WhatsApp Bayar Peneliti untuk Pelajari Hoaks

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Penyebaran pesan palsu atau hoaks yang kian marak membuat WhatsApp pusing tujuh keliling. Sampai-sampai, WhatsApp berencana menyewa peneliti untuk mempelajari mengenai permasalahan itu.

WhatsApp menawari peneliti imbalan USD 50.000 atau sekitar Rp 720 juta untuk mempelajari penyebaran berita palsu di platform mereka. Pengumuman itu muncul setelah WhatsApp panen kritik dari pemerintah India.

“WhatsApp memberi penghargaan bagi para peneliti yang tertarik dalam mengeksplorasi isu-isu terkait informasi menghasut di WhatsApp. Kami akan serius mempertimbangkan usulan proyek yang memperkaya pemahaman tentang masalah informasi di WhatsApp,” kata WhatsApp, dilansir Mashable, Jumat (6/7/2018).

Mengatasi berita palsu memang menjadi isu yang harus segera diatasi oleh WhatsApp. Saat penyebaran berita palsu di aplikasi utama Facebook menarik perhatian dunia, informasi yang salah di WhatsApp sangat merugikan di India.

Kementerian Teknologi Informasi India telah meminta WhatsApp untuk membatasi penyebaran informasi palsu melalui platform. Hal tersebut muncul setelah dalam satu tahun terakhir, lebih dari 30 orang telah menjadi korban akibat hoaks tentang penculikan anak yang tersebar di WhatsApp.

Baca juga: Lima Orang Tewas Akibat Hoax WhatsApp

WhatsApp, yang memiliki lebih dari 200 juta pengguna aktif di India, pun langsung mengambil sikap. WhatsApp merespons sevara baik permintaan pemerintah India lewat serangkaian kebijakan baru dalam sistemnya, termasuk rencana menghadirkan fitur antihoaks.

“WhatsApp meluncurkan fitur baru untuk memerangi informasi palsu dan penyalahgunaan platform. WhatsApp bereaksi terhadap peningkatan kasus penghilangan orang yang tidak bersalah karena rumor dan provokasi,” ujar WhatsApp.

Kasus pembunuhan gara-gara kabar hoax yang beredar melalui WhatsApp semakin marak di India. Dalam kasus terakhir dikabarkan bahwa ada lima orang di India yang harus meregang nyawa akibat menjadi korban berita hoaks.

Kejadian tersebut berawal saat lima orang yang sedang melintas di kawasan Dhule, dikeroyok massa hingga tewas pada hari Minggu (01/07/2018) waktu setempat.

Baca juga: Banyak Korban, WhatsApp Segera Hadirkan Fitur Anti Hoax

Dilansir Engadget, lima orang tewas dibunuh setelah muncul rumor di WhatsApp mengenai keberadaan sekelompok penculik anak-anak. Mereka dibantai karena dituding menjadi bagian dari kelompok itu.

Padahal, kelima korban itu merupakan anggota dari sebuah komunitas bernama Nomad. Yang mengejutkan, para korban ternyata sempat meminta pengampunan saat dianiaya kepada massa yang terlanjur gelap mata termakan isu WhatsApp.

Menurut informasi, kasus kematian akibat kabar hoaks yang tersebar via WhatsApp telah terjadi sebanyak 12 kali di India. Biasanya kabar tersebut dilengkapi dengan video yang menunjukkan seorang anak diculik oleh dua laki-laki menggunakan sepeda motor.

Ironisnya, video yang dimaksud merupakan film buatan Pakistan untuk meningkatkan kesadaran terhadap bahaya penculikan anak-anak. Video itu lalu diedit dan disebarkan melalui WhatsApp dengan  “dibumbui” oleh kalimat yang provokatif.

Akhir Juni 2018 lalu misalnya, sebuah pesan hoaks yang menyebar secara cepat via WhatsApp di sejumlah distrik di negara bagian Madhya Pradesh, India, yang mengakibatkan dua orang tak bersalah dianiaya. Mereka dipukuli oleh massa berjumlah sekitar 60 orang.

Baca Juga: Gara-gara Hoax, Dua Pria Babak Belur Dihajar Massa

Keduanya dituduh akan membunuh dan menjual organ tubuh seseorang yang menjadi korban. Satu yang menjadi korban pengeroyokan adalah Satish Bhaykre, remaja berumur 21 tahun asal Nagpur, India. Akibat kejadian tersebut, korban mendapat perawatan di rumah sakit. (SN/FHP)

Sumber: Mashable

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI