Telset.id, Jakarta – Kelompok hacker yang dikenal dengan nama TheDarkOverlord mengklaim telah mencuri 18.000 dokumen asuransi dari Hiscox Syndicates, Lloyds of London dan Silverstein Properties. Dokumen yang dicuri terkait serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat (AS), atau serangan 9/11.
Dilansir Telset.id dari Engadget pada Selasa (02/01/2018), para hacker mengancam akan merilis data tersebut yang katanya akan memberi jawaban sebenarnya soal peristiwa serangan 9/11 jika mereka tidak mendapatkan uang tebusan.
Seorang juru bicara Hiscox mengkonfirmasi peretasan ke media Motherboard dan mengindikasikan bahwa ini kemungkinan data asuransi terkait dengan litigasi yang melibatkan kampanye teroris juga dicuri.
TheDarkOverlord telah menerbitkan beberapa file kecil yang menyebutkan beberapa nama organisasi pemerintah AS seperti Federal Aviation Administration (FAA), Transportation Security Administration (TSA) dan firma hukum sebagai bukti atas aksi mereka.
{Baca juga: Ngaku Pejabat AS, Hacker Rusia Bobol Perusahaan Amerika}
Mereka akan merilis kunci dekripsi untuk arsipnya secara bertahap kecuali mereka menerima tebusan dalam bitcoin. Mereka juga mengancam akan memeras orang-orang yang mungkin disebutkan dalam dokumen dan menuntut mereka membayar jika mereka ingin dokumen mereka ditarik dari cache yang dipublikasikan.
Menurut Hiscox serangan 9/11 hanyalah dalih untuk melakukan pemerasan karena hanya ada satu kasus terkait tragedi tersebut dan informasi asuransi tidak memiliki dampak yang besar.
Namun, kasus ini cukup serius sehingga Hiscox bekerja sama dengan penegak hukum Inggris dan AS walaupun perusahaan lainnya seperti Lloyds belum berkomentar.
Para korban tidak akan turun tanpa perlawanan, bahkan jika peluang menangkap para pelaku tidak terlalu tinggi. Kasus hacker di Amerika Serikat menjadi masalah yang serius karena sudah banyak orang yang menjadi korban.
{Baca juga: Hacker Bobol Data Departemen Luar Negeri Amerika}
Pada November lalu Hacker Rusia dikabarkan melakukan peretasan pada dua perusahaan Amerika, yakni CrowStrike dan FireEye Inc. Kedua perusahaan itu mengatakan hacker tersebut mengirimkan pesan email dengan mengaku sebagai asisten Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS).
Menurut laporan Channel News Asia, operasi peretasan dilakukan sejak Rabu (14/11), atau tepatnya usai gelaran pemilu paruh waktu AS.
Cara Hacker Rusia meretas terbilang unik. Mereka mengirimkan email dan mengaku sebagai pejabat spesialis urusan publik Departemen Luar Negeri, Susan Stevenson.
Pada email yang dikirimkan hacker tersebut, ada pula dokumen dari pejabat lainnya yakni Heather Nauert untuk menipu penerima supaya percaya atas surat yang dikirimkan tersebut.
Menurut FireEye, dokumen itu sangat berbahaya karena ketika diunduh maka akan memberikan akses luas kepada peretas ke sistem perangkat mereka.
Seperti diketahui, serangan 11 September atau sering dikenal dengan sebutan serangan 9/11 adalah serangkaian empat serangan bunuh diri yang telah diatur terhadap beberapa target di New York City dan Washington, DC pada 11 September 2001. Saat itu, 19 pembajak dari kelompok militan Islam, al-Qaeda, membajak empat pesawat jet penumpang.
Para pembajak sengaja menabrakkan dua pesawat ke Menara Kembar World Trade Center di New York City, yang mengakibatkan kedua menara runtuh dalam kurun waktu dua jam. Pembajak juga menabrakkan pesawat ketiga ke Pentagon di Arlington, Virginia.
{Baca juga: Gara-Gara Hacker, Polisi Amerika Dibuat Pusing}
Ketika penumpang berusaha mengambil alih pesawat keempat, United Airlines Penerbangan 93, pesawat ini jatuh di lapangan dekat Shanksville, Pennsylvania dan gagal mencapai target aslinya di Washington, D.C.
Menurut laporan tim investigasi 911, sekitar 3.000 jiwa tewas dalam serangan ini. Dugaan langsung jatuh kepada al-Qaeda, dan pada 2004, pemimpin kelompok Osama bin Laden, yang awalnya menolak terlibat, mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini. [NM/HBS]