Jeff Bezos mengatakan bahwa ukuran pasar masih sangat besar untuk dikuasai. Karenanya, Bezos teguh memegang filosofi selalu menjalankan perusahaan seolah-olah masih pada hari pertama bisnis.
Telset.id – Minggu pertama Oktober 2018, Amazon resmi mengumumkan kenaikan upah minimum karyawan sebesar USD 15 atau sekitar Rp 225 ribu per jam. Kenaikan tersebut berlaku efektif mulai bulan depan alias November 2018.
Amazon menaikkan upah minimum karyawan setelah menerima gelombang kritik dari berbagai pihak terkait perlakukan terhadap para pekerja di gudang. Namun, Jeff Bezos selaku CEO Amazon tetap menyatakan legawa dengan kebijakan itu.
Tak cuma 250 ribu karyawan tetap, 100 ribu pegawai paruh waktu Amazon pun bakal mendapat perbaikan kesejahteraan. Amazon menaikkan pula upah minimun karyawannya di Inggris menjadi 9,5 poundsterling atau Rp 188 ribu per jam.
Bezos sadar bahwa sekarang memang saatnya bagi Amazon untuk memperhatikan taraf hidup karyawan. Amazon telah menyaru menjadi perusahaan dengan nilai pasar USD 1 triliun atau tak kurang dari Rp 14.511 triliun per September 2018.
Bezos juga tampaknya memutuskan menaikkan upah minimum karyawan untuk menampik malu. Betapa tidak, ia telah berpredikat sebagai orang paling tajir sejagat. Namanya bertengger bersama Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan Warren Buffett.
Bahkan, dibanding mereka, Bezos masih lebih kaya. Majalah Forbes menempatkan Bezos di urutan teratas. Kekayaan Bezos meroket hingga USD 78,5 miliar dalam setahun, dengan total harta bersih mencapai USD 160 miliar atau Rp 2.431 triliun.
Merujuk artikel Business Insider, seperti dikutip Telset.id baru-baru ini, angka sebesar itu merupakan yang tertinggi dalam sejarah Forbes 400. Bezos sukses menggeser Bill Gates yang selama 24 tahun nangkring di daftar teratas orang terkaya.
Lantas, siapakah Bezos, sang penakluk Bill Gates?
Selain sebagai CEO, Jeff Bezos juga merupakan pendiri Amazon, perusahaan perdagangan elektronik alias e-commerce yang berkantor pusat di Seattle, Amerika Serikat. Pria kelahiran 12 Januari 1964 tersebut menggagas pendirian Amazon pada 1994.
Berawal dari Teknisi
Jalan Bezos menggapai kesuksesan tidaklah mudah. Ia mengawali karier sebagai teknisi di Wall Street sebelum mencapai puncak prestasi saat menjadi Wakil Presiden DE Shaw & Co, perusahaan manajer investasi terkemuka di Negeri Paman Sam.
Bezos menjadi teknisi di Wall Street tak lama setelah lulus kuliah di Princeton University pada 1986. Setelah hengkang dari Wall Street, sebelum masuk DE Shaw & Co, Bezos pernah bekerja di beberapa perusahaan, termasuk Fitel dan Bankers Trust.
Pada 1990, barulah puncak karier Bezos tertambat di DE Shaw & Co. Ia menjadi orang termuda yang menduduki posisi Wakil Presiden di perusahaan itu. Namun, empat tahun mengecap kesuksesan sebagai analis, Bezos memutuskan berganti profesi.
Lewat perenungan yang panjang, ia memutuskan banting setir ke dunia ekonomi digital dengan mendirikan Amazon. Keputusan tersebut mungkin tidak akan pernah menjadi penyesalan dalam hidup Bezos. Padahal, Bezos sedang berada di zona nyaman.
Kali pertama merintis usahanya pada Juli 1994 dengan mendirikan perusahaan bernama Cadabra, Bezos baru berkutat dalam usaha layanan toko buku online.
Pada 16 Juli 1995, ia berani meresmikan Amazon.com sebagai perusahaan e-commerce, yang mengambil nama sungai terbesar di Amerika Selatan dan bangsa prajurit wanita legendaris dalam mitologi Yunani.
Awalnya, Bezos melakukan uji coba kepada 300 teman sebelum menahbiskan Amazon sebagai perusahaan tulen. Hasilnya, dalam 30 hari, Amazon berhasil menjual secara digital koleksi buku ke-45 negara di berbagai belahan dunia.
