Telset.id, Jakarta – Hari Selasa (27/11/2018) kemarin, mantan manajer Facebook, Mark Luckie membagikan memo yang ia kirimkan kepada seluruh karyawan pada awal bulan ini. Isinya menjelaskan diskriminasi yang dihadapi oleh orang-orang kulit hitam di kantor jejaring sosial besutan Mark Zuckerberg itu.
Tidak lama setelah mengirimkan memo tersebut pada tanggal 8 November, Luckie meninggalkan pekerjaannya di Facebook sebagai manajer partner strategis untuk influencer global yang berfokus pada suara-suara minoritas.
Di memo tersebut, Luckie mengatakan bahwa walaupun orang-orang kulit hitam lebih sering menggunakan Facebook untuk berkomunikasi dengan keluarga dan teman-temannya, namun usaha mereka untuk menciptakan “ruang yang aman” di media sosial justru dinilai sebagai ujaran kebencian.
Hal tersebut menuju kepada konten yang dihapus tanpa pemberitahuan. Bahkan di beberapa kasus, akun-akun partisipan diblokir tanpa batas waktu.
Dikutip Telset.id dari CNET, Rabu (28/11/2018), Luckie juga menduga bahwa kelompok-kelompok minoritas sering kali tersisihkan dari dialog. Hal ini disebabkan oleh alokasi sumber daya, acara-acara industri yang disponsori oleh Facebook, daftar tamu untuk program-program eksternal, dan lain sebagainya.
Luckie mengatakan, karyawan kulit hitam di Facebook kerap dipandang bersikap memusuhi atau agresif oleh karyawan yang bukan kulit hitam. Padahal, mereka hanya mendiskusikan pandangan mereka dengan cara yang tidak jauh berbeda dengan karyawan non-kulit hitam.
Menurut Luckie, departemen sumber daya manusia (HRD) justru mengarahkan ke jalan buntu. Ketika pegawai kulit hitam mendatangi HRD dengan suatu isu diskriminatif, ia melihat bahwa departemen HRD tidak melakukan apa-apa, dan malah mengatakan itu hanya bayangan para pegawai (kulit hitam) saja.
HRD cenderung melindungi manajernya, bukan pegawai. Hanya ketika pegawai kulit hitam berbicara dengan sesama pegawai kulit hitam mereka kemudian menerima bahwa pola perilaku tersebut berhubungan erat dengan budaya di Facebook.
Sebelumnya, Luckie bekerja sebagai manajer media di Twitter dan Reddit, seperti yang tercantum di profil LinkedIn. Juru bicara Facebook Anthony Harrison mengonfirmasi lewat e-mail bahwa Luckie bekerja di Facebook dari bulan Oktober 2017 hingga November ini.
“Selama beberapa tahun belakangan, kami telah bekerja dengan serius untuk membuka berbagai perspektif di kalangan mereka yang membangun produk-produk kami dan melayani orang-orang yang menggunakannya di seluruh dunia,” tulis Harrison di e-mail.
“Kami ingin mendukung seluruh pegawai sepenuhnya ketika ada masalah-masalah yang dilaporkan dan ketika ada perilaku-perilaku kecil yang (justru memperparahnya). Kami akan terus melakukan semua yang kami bisa untuk menjadi perusahaan yang benar-benar terbuka,” tambahnya.
Ini bukanlah pertama kalinya Facebook dituduh atas tindakan diskriminatif. Bulan Agustus lalu, Departemen Perumahan dan Pengembangan Kota (HUD) Amerika Serikat mengajukan keluhan formal kepada Facebook karena membiarkan tuan rumah dan penjual rumah bertindak diskriminatif.
HUD mengatakan bahwa media sosial tersebut membiarkan pengiklan memilih siapa yang dapat melihat iklan tersebut berdasarkan ras, warna kulit, agama, seks, status keluarga, asal negara, disabilitas, dan kode pos.
Menanggapi tudingan tersebut, pihak Facebook menjawab bahwa mereka akan terus bekerja sama secara langsung dengan HUD untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Bulan September kemarin, American Civil Liberties Union (ACLU), serikat yang memperjuangkan kebebasan sipil, mengajukan tuntutan bersama Equal Employment Opportunity Commission terhadap Facebook dan 10 atasannya.
Mereka diduga menargetkan iklan pekerjaan di platform hanya untuk pria, mengecualikan wanita dan pengguna nonbiner sehingga mereka tidak dapat melihatnya. Facebook mengatakan bahwa saat itu mereka sedang meninjau keluhan tersebut dan berencana melakukan perlindungan atas tindakan perusahaan. (AU)