Telset.id, Jakarta – Asus kembali dengan dua smartphone teranyar, yang konon katanya, diperuntukkan khusus bagi penikmat game. Ada dua perangkat yang dibawa Asus ke tanah air beberapa pekan lalu, yakni ROG Phone dan Asus Zenfone Max Pro M2. Nama pertama, dari embel-embel ROG, alias Republic of Gamer yang dibawanya sudah sangat jelas, memang diperuntukkan bagi para gamer, tapi bagaimana dengan Max Pro M2?
Jika mengacu pada pernyataan pihak Asus, sama seperti ROG Phone, ini juga ditujukan bagi para penggila game. Bedanya, lebih terjangkau. Smartphone gaming untuk semua orang, setidaknya itulah yang dikatakan Asus. Tidak hanya mengandalkan baterai super, smartphone ini juga mengunggulkan sektor desain dan spesifikasi yang bisa dibilang mumpuni. Sekali lagi, di kelasnya.
Selain menyematkan prosesor Snapdragon 660 yang didukung oleh chip Artificial Intelligence Engine (AIE), RAM 4GB dan ROM 64GB – kebetulan ini yang masuk ke markas kami, Max Pro M2 juga membekali diri dengan layar yang cukup lapang, yakni 6,3 inci dengan resolusi Full HD+ dan aspek rasio 19:9. Hmm… lebih dari cukup untuk sebuah smartphone di harga Rp 3 jutaan, bukan?
Nah, mau tahu kira-kira sebaik apa penerus Max Pro M1 ini dalam bekerja dan memuaskan pengguna? Yuk simak ulasan Telset.id berikut ini.
Desain
Tak ubahnya semua smartphone yang disebut sebagai penerus di luar sana, Asus juga ingin miliknya dinilai lebih baik. Setidaknya, dibanding sang pendahulu. Dan benar saja, dari segi desain, perbedaan kentara dihadirkan Max Pro M2, yang kini hadir dengan finishing glossy menyerupai kaca di bagian belakang. Tidak seperti Pro M1, yang mengandalkan punggung metal.
{Baca juga: Hands-on Asus Zenfone Max Pro M2: Keunggulannya Gak Cuma Baterai}
Sejauh mata memandang, bagus, dan erat sekali dengan apa yang selalu kita inginkan, terkesan mahal. Yep, dengan catatan kita bisa sedikit lebih resik dalam penggunaan. Pasalnya jejak jari mudah sekali membuatnya terlihat kusam.
Beralih ke rangka badan, Max Pro M2 hadir dengan bezel yang terbilang tipis, baik di kiri-kanan maupun atas-bawah. Tentu saja, lengkap dengan notch, biar tetap kekinian. Di dalamnya ada kamera depan, sensor dan lampu flash. Sementara LED notifikasi ada di atas, di luar notch.
Tombol power dan volume ada di sisi kanan, bersebarangan dengan slot kartu-kartu, yang terdiri dari slot kartu SIM dan microSD. Sementara di bagian bawah ada audio jack 3.5mm, port pengisian – yang sayangnya bukan Type-C, dan speaker. Di belakang, tentu saja dua kamera belakang, yang masing-masing memiliki resolusi 12 MP dan 5 MP menjadi sorotan. Asus memilih untuk meletakkannya di tepi kiri, sedikit jauh dengan pembaca sidik jari yang ada di tengah dan tepat di atas logo perusahaan.
Oh, salah satu keunggulan Max Pro M2 adalah baterai yang besar. Catat, 5000 mAh. Maka masuk akal jika kita membuang jauh-jauh harapan akan sebuah ponsel yang ramping. Paling tidak, dalam bayangan kita, dia akan sedikit tebal. Yes, logikanya begitu. Tapi tidak, Asus tahu betul bagaimana caranya menarik pengguna, salah satunya dengan membiarkan smartphone ini tetap tampil ramping dan ringan. Ini juga sangat nyaman di genggaman. Like this lah.
Layar
Di bagian depan, Asus mendandani Max Pro M2 dengan layar resolusi Full HD+ (2280x1080pixel) berukuran 6.3 inci. Secara garis besar, tajam dan terang, dengan kemampuan menangkal sinar matahari dengan baik. Tak seperti penerusnya yang membawa aspek rasio 18:9, Pro M2 memilih angka 19:9.
{Baca juga: Asus Rilis Smartphone Gaming Menengah, Zenfone Max Pro M2}
Asus juga melapisi layar smartphone dengan Corning Gorilla Glass 6, yang diklaim dua kali lipat lebih kuat dibandingkan Gorilla Glass 5. Alhasil, lapisan pelindung ini disebut-sebut mampu bertahan meski telah dijatuhkan ke permukaan kasar sebanyak 15 kali dengan ketinggian 3,28 kaki atau sekitar 1 meter. Tapi sayang, kami tidak sempat membuktikan klaim yang satu ini. Jadi kita anggap saja benar.
Di bagian layar, seperti telah disebutkan sebelumnya, kita akan menemukan si notch yang sangat populer itu. Di dalamnya ada kamera depan, sensor dan lampu flash. Sementara LED notifikasi berada sedikit di atas, dan di luar notch.
Kamera
Sebagai penerus, desain atau layar yang lebih baik hanyalah dua dari beberapa upgrade lainnya yang dilakukan Asus di seri menengahnya ini. Di bagian kamera, kita akan mendapatkan kamera ganda di bagian belakang dengan resolusi masing-masing 12 MP dan 5 MP. Kamera utama (12MP) memiliki aperture f/1.8, sementara kamera kedua (depth sensor) membantu saat ingin mendapatkan efek bokeh.
