Telset.id, Jakarta – Saat ini banyak institusi, baik swasta dan pendidikan, yang mengembangkan mobil yang bisa mengemudi sendiri alias mobil otonom (self-driving car) di Amerika Serikat (AS), Eropa dan China. Salah satunya Institut Teknologi Massachusetts (MIT) yang mengembangkan sistem anti nyasar untuk mobil otonom.
Semua mobil otonom memiliki kesamaan, yakni mengandalkan peta yang telah diperinci dengan cermat dan dicirikan secara canggih. Artinya, mobil-mobil tersebut harus berada di jalan raya yang memiliki papan nama atau petunjuk yang jelas.
Lalu bagaimana jika ingin bepergian ke perdesaan atau menikmati alam pegunungan yang jauh dari jalan raya dan tidak terdapat di peta? Pastinya mobil otonom tidak akan bisa atau malah bisa tersasar jika memaksa pergi tanpa tahu pasti alamat lokasi tujuannya.
Menurut Digital Trends, masalah tersebut akan bisa teratasi karena ada terobosan baru dari tim ilmuwan komputer dari Ilmu Komputer dan Artificial Intelligence Laboratory (CSAIL) Institut Teknologi Massachusetts (MIT).
Para ilmuwan dari MIT telah merancang MapLite sistem mobil otonom anti nyasar untuk menavigasi jalan tak beraspal dengan menggunakan data GPS dasar dan teknologi sensor.
“Kami menyadari betapa terbatasnya mobil self-driving saat ini dalam hal di mana mereka dapat berkendara. Perusahaan seperti Google hanya menguji di kota-kota besar tempat mereka memberi label posisi yang tepat dari hal-hal seperti jalur dan tanda berhenti,” ujar Teddy Ort, mahasiswa lulusan MIT CSAIL yang bekerja pada proyek tersebut, mengatakan kepada Digital Trends.
Menurut Ort, teknologi yang dikembangkan pada mobil otonom besutan raksasa teknologi seperti Google tidak akan bisa dipergunakan di daerah perdesaan Amerika, yang kebanyakan belum beraspal.
Namun kondisi itu dipastikan akan berubah dengan sistem MapLite. Bagaimana cara kerjanya?
Sistem ini menggunakan data GPS sederhana yang dapat ditemukan di Google Maps dan berbagai sensor untuk memindai lingkungan. Kemudian MapLite menavigasi sepanjang jalan tak beraspal, mengamati kondisi jalan sekitar 100 kaki atau sekitar 30 meter didepannya.
“Sistem yang ada masih sangat bergantung pada peta 3D, hanya menggunakan sensor dan algoritma visi untuk aspek tertentu dari navigasi, seperti menghindari objek bergerak. Sebaliknya, MapLite menggunakan sensor untuk semua bagian navigasi, menggunakan data GPS hanya untuk mendapatkan perkiraan kasar lokasi mobil di luar angkasa,” kata Ort.
Berita Terkait: BlackBerry Jarvis ‘Lindungi’ Mobil Otonom dari Hacker
“Pertama-tama sistem ini menetapkan tujuan akhir dan apa yang kami sebut sebagai ‘tujuan navigasi lokal,’ yang harus berada dalam tampilan mobil” imbuhnya.
Sebenarnya, sitem mobil otonom biasa dan MapLite bisa saling melengkapi. Misalnya ketika mobil tersebut dipergunakan untuk bekerja di perkotaan menggunakan sistem yang ada. Namun ketika bepergian ke luar kota, pengemudi bisa menggantinya dengan MapLite.
Para peneliti CSAIL terus mencoba membuat MapLite lebih fleksibel, mampu menavigasi berbagai jenis jalan. Kendati demikian, mereka berencana untuk mengkomersilkan sistem tersebut, meskipun Ort mengatakan mereka bekerja sama dengan Toyota untuk menggabungkan sistem mereka. [WS]
Sumber: Digitaltrends