Telset.id, Jakarta – Peredaran berita palsu atau hoax makin gencar berseliweran di seluruh media sosial. Hal ini pun mendapat perhatian dari mantan CEO Microsoft, yang juga investor utama Twitter, Steve Ballmer. Menurutnya, medsos sulit untuk bisa mengendalikan penyebaran hoax.
Ballmer mengatakan, meskipun tidak dapat mengendalikan hoax secara keseluruhan, masih ada hal yang bisa dilakukan oleh para penyedia platform medsos. Salah satunya adalah membantu mengekang penyebaran hoax tersebut.
Dia menyebutkan bahwa beberapa medsos kenamaan seperti Facebook dan Twitter kini menghadapi pengawasan ketat oleh kongres Amerika mengenai ikut campur Rusia mempengaruhi pemilihan presiden 2016.
[Baca juga: Fitur Polling Instagram Permalukan Pengguna, Kenapa?]
Oleh karena itu, Ballmer meminta para pemilik medsos mengadopsi sistem yang memungkinkan pengguna mengetahui apakah mereka mendapatkan berita dari sumber terpercaya atau tidak.
Dia mencontohkan, hal ini dapat dilihat dari tanda centang di Twitter sebagai penanda bahwa akun tersebut merupakan akun yang ‘terferivikasi’. Di sisi lain, Facebook juga sudah memperkenalkan fitur yang dapat memunculkan berita terpercaya di feed pengguna.
Dalam kesempatan itu, Ballmer juga menyoroti soal kabar yang menyebutkan Rusia telah menempatkan iklan di medsos yang telah dilihat lebih dari 10 juta orang. Twitter mengatakan bahwa ada lebih dari 200 akun pengguna layanan mereka yang terhubung dengan para pembeli iklan di Facebook.
[Baca juga: Obama Minta Facebook Hadapi Hoax Secara Serius]
Ternyata, setelah diperiksa oleh Google, terungkaplah bahwa beberapa agen rusia dikabarkan membayar puluhan ribu dolar untuk beriklan di YouTube, Gmail, serta pencarian Google.
Lalu saat ditanya soal masalah pelecehan yang terjadi di Twitter, Ballmer mengatakan bahwa dirinya percaya dengan asas kebebasan berbicara. Namun menurutnya setiap medsos memiliki hak menghapus konten yang sama sekali tidak pantas di platform mereka.
Ballmer juga menyinggung soal Tweet kontorversional Presiden Donald Trump. Menurutnya, Presiden Amerika Serikat ke-45 itu memiliki hak untuk didengar. Ballmer memastikan bahwa CEO Twitter, Jack Dorsey tidak memiliki rencana untuk menghentikan cuitan Trump dalam waktu dekