Telset.id – Demam Dual Camera dan Bokeh Effect sudah dimulai dari tahun lalu. Namun kini tiba-tiba menjadi lebih riuh karena teknologi ini sekarang masuk ke smartphone mid-end. Keramaian ini dipicu terutama karena hadirnya dua brand besar, Moto dengan jagoannya G5S Plus dan Xiaomi dengan Mi A1, smartphone Android One terbaru kolaborasi dengan Google.
Kedua smartphone di-launching hanya dalam jeda beda hari, dengan spesifikasi mirip dan harga mirip. Banyak orang menjadi bingung, mending pilih yang mana? Saat ini sebenarnya sudah banyak review baik dalam tulisan dan video yang coba membandingkan kedua device yang menarik ini. Hanya saja terlihat masih banyak yang ragu, mau pilih yang mana? Tetap saja pertanyaan itu sampai saat ini masih sering mampir kepada saya.
Untuk itu saya pikir, baiklah kita buatkan review perbandingan berdasarkan test selengkap mungkin yang lebih in-depth. Sebab kedua device ini banyak sekali miripnya, mungkin dengan membahasnya lebih detail, melihat dari sisi yang belum pernah dibahas, pembaca bisa mendapatkan insight, dan melihat mana sisi yang lebih penting untuk mereka pertimbangkan.
Saya tahu perbandingan ini tidak mudah, karena kedua brand cukup memiliki penggemar yang solid. Untuk itu sebisa mungkin, dalam review perbandingan ini, saya mencoba melakukan pembahasan dengan test dan menyertakan data sebagai backup-nya, dan sebisa mungkin memberi alasan yang mudah dimengerti dan jelas dalam setiap pembahasannya. Semoga mencerahkan dan membantu memberikan tambahan informasi untuk memilih.
Desain
Kedua smartphone berdesain metal unibody, dengan bagian layar dilindungi kaca tahan gores Gorilla Glass 3 yang bagian ujung-ujungnya sedikit melengkung, atau dikenal dengan istilah 2.5D glass.
Bicara dari segi bahan metal unibody, Moto G5S Plus dibuat dari blok aluminium yang kemudian di-carving atau diukir menjadi casing body. Sementara Xiaomi Mi A1, bahan body terbuat dari plat metal yang kemudian di-press menjadi bentuk casing metal.
Dari segi kekakuan dan kekuatan, cara membuat casing seperti Moto ini akan lebih baik, karena keseluruhan body merupakan satu kesatuan tanpa sambungan, dan dari segi biaya pembuatan dan lama pengerjaan juga lebih tinggi.
Jika kita ketuk di bagian belakang body metal keduanya, suara pantulan pada Mi A1 lebih nyaring dan bergema, bisa jadi diakibatkan dua hal, metal yang lebih tipis pada Mi A1, atau “isi” G5S Plus yang lebih padat.
Build quality keduanya sama-sama baik, semua lekukan, sambungan rapih dan halus, samasekali tidak berkesan smartphone mid-end atau murah. Pada pertemuan kaca layar dengan frame body metal Mi A1, terdapat lapisan plastik tipis bagian dari bezel yang posisinya di atas chamfer (bevel), sementara kaca dari layar Moto langsung masuk ke dalam chamfer.
Lapisan plastik bezel (yang pada Mi A1 gold berwarna putih), selain bagian dari desain yang membuat frame (gold) tampil lebih tipis, juga bagian dari kemudahan penggantian dan pemasangan layar, yang lebih mudah dibuka karena menggunakan sistem baut, dibandingkan Moto G5S Plus yang dilem dan harus dipanaskan..
Secara ukuran kedua smartphone ini hampir juga mirip, hanya terlihat Mi A1 sedikit lebih tinggi, sementara Moto G5sPlus sedikit lebih lebar di atas kertas, tetapi tidak kasat mata. Perbedaan bobot juga tidak terasa hanya 3 gram. Sementara rasio layar terhadap keseluruhan permukaan depan smartphone, Moto G5S Plus sedikit lebih baik.
Peletakkan tombol di bagian kanan kedua smartphone sama, di bagian kanan terdapat volume dan power button. Jika diraba, tombol power button Moto G5S Plus memiliki permukaan kasar yang berbeda dibanding tombol volume. Sedangkan pada Xiaomi Mi A1 keduanya sama licin. Perbedaan ini walaupun kecil cukup berarti untuk mengurangi kesalahan saat menekan tombol yang posisinya berdekatan.
Pada bagian bawah posisi lubang speaker keduanya sama di sebelah kanan, di tengah terdapat port charger/data yang pada Xiaomi sudah menggunakan USB Type-C, sementara pada Moto masih menggunakan micro USB. Xiaomi tetap meletakkan port audio 3.5mm di bagian bawah, sementara Moto memilih di bagian atas.
