbasis Android Pie yang menggantikan Samsung Experience. Smartphone ini punya keunggulan dalam sisi efektivitas penggunaan dan tata letak terbaik (menurut kami).

Ibaratnya, One UI punya dua layer, tengah ke bawah merupakan layer khusus pengaturan atau yang dioperasikan. Sedangkan layer tengah ke atas, merupakan layer tampilan yang menyajikan hasil atau informasi dari pengaturan yang disesuaikan pengguna.

{Baca juga: Review Huawei P30: Desain Standar, Kamera Tetap Memikat}

Konsep tersebut otomatis membuat pengguna makin dimudahkan untuk mengoperasikan Samsung Galaxy A70 yang punya layar besar. Sebab, secara tidak langsung pengguna hanya cukup mengatur-atur layer layar tengah ke bawah saat menyesuaikan pengaturan smartphone ataupun melakukan aktivitas lainnya di aplikasi yang mendukung One UI.

Tampilan One UI juga lebih fresh, dan smooth saat digunakan. Bisa dibilang, ini merupakan suksesor Samsung Experience yang berhasil membuat para pengguna “lupa” terhadapnya.

Spesifikasi dan Performa

Tidak lagi menggunakan Exynos, tapi Snapdragon. Galaxy A70 ditenagai oleh prosesor octa-core 2.0 GHz Snapdragon 675. Prosesor ini merupakan jenis tertinggi dari Snapdragon 600 Series, dan dibuat dengan fabrikasi proses 11nm, yang artinya lebih kencang dan lebih efisien kinerja baterainya.

Digunakan juga RAM 6GB, ROM 128GB, dan baterai berkapasitas 4,500 mAh yang didukung teknologi fast charging 25W. Baterai sebesar ini, disematkan pada body setipis Galaxy A70, kok bisa ya Samsung?

Nah, berbicara soal performanya, kami menggunakan aplikasi benchmark seperti AnTuTu Benchmark versi 7. Berdasarkan benchmark, smartphone ini berhasil mencatatkan skor 161 ribuan.

Apabila dibandingkan dengan smartphone kelas menengah lainnya dengan spesifikasi hampir sama, smartphone ini unggul dengan skor cukup jauh. Berikut perbandingannya:

Kami juga menjajal kemampuan Galaxy A70 menggunakan GameBench untuk menakar performa smartphone ketika memainkan 3 game terberat Android, seperti PUBG Mobile, F1 Mobile dan Need for Speed No Limits. Hasilnya, smartphone mampu menjalankan ketiganya secara lancar dengan rata-rata 29 – 30 Fps.

Memang tidak selancar tampilan dengan 60fps, but 30 fps cukup menurut kami. Apalagi khususnya PUBG bisa mengatur grafisnya hingga HDR dan Ultra

Hasil yang bagus dari performa Samsung Galaxy A70 berdasarkan AnTuTu Benchmark dan gameBench tentu membuat kami bisa menarik satu kesimpulan. Smartphone ini bisa mendukung segala aktivitas pengguna di smartphone, dari yang ringan sampai berat. 

{Baca juga: Review Samsung Galaxy A50: Triple Kamera dengan Fingerprint di Layar}

Sekarang bahas soal baterai. Kami kerap berbicara soal smartphone yang bikin pegal untuk menghabiskan baterainya, dan Samsung Galaxy A70 jadi salah satu smartphone itu. Berkat baterainya yang besar, Galaxy A70 bisa menemani serangkaian aktivitas kami selama 23 jam lebih, dengan baterai tersisa 10 % dan screen on time 9 jam 24 menit.

Beruntung Samsung memberikan teknologi fast charging 25W untuk Galaxy A70. Coba kalau tidak, butuh waktu berjam-jam untuk sekadar mengisi baterainya sampai penuh, ya kan?

Nah, berdasarkan pengujian kami, smartphone ini bisa terisi baterainya sampai penuh dari 11% dalam waktu kurang dari 2 jam. Cukup cepat, karena saat di-charge, kami tetap menggunakannya seperti biasa. Kebiasaan buruk memang, jangan ditiru ya!

Kamera

Galaxy A Series, termasuk Galaxy A70 ditujukan Samsung bagi generasi live atau anak-anak muda yang senang mengakses media sosial dan nge-live, seperti Instagram, Facebook, sampai membuat vlog di YouTube. Sehingga, sektor kamera wajib bagus dan punya fitur mumpuni untuk mendukung aktivitas live penggunanya.