Di bagian depan, ada kamera beresolusi 13 MP dengan aperture f/2.0.
Idealnya, dengan sejumlah upgrade yang dilakukan, tidak berlebihan jika kita mengharapkan hasil yang lebih baik. Dan ya, memang itulah yang kita dapatkan. Bukan yang terbaik memang, namun perbaikan cukup terasa. Reproduksi warna cukup baik, meski detail agak berkurang saat foto diambil dari jarak jauh.
Oh, shutter juga tak secepat yang diinginkan.
Di kondisi low light, hasil yang baik juga bisa didapatkan. Setidaknya dari beberapa jepretan yang kami ambil di malam hari, meski noise ditemukan tapi tak sampai mengganggu. Di bawah ini adalah beberapa hasil gambar yang kami ambil dengan berbagai mode, mulai dari auto, pro, hingga night mode. Sekedar catatan, menggunakan mode night di malam hari sepertinya tidak selamanya jadi pilihan terbaik. Berdasarkan uji TKP, foto yang dihasil tampak terlalu terang.
Di bagian depan, kamera 13 MP juga bekerja dengan baik. Meski sekali lagi, tak bisa dibilang istimewa. Face detection melakukan tugasnya dengan akurat saat mencari wajah.
Spesifikasi
Tentu bukan tanpa alasan, ketika Asus memutuskan untuk memberikan gelar #NextGenerationGaming untuk Asus Zenfone Max Pro M2. Saat itu bersama saudara se-perusahaan, Asus ROG Phone. Di dalam kepalanya, smartphone ini menyimpan kekuatan dari prosesor octa-core Snapdragon 660, yang telah mendukung teknologi Artificial Intelligence Engine (AIE) dari Qualcomm.
Sekadar informasi, hanya segelintir SoC high-end dan flagship Qualcomm saja yang memiliki chip AIE di dalamnya. Biasanya yang kebagian adalah SD seri 8, ya 820, 821, ataupun 835. Namun khusus bagi Snapdragon 660, ini adalah seri Snapdragon 600 pertama Qualcomm yang memiliki itu.
Istimewa? Ya. Paling tidak dari segi kinerja Max Pro M2 cukup bisa diandalkan. Bukan saja mulus saat diajak bekerja, baterai 5.000 mAh yang dibawa juga tak ada matinya.
Untuk pemakaian sederhana, semisal sosmed-an, YouTube-an, atau sekedar chatting sana chatting sini, Max Pro M2 sama seperti pendahulunya, super. Ia dapat bertahan selama lebih dari dua hari, dari posisi awal 100%. Saat kami menggunakannya untuk streaming film secara maraton, dan ini benar-benar tanpa henti, pertahanannya menurun, meski tetap mengesankan. Betapa tidak, dimulai pada jam 8.23 pagi dengan posisi baterai 99%, penerus Pro M1 ini baru menunjukkan tanda-tanda kelelahan pada pukul 8 malam, dengan menyisakan baterai 10%. Itu artinya, lebih dari 10 jam.
Lantas bagaimana jika ini digunakan untuk bermain game? Nah, ini yang menarik. Dalam pengujian, meski tak sampai membuatnya mati. Kami menemukan bahwa posisi baterai hanya turun sedikit saat bermain game dengan grafis tinggi. Setidaknya ada tiga game yang kami mainkan bersamanya, itu adalah Asphalt 9: Legends, Freefire dan PUBG. Dan untuk satu permainan penuh, baterai Max Pro hanya turun 8 persen, dari posisi 85% ke 77%. Panas? Bohong jika kami bilang tidak. Dari hasil uji, panas di badan Max Pro 2 kala diberdayakan sebagai mesin game bergerak dari 32-33 derajat celcius ke 39-40 derajat celcius. Lumayan, hangat!
Melengkapi prosesor dan baterai super di badan Max Pro M2, Asus juga menyematkan RAM 3GB/4GB/6GB dan ROM 32GB/64GB. Kebetulan, yang masuk ke markas Telset.id adalah versi 4GB/64GB. Lengkap dengan atas sistem operasi Android 8.1 Oreo dengan user interface khas Android murni dengan pengalaman yang lebih smooth dan ringan. Update ke Android 9 Pie juga tersedia, dan itu sekitar Januari, menurut pihak Asus.
Kesimpulan
Baterai jelas menjadi hal yang paling menarik dari Max Pro M2. Tentu saja, masih sama seperti pendahulunya, Max Pro M1. Dan ini sebuah kabar baik, khususnya bagi kita yang tak hanya menyukai berlama-lama berurusan dengan smartphone, tetapi juga malas berhubungan dengan stop kontak.
Kabar baik selanjutnya, tentu saja keberadaan Snapdragon 660 dari Qualcomm, yang membuat performanya seolah berjalan seiringan dengan sang baterai. Sama-sama kuat. Bukan saja menyelesaikan pekerjaan ringan, atau membuat kita bercokol lebih lama dengan konten multimedia, ini juga seperti klaim Asus, mahir berurusan dengan game, bahkan yang masuk kategori high end sekalipun. So, buat Anda yang suka bermain game dan suka sesuatu yang bertahan lama, tentu saja, disamping tak ingin dan tak bisa merogoh kocek lebih dalam, bisalah jadi alternatif ROG Phone. Bukan cuma serba bisa, terjangkau pula.