Telset.id, Jakarta – Kelompok peretas dikabarkan telah mencuri 57 juta data pengguna dan mitra pengemudi Uber. Sontak saja, kabar ini langsung membuat para pengguna jasa layanan ride sharing ini menjadi panik. Yang mengejutkan, tindakan peretasan ini pun diakui oleh pihak Uber.
Dalam pernyataan resmi melalui blog-nya, pihak Uber mengatakan bahwa data pribadi seperti nama, alamat email, nomor plat kendaraan , dan nomor telepon telah diretas. Namun Uber tidak menyebutkan apakah informasi penting lainnya seperti kartu kredit dan data pribadi pengguna juga berhasil diretas atau tidak.
[Baca juga: Duh, Uber Mata-matai Pengguna iPhone?]
Mengutip dari laman CNET, CEO Uber, Dara Khosrowshahi menyebutkan bahwa mereka baru mengetahui kasus peretasan tersebut baru-baru ini. Padahal setelah dilakukan investigasi, peretasan ini sudah terjadi semenjak 2016 lalu.
Data hasil peretasan ini diketahui disimpan di akun cloud Amazon Web Services. Untuk sementara, diketahui ada dua orang luar perusahaan telah mengakses data tersebut dan mengunduh informasi yang ada di dalam layanan cloud tersebut.
Namun Khosrowshahi menegaskan bahwa semua data yang ada di dalam layanan cloud tersebut kini sudah dihapus sepenuhnya. Kabarnya, untuk menghapus data peretasan ini, Uber rela mengeluarkan uang hingga USD 100 ribu atau sekitar Rp 1,3 miliar, sebagai ‘uang tebusan kepada pihak peretas.
Perusahaan jaringan transportasi asal San Francisco, California itu mengatakan alasan mengapa membeberkan masalah ini ke publik, karena mereka merasa memiliki tanggung kawab sosial kepada masyarakat, khusus para penggunanya.
[Baca juga: Bos Expedia Ditunjuk Jadi CEO Baru Uber]
“Semua ini seharusnya tidak terjadi, dan saya tidak akan membuat alasan untuk hal ini. Saya memang tidak dapat menghapus masa lalu, tapi saya mewakili karyawan Uber siap belajar dari kesalahan,” kata Khosrowshahi dalam pernyataannya.
Sebagai informasi, kasus ini bukan kali pertamanya bagi Uber. Pada Mei 2014 silam, Uber telah mengalami kasus peretasan yang membocorkan hingga 50 ribu informasi pengemudi Uber. Yang parahnya, kala itu Uber baru mengungkapkan kasus peretasan tersebut delapan bulan setelah kasus ini ditemukan. [NC/HBS]