Galaxy A70 total punya empat kamera. Satu di depan, dengan sensor 32MP aperture f/2.0, dan tiga di belakang dengan konfigurasi masing-masing 32MP sebagai lensa utama dengan aperture f/1.7, 8MP sebagai lensa ultra-wide aperture f/2.2 dan 5MP sebagai lensa depth aperture f/2.2.

Kita bahas kamera belakang dulu, tepatnya lensa utama. Jadi, kamera ini sudah didukung oleh fitur berbasis Artificial Intelligence (AI) bernama Scene Optimizer yang bisa menyesuaikan pengaturan kamera berdasarkan skenario foto saat pengambilan gambar.

Total, ada 20 skenario foto yang bisa dikenali oleh AI, seperti Food, Flowers, Greenery, Sky, Mountain, Scenery, dan lainnya. Respon dari AI pun terhitung cepat untuk menyesuaikan kamera agar bisa menangkap foto sesuai skenario yang ada. Berikut foto-fotonya:

Kini lensa ultra-wide. Jadi, kamera ini bisa menangkap gambar sampai 123 derajat. Nah, seperti lensa ultra-wide pada umumnya, maka kamera ini sangat cocok untuk membantu pengguna menangkap foto dengan jangkauan super luas. Hasilnya bagus kok, berikut beberapa fotonya:

{Baca juga: Review Huawei P30 Pro: Kamera Masih Jadi Andalan}

Sesuai namanya, lensa depth dikhususkan untuk menangkap foto bokeh atau portrait. Ketika kami mengambil gambar portrait, hasilnya cenderung biasa saja karena efek blur yang masih masuk ke objek utama yang difokuskan. Beruntung, ada fitur Live Focus yang bisa sedikit membenarkan kekurangan tersebut. Berikut hasilnya:

Kamera belakang Galaxy A70 sudah mampu menangkap video 4K di 30fps. Sedangkan untuk perekaman 60fps, hanya mentok di kualitas 1080p atau Full HD. Sayangnya, kemampuan perekaman yang baik tidak didukung oleh fitur stabilisasi di dalamnya.

Galaxy A70 tidak mendukung teknologi Electronic Image Stabilization (EIS) ataupun Optical Image Stabilization (OIS). Sehingga, hasil videonya tampak tidak terlalu stabil apabila merekam sambil berjalan ataupun bergerak. Jadi kami sarankan untuk menggunakan gimbal atau aksesoris pendukung untuk mengambil video yang lebih baik.

Sekarang kita bahas kamera depan. Biasanya, makin besar megapiksel pada kamera, maka semakin bagus hasil selfienya. Sebab, foto selfie akan terlihat lebih detail, warnanya bagus, dan berkualitas. Tidak seperti kamera belakang, kamera depan Galaxy A70 belum mendukung perekaman 4k, dan hanya terbatas sampai 1080p di 30fps. 

Kesimpulan

Samsung Galaxy A70 menurut kami layak disebut sebagai Hp-nya “Kids Zaman Now” atau generasi live yang sering disebut-sebut Samsung. Semua aspek yang biasanya diperhatikan pengguna muda seperti desain, spesifikasi, baterai yang besar, sampai urusan kamera, dimaksimalkan pada smartphone ini.

Memang, harganya agak lebih mahal apabila dibandingkan dengan smartphone menengah lain keluaran brand China. Tapi, kami rasa Galaxy A70 akan mendapatkan tempat bagi anak muda yang ingin terus mengeksplorasi hal-hal untuk membuat konten berkualitas dan terbaik bagi semua. (FHP/HBS)

 

Kelebihan Kekurangan
  • Layar AMOLED berukuran besar
  • Resolusi layar Full HD+
  • Aspek rasio yang cinematic
  • Mendukung in display fingerprint
  • Desain body belakang yang mewah dan berkarakter
  • Sistem operasi OneUI berbasis Android Pie
  • Spesifikasi mumpuni dengan Snapdragon 675
  • Nyaman diajak main game berat
  • Kapasitas baterai besar dan tahan lama
  • Baterai sudah fast charging
  • Kamera yang berkualitas dan cocok untuk generasi live
  • Body bongsor
  • Desain bagian depan mainstream
  • Kamera tidak ada EIS maupun OIS

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Related Articles

HARGA DAN SPESIFIKASI
REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI