Telset.id, Jakarta – Apple dikabarkan membatalkan rencananya untuk menambah produksi smartphone terbarunya iPhone XR. Alasannya karena raksasa telekomunikasi Amerika Serikat (AS) itu belum menerima permintaan seri iPhone XR dalam jumlah besar.
Menurut Nikei, pembatalan penambahan produksi itu telah diberitahukan Apple pada pemasok besar mereka, yakni perakit smartphone Foxconn dan Pegatron.
Itu karena dua perusahaan perakit komponen elektronik tersebut akan menyiapkan jalur produksi tambahan iPhone XR, sesuai rencana sebelumnya.
Selain itu, Apple juga telah menginstruksikan Wistron, perusahaan perakit iPhone yang lebih kecil, untuk bersiap jika ada order mendadak. Tetapi perusahaan itu justeru tidak akan menerima pesanan produksi iPhone XR pada musim ini.
“Untuk bagian Foxconn, awalnya mereka sudah menyiapkan hampir 60 lini perakitan untuk Apple model XR. Tetapi mereka baru menggunakan sekitar 45 lini produksi karena pelanggan utamanya mengatakan sekarang tidak perlu memproduksi yang banyak sekarang,” tulis Nikkei, seperti dikutip Telset.id dari ChannelNewAsia, Selasa (6/11/2018).
Hingga berita ini ditulis, tidak ada tanggapan maupun komentar Apple mengenai kabar produksi ponsel andalannya tersebut.
Sebelumnya dikabarkan bahwa prediksi analis soal penjualan perdana iPhone XR meleset. Menurut data yang diperoleh dari analis Rosenblatt Securities, Jun Zhang, Apple hanya menjual sekitar 9 juta unit iPhone XR pada penjualan perdana, beberapa waktu lalu.
jumlah penjualan iPhone XR lebih sedikit dari prediksi analis yang memperkirakan smartphone itu akan terjual sebanyak 10 juta unit di perjualan perdananya.
Melihat hal tersebut, Zhang akhirnya mengkoreksi perkiraannya soal produksi iPhone terbaru pada bulan November dan Desember 2018. Ia memprediksi, Apple hanya akan memproduksi 88 juta unit iPhone terbaru, bukan 90 juta unt pada periode itu.
Meskipun angka penjualan iPhone XR sedikit mengecewakan, Zhang masih berharap Apple akan mencetak rekor penjualan saat masa liburan panjang tiba. Ia mengatakan, Apple akan mendapatkan pemasukan hingga lebih dari USD 91 miliar atau setara dengan Rp 1.384 triliun. [WS/HBS]
Sumber: Channel News Asia