Kedua peletakkan port audio ini sama-sama memiliki kelebihan, untuk mereka yang suka mendengarkan musik sambil berjalan dan mengantungi smartphone, karena port audio di bawah lebih nyaman. Sementara untuk mereka yang ingin meletakkan smartphone berdiri (potrait) di atas meja atau kasur sambil menggunakan earphone, posisi port di atas lebih nyaman.
Pada bagian atas Mi A1 memiliki lubang infra red untuk remote control yang tidak dimiliki G5S Plus. Pada sisi kiri, keduanya meletakkan SIM tray hybrid, bisa memilih apakah akan menggunakan dual SIM atau single SIM dengan tambahan memori eksternal.
Kedua smartphone memiliki dua buah mic, yang satu untuk berbicara, satu mic lagi untuk mendengarkan ambien suara sekitar dan mengeleminasinya agar saat bertelepon suara sekitar tidak terlalu mengganggu bagi lawan bicara.
Moto G5S Plus masih meletakkan home button fingerpint di bagian depan. Home button ini tidak clickable, tetapi bisa mengenali gestur tap dan swipe. Di bagian atas teradapat lampu LED untuk membantu pemotretan selfie pada lowlight yang tidak dimiliki Mi A1.
Bagi mereka yang terikat kebiasaan sejak zaman Blackberry booming yang berpandu notifikasi pesan berdasarkan pulse notification light, lampu kecil yang berkedip, Mi A1 masih menggunakannya, sementara G5S Plus sudah beralih ke gesture on screen display. Gerakkan sedikit smartphone tanpa harus menyalakannya maka akan ditampilkan notifikasi pesan apa yang masuk beserta jam.
Pada bagian belakang kedua smartphone terdapat dual kamera yang penempatan dan gaya desainnya menentukan keseluruhan karakter desain smartphone. Keduanya di desain sama menarik, hanya saja ada tambahan catatan khusus yang harus diberikan kepada Xiaomi Mi A1.
Secara kasat mata penempatan dual kamera, tonjolan kamera, dan lengkung garis antenna atas-bawah, membuat Mi A1 tampil terlihat lebih langsing, well designed. Di tengah agak ke bawah, Xiaomi menempatkan fingerprint sensor yang mudah dijangkau. Hanya sayangnya, desain ini tidak orisinal. Supaya saya tidak dikatakan berkomentar asal, saya kutip beberapa tanggapan dari beberapa portal gadget dunia:
Tech Radar: On the back, it looks a lot like the OnePlus 5
Androidpolice: But like many of Xiaomi’s previous phones, this device looks very much like an Apple phone – in this case, the iPhone 7 Plus
Androidheadlines: Looks a lot like the iPhone
Mari kita lihat desain ketiganya, iPhone 7 Plus, OnePlus 5, dan Xiaomi Mi A1:
Memang kabanyakan smartphone sekarang kalau tidak mirip iPhone, atau mirip Samsung. Desain yang mudah dikenal orang memang memiliki daya tarik, karena secara psikologis orang lebih mudah menerima siapa yang mereka kenal. Tetapi rasanya Xiaomi sekarang bukan brand yang kecil lagi. Orang barat pun mengenalnya sebagai Apple dari timur.
Xiaomi Mi Mix hanya satu contoh desain yang berhasil membuat orang menoleh, ada desain menarik berhasil dibuat pabrikan China. Jadi sepertinya sudah saatnya Xiaomi berhenti mengekor dan mencari jati diri desainnya sendiri.
Moto G5S Plus malah kembali ke akar desainnya saat masih dimiliki Motorola Amerika, di bawah lingkaran kamera yang besar, ada bundaran yang melekuk ke dalam dengan lambang huruf M, icon Motorola. Desain yang khas sekali yang dengan sekejap melihat kita langsung mengetahui itu smartphone Motorola. Lekukan melingkar ini, sadar tidak sadar membuat banyak orang yang menggenggamnya akan meletakkan jari telunjuk di sana.
Secara garis besar, kedua smartphone didesain sama baiknya. Tetapi melihatnya secara detail seperti dijabarkan di atas tentang unibody metal casing-nya dibuat, perhatian terhadap detail dan orisinalitas desain, angka lebih besar harus diberikan kepada Moto G5S Plus.
Apalagi jika kita mengutip quote dari seniman perupa patung besar Indonesia, Nyoman Nuarta: “Seniman justru dia harus berbeda dengan yang lainnya, kalau tidak dia dianggap plagiat”.