Baca juga: 5 Fakta Unik Jeff Bezos, Orang Terkaya Sejagat
Padahal, perusahaan itu didirikan di sebuah garasi rumah milik Bezos dengan hanya sedikit karyawan yang mengembangkan peranti lunak. Mereka akhirnya harus memperluas kantor operasional menjadi rumah dengan dua kamar tidur.
Cukup sukses berjualan buku, Amazon akhirnya membuka investasi saham pada 1997. Selanjutnya pada tahun 1998, Bezos memutuskan untuk memperluas bisnis online-nya dengan menjual beragam perlengkapan lain, seperti DVD, CD, MP3, perangkat lunak, permainan video, barang elektronik, perlengkapan, furnitur, makanan, mainan, dan perhiasan. Akhirnya, Amazon menjadi rekan peritel terbesar hingga merilis beberapa produk dan layanan lain seperti tablet Kindle Fire dan video on demand.
Tak puas dengan Amazon, pada tahun 2004 Bezos membuat langkah besar dengan mendirikan perusahaan di bidang antariksa bernama Blue Origin. Amazon bahkan berani mengakuisisi media kenamaan Washington Post. Amazon pun mengambil alih supermarket bernama Whole Foods.
Usil Saat Kecil
Jeff Bezos lahir pada 12 Januari 1964 di Albuquerque, New Mexico, negara bagian Amerika Serikat. Ia adalah putra dari pasangan Jacklyn Gise Jorgensen dan Ted Jorgensen. Bezos dilahirkan ketika ibunya masih berusia belasan tahun. Pernikahan ayah dan ibunya hanya bertahan setahun lebih. Orangtuanya lantas bercerai dan Bezos ikut dengan sang ibu.
Ibunya kemudian menikah lagi saat Bezos masih berusia lima tahun. Ayah tiri Bezos yang bernama Miguel Bezos adalah imigran asal Kuba. Nenek moyang Bezos adalah orang Texas yang secara turun temurun memiliki peternakan seluas 101 km² di Cotulla. Kakeknya adalah direktur regional Komisi Energi Atom Amerika Serikat di Albuquerque yang minta pensiun lebih awal untuk bekerja di peternakan.
Keluarga Bezos pindah ke Houston, Texas setelah sang ayah Miguel Bezos diterima bekerja sebagai insiyur di Exxon. Kelas 4 hingga kelas 6 dilewatkan Bezos kecil di Sekolah Dasar River Oaks Elementary, Houston.
Baca juga: Bos Amazon Sumbang Rp 440 Miliar untuk Anak Imigran
Pada masa remaja, Bezos sering menghabiskan musim panas bersama kakeknya. Sejak kecil, Bezos sudah memperlihatkan bakatnya di bidang mekanik. Bezos kecil bahkan pernah mencoba membongkar sendiri tempat tidur miliknya dengan obeng.
Bezos menunjukkan minatnya pada bidang ilmu sejak masih muda. Ketika masih anak-anak, ia suka mengutak-utik alarm listrik rumahnya, supaya sang adik tidak masuk ke kamarnya. Bezos membongkar sendiri alarm di rumahnya, kemudian memasangnya kembali tetapi tidak berhasil. Alhasil, dia sering kena semrot ibunya yang kesal karena sering membuat alarm rumahnya mati.
Menginjak remaja, garasi orangtunya pun menjadi “korban”. Bezos menjadikan garasi orangtuanya sebagai laboratorium untuk eksperimen ilmiah. Tapi, ternyata ada hikmah positif di balik itu semua. Ia jadi tahu bahwa minatnya memang di bidang teknologi. Karenanya, saat orangtuanya memutuskan pindah domisili ke Miami, Florida, Bezos masuk ke Miami Palmetto Senior High School.
Di sekolah tersebut, Bezos punya teman yang mempunyai minat dan bakat yang sama, yaitu ilmu pengetahuan. Bezos bergabung di Student Science Training Program yang diadakan oleh Universitas Florida, yang membawanya masuk ke Universitas Princeton.
Ada kejadian lucu ketika Bezos masuk ke bangku kuliah. Ia masuk ke jurusan fisika. Ia mengira jurusan fisika akan menarik. Ternyata, ia baru sadar kalau jurusan fisika sangatlah membosankan. Ia lalu pindah ke jurusan sains komputer dan teknik kelistrikan
Di jurusan itu, Bezos menemukan jati diri. Semasa kuliah, Bezos sangat aktif berorganisasi, bahkan sempat menjadi presiden Program Pengembangan Mahasiswa. Setelah lulus kuliah, ia langsung bekerja di Wall Street dengan gaji yang tinggi.
