Telset.id, Jakarta – Metode pengobatan tumor ganas saat ini sangatlah tidak memadai. Pengobatan kemoterapi, meski terkadang berhasil, mempunyai efek samping yang masif. Kabar bagusnya, para peneliti telah menemukan cara membunuh sel tumor pakai nanorobot yang terbuat dari DNA.
Sepakat atau tidak, pengobatan tumor lewat kemoterapi dan radiasi memang tak jarang malah merusak sel tubuh lain lantaran keberadaan kandungan kimia di dalamnya. Menemukan cara untuk secara khusus hanya mematikan tumor sedang dicari oleh banyak peneliti.
Dilansir dari Engadget, Selasa (13/2), para periset kini tengah menuntaskan penelitian untuk membunuh tumor pakai nanorobot, yang terbuat dari DNA.
Tim mengambil DNA dari virus dan mengubahnya menjadi semacam lembar DNA bersisi enzim yang disebut trombin atau bahan penggumpal darah.
Lembaran itu kemudian digulung menjadi tabung. Di ujung tabung, para peneliti meletakkan potongan kecil DNA yang secara khusus mengikat molekul yang ditemukan di sel tumor. Fungsinya semacam panduan untuk nanorobot DNA.
[Baca juga: Mendarat di Indonesia, Ini Harga Nokia 8]
Nah, begitu dimasukkan ke dalam organisme, nanorobot akan melakukan “inspeksi. Ketika berhubungan dengan molekul tumor, nanorobot akan bekerja. Kemudian, tabung DNA terbuka, memperlihatkan trombin di dalamnya.
Trombin lantas menggumpalkan suplai darah ke tumor, mengurangi nutrisi secara efektif, dan akhirnya membunuhnya.
Untuk menguji nanorobot, para peneliti menyuntikkannya ke tikus yang terinfeksi sel kanker payudara serta sel kanker ovarium manusia. Dalam setiap kasus, nanorobot memperpanjang umur tikus dan memperlambat atau membalikkan pertumbuhan tumor.
Tentu saja, kemampuan untuk mengobati tumor akan diperdebatkan jika nanorobot justru menimbulkan risiko bagi manusia. Namun, tim menunjukkan bahwa nanorobot tidak menggumpalkan darah di luar tumor, tetapi memicu respons kekebalan yang signifikan.
“Riset belum tuntas. Kami belum menguji kehebatan nanorobot ke tubuh manusia. Namun, ada potensi kuat temuan ini bisa menjadi solusi pengobatan kanker,” ujar Guangjun Nie, satu anggota tim peneliti dalam proyek tersebut. [SN/HBS]