Telset.id, Jakarta – Para mantan karyawan Facebook sepakat bahwa teknologi (di Facebook) yang mereka ciptakan dirancang agar orang menjadi kecanduan, terutama anak-anak. Jejaring sosial terbesar di dunia itu sengaja membangun fitur adiktif yang dapat membahayakan anak-anak.
Dilansir dari The Sun, mantan Manajer Platform Facebook, Sandy Parakilas, mengatakan tujuan perusahaan adalah agar membuat orang kecanduan Facebook pada usia yang sangat muda.
“Mereka tahu apa efek negatifnya dan mereka tidak jujur,” kata Parakilas.
Pencipta fitur gulir atau scroll tanpa ujung di Facebook, Aza Raskin, mengatakan gulir tersebut sengaja dirancang tidak memiliki akhir ketika ditarik ke atas supaya pengguna tidak meninggalkan aplikasi.
“Di balik setiap layar ponsel Anda, ada ribuan insinyur yang secara harfiah mencoba untuk membuatnya menjadi sangat adiktif,” kata Raskin.
Baca juga: Ternyata Facebook Dirancang Bikin Kecanduan
“Itu sama seperti, mereka mengambil kokain dan menaburknnya ke seluruh wajah anda,” katanya.
Senada dengan bekas kompatriotnya, Leah Pearlman, staf Facebook yang menciptakan tombol “Like” yang membuat Facebook terkenal, menceritakan bagaimana dia sendiri akhirnya terpikat dengan Facebook.
“Saya perhatikan, bahwa saya akan memposting sesuatu yang saya gunakan untuk memposting, dan jumlah Like akan jauh lebih rendah daripada dulu. Tiba-tiba saya pikir saya juga benar-benar menyukai umpan balik,” ujarnya.
Baca juga: Aneh, Pencipta Tombol “Like” Tidak Suka Facebookan
Cerita mantan eksekutif di Facebook ini terungkap di episode Panorama BBC yang ditayangkan pada Selasa (3/7/2018) malam. Mantan pegawai Facebook ini memperingatkan dampak atas Messenger for Kids, aplikasi obrolan Facebook yang dirancang untuk anak berusia 6 hingga 12 tahun.
“Mempertimbangkan sifat adiktif dari Facebook, itu benar-benar memprihatinkan bahwa mereka sekarang menargetkan anak-anak yang lebih muda tanpa standar yang jelas untuk membedakan apa yang baik dan apa yang tidak baik,” kata Parakilas memperingatkan.
Menanggapi reaksi tersebut, Facebook sekarang sedang menyelidiki apakah perilaku “membentuk kebiasaan” akan “membahayakan” pengguna.
Sebenarnya tidak perlu repot-repot mencari bukti. Sebab ada banyak studi terhadap pengaruh media sosial telah diterbitkan sejak munculnya Facebook, dan jumlahnya tak terbatas
Anggota parlemen dan badan amal juga telah lama memperingatkan bahwa situs media sosial, termasuk Instagram milik Facebook, memiliki dampak buruk pada kesehatan mental anak-anak.
Baca juga: Advokat Anak Minta Facebook Tarik Messenger Kids
Bahkan, jajak pendapat baru-baru ini menemukan bahwa empat dari lima orang ingin perusahaan media sosial diatur untuk memastikan mereka berbuat lebih banyak untuk melindungi kesehatan mental anak-anak.
Seperti diketahui, hanya anak berusia di atas 13 tahun yang secara teknis diperbolehkan memiliki akun Facebook. Meskipun demikian perusahaan tidak memiliki cara untuk memastikannya.
Sebagian besar pengguna Facebook saat ini kemungkinan anak-anak berusia antara 13 hingga 15 tahun, bahkan kemungkinan lebih muda, dan berpotensi mengunggah segala macam detail pribadi mereka.
Meski demikian, melalui Peraturan Perlindungan Data Umum Uni Eropa, anak dipaksa agar meminta izin orangtua pada saat memposting data tertentu.
Fitur lain yang harus mendapat izin orangtua di antaranya termasuk “melihat iklan berdasarkan data dari mitra, pandangan agama, politik serta minat atau ketertarikan pada profil.
Sementara itu, Facebook membantah tuduhan telah merancang teknologi agar menjadi candu bagi penggunanya, khususnya anak-anak di bawah umur.
Baca juga: Facebook Disamakan dengan Rokok
Jejaring sosial besutan Mark Zuckerberg itu mengklaim bahwa Facebook dan Instagram dirancang agar mendekatkan pengguna dengan teman, keluarga, dan hal-hal yang mereka pedulikan, dan tujuan itu menjadi dasar dalam setiap keputusan desain yang dibuat.
“Kami tidak menginginkan faktor kecanduan dalam proses itu dan kami terus bekerja untuk memastikan bahwa Facebook dan Instagram berkontribusi pada kehidupan manusia melalui cara yang positif,” jelas Facebook dalam sebuah pernyataan.
Sumber: The Sun