Amazon Berkembang Pesat
Di bawah pimpinan Jeff Bezos, pada 2005 Amazon mulai menjual layanan seperti Amazon Prime, layanan pengiriman dua hari secara gratis hanya dengan membayar biaya tahunan sebesar USD 79. Amazon juga meluncurkan layanan Mechanical Turk.
Mechanical Turk adalah layanan online marketplace yang mencocokkan manusia dengan tugas yang tidak dapat dilakukan oleh komputer. Setahun kemudian, pada 2006, Amazon meluncurkan Amazon Web Service alias AWS.
AWS menyediakan layanan bagi perusahaan yang ingin menyewa penyimpanan database. Layanan tersebut merupakan satu lini bisnis Amazon yang paling populer karena merupakan platform komputasi pilihan banyak startup di Silicon Valley.
Tidak hanya mengembangkan layanan, Amazon juga melebarkan sayap ke sektor perangkat keras. Pada November 2007, Amazon merilis tablet e-reader bernama Kindle yang langsung habis terjual hanya dalam waktu tak kurang dari 5,5 jam.
Amazon lalu merilis penerusnya, Kindle Fire, pada 2011. Dus, guna memperkuat ekosistem bisnis, Bezos mengakuisisi beberapa perusahaan. Pada Januari 2008, Amazon mengakuisisi perusahaan audiobook, Audible. sebesar USD 300 juta.
Baca juga: Edan! Kekayaan Bos Amazon Hampir Setara APBN Indonesia
Tak berhenti ekspansi, 1,5 tahun berselang, Amazon membeli retailer e-commerce Zappos dengan saham senilai hampir USD 1 miliar. Tidak puas bermain di sektor ritel, Amazon mengakuisisi PillPack dengan nomial mencapai USD 1 miliar.
PillPack merupakan startup yang bekerja dengan apotek untuk mengirimkan obat-obatan yang diresepkan secara pribadi ke rumah pengguna. Dengan sederet pencapaian hebat, Bezos belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti berinovasi.
Blue Origin: Wisata ke Bulan
Meski telah membawa Amazon sebagai raksasa e-commerce, namun ternyata itu belum membuat Bezos puas. Manusia paling tajir sedunia ini punya ambisi lain, yakni mempunyai perusahaan antariksa. Mimpi itu ia wujudkan dengan mendirikan perusahaan luar angkasa bernama Blue Origin pada 8 September 2000.
Untuk memenuhi ambisinya, Bezos menjual sahamnya di Amazon senilai US$ 1 miliar atau setara Rp 13,3 triliun untuk membantu mendanai perusahaannya yang bergerak di bidang penerbangan luar angkasa itu. Bezos mengatakan, rencananya Blue Origin bakal jadi perusahaan komersial dengan tujuan jangka panjang, yakni bisnis wisata ke antariksa dengan memudahkan penerbangan ke luar angkasa.
Dengan begitu, nantinya akan ada jutaan orang yang bisa tinggal dan bekerja di luar Bumi. Meski terdengar ambisius, namun pada April 2018 lalu, Blue Origin telah berhasil meluncurkan roket ulang alik pertamanya bernama New Sheperd, dan berhasil kembali ke bumi dengan selamat setelah diluncurkan ke luar angkasa.
Baca juga: Tahun 2023, Blue Origin Berangkatkan Wisatawan ke Bulan
Paket wisata yang ditawarkan Blue Origin sangat unik, yakni wisatawan bisa menjajal pengalaman melayang di ruang tanpa gravitasi. Selain itu, mereka juga bisa melihat keindahan Bumi dari luar angkasa. Untuk bisa menikmati semua itu, para wisatawan kabarnya harus merogoh koceknya sekitar USD 200 ribu hingga USD 300 ribu atau sekitar Rp 2,8 miliar sampai Rp 4,3 miliar per orang.
Jeff Bezos kini menjadi manusia tersukses di dunia sebagai orang paling kaya di muka Bumi. Dalam wawancara dengan Forbes pada Agustus 2018, Bezos mengatakan bahwa ukuran pasar masih sangat besar untuk dikuasai. Karenanya, Bezos teguh memegang filosofi selalu menjalankan perusahaan seolah-olah masih pada hari pertama bisnis.
Ia pun selalu mengingatkan para pemegang saham tentang filosofi tersebut. Ia melampirkan salinan surat pemegang saham pertama yang ditulis pada 1997. “Saya senang dengan apa yang telah dilakukan. Saya juga bersemangat dengan apa yang ingin dilakukan,” tandas Bezos, seperti dikutip Telset.id dari CNBC. [SN/HBS]