Telset.id, Jakarta – Dalam konferensi tentang Kecerdasan Buatan, Future of Life Institute mengumumkan bahwa lebih dari 2.400 individu dan 160 perusahaan dan organisasi telah menandatangani ikrar tidak akan berpartisipasi atau mendukung pengembangan, pembuatan, perdagangan dan penggunaan senjata otonom mematikan.
Para penandatangan, mewakili 90 negara, juga menyerukan kepada pemerintah untuk mengesahkan undang-undang menentang senjata tersebut. Google DeepMind dan Xprize Foundation adalah salah satu kelompok yang telah menandatangani kesepakatan.
Selain itu, menurut Engadget, Rabu (18/7/2018), ada juga nama-nama beken seperti pendiri SpaceX, Elon Musk, dan pendiri DeepMind Demis Hassabis, Shane Legg dan Mustafa Suleyman juga ikut menandatangani perjanjian bersama itu.
Janji itu muncul karena ada serangan balik terhadap segelintir perusahaan teknologi atas teknologi mereka serta bagaimana mereka menyediakan senjata itu kepada lembaga pemerintah dan kelompok penegak hukum.
Google telah mendapat kecaman karena meneken kontrak dengan Proyek Maven Pentagon, dengan membuat teknologi kecerdasan buatan kepada militer Amerika Serikat (AS) untuk membantu mereka menandai gambar drone yang memerlukan pantauan orang lain.
Demikian juga Amazon yang dikritik karena memberi teknologi pengenalan wajah kepada lembaga penegak hukum, sementara Microsoft diminta untuk memberi bantuan teknologi untuk Imigrasi dan Bea Cukai (ICE).
“Ribuan peneliti AI setuju bahwa dengan menghilangkan risiko, atributabilitas dan kesulitan mengambil nyawa manusia, senjata otonom mematikan dapat menjadi instrumen kekerasan dan penindasan yang kuat, terutama ketika dikaitkan dengan pengawasan dan sistem data,” kata Janji itu.
Para penandatangan juga setuju bahwa keputusan untuk mengambil kehidupan manusia tidak boleh didelegasikan ke mesin.
“Saya senang melihat para pemimpin AI beralih dari berbicara ke tindakan, menerapkan kebijakan yang sejauh ini gagal diterapkan oleh politisi,” kata Presiden Future of Life Institute Max Tegmark dalam sebuah pernyataan.
“AI memiliki potensi besar untuk membantu dunia, jika menstigmatisasi dan mencegah penyalahgunaannya. Senjata AI yang secara otonom memutuskan untuk membunuh orang sama menjijikkan dan membuat tidak stabil sebagai bio weapons, dan harus ditangani dengan cara yang sama.” imbuh dia.
Google sendiri telah menyatakan bahwa mereka tidak akan mendesain atau menyebarkan AI untuk digunakan untuk senjata, yang tujuannya bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum internasional dan hak asasi manusia yang diterima secara luas.
Sedangkan Microsoft telah menyatakan bahwa pekerjaannya dengan ICE terbatas pada email, kalender, perpesanan dan manajemen dokumen, tidak termasuk teknologi pengenalan wajah. Perusahaan ini juga mengerjakan serangkaian prinsip panduan untuk pekerjaan pengenalan wajahnya.
Pada 2015, Musk menyumbangkan $ 10 juta kepada Future of Life Institute untuk program penelitian yang difokuskan untuk memastikan AI akan bermanfaat bagi kemanusiaan.
Dan tahun lalu, Musk, Hassabis, dan Suleyman menandatangani surat Future of Life Institute untuk dikirim ke PBB, yang tengah menggodok pengaturan sistem senjata otonom. [WS/HBS]
Sumber: Engadget