Telset.id, Jakarta – Peneliti mempelajari tren media sosial akhir-akhir ini. Hasilnya, mereka mengaku telah melihat adanya peningkatan terkait postingan ujaran kebencian ke Yahudi dari pengguna Twitter dan Instagram beraliran ekstrem kanan.
Mereka menemukan serangkaian cuitan bernada serangan, setelah menganalisa lebih dari 7 juta tweet sejak bulan Agustus hingga September 2018. Sepertiga serangan terhadap kaum Yahudi itu, berasal dari akun bot.
Menurut Jonathan Albright, peneliti dari Universitas Columbia, Amerika Serikat (AS), serangan terhadap Yahudi meningkat di Twitter dan Instagram menjelang pemilihan umum paruh waktu pada 6 November 2018.
Ia menuturkan, kejadian serupa juga terjadi menjelang Pemilihan Presiden AS pada 2016. Saat itu, serangan yang bersifat ujaran kebencian, serta berita hoax atau berita bohong meningkat di media sosial.
“Jumlah berita atau informasi anti-Yahudi yang beredar di dua jejaring sosial itu terkait dengan sosok George Soros. Saya juga menerima dan melihatnya lewat foto-foto yang disebarluaskan di aplikasi,” kata Albright, seperti dikutip Telset.id dari NBC News, Selasa (30/10/2018).
I've gotten several questions from journalists today re: "are platforms doing better combatting propaganda & disinformation?" I said maybe.
Then I pulled another you-know-who mention network (graph) from Instagram.
It's not just bad, it's #offthechain pic.twitter.com/ByMtjtuCC8
— Jonathan AIbright (@d1gi) October 25, 2018
Soros merupakan seorang investor, miliarder, dan filantropis keturunan Yahudi asal AS. Albright menyebut, Soros sering menjadi subyek teori konspirasi yang tidak berdasar, dan kerap menjadi target percobaan pembunuhan.
Albright menyatakan, beberapa keterangan foto yang diterimanya diberi hastag #soros, termasuk panggilan eksplisit soal kekerasan kepada kaum Yahudi. Oleh karenanya, Albright menyarankan kepada Instagram agar menonaktifkan hashtag #soros.
“Instagram juga sebaiknya menghapus akun palsu dan menghentikan pengisian otomatis bar pencarian dengan saran seperti Soros Jew atau Soros Yahudi,” tambah Albright.
Menanggapi hasil penelitian, Instagram mengaku sedang mencari temuan tersebut. Media sosial ini mengatakan bahwa mereka sudah menghapus beberapa materi terkait #soros yang melanggar kebijakan. Akan tetapi, mereka mengaku tidak melihat peningkatan yang signifikan dalam materi yang tidak diizinkan terkait dengan #soros. (BA/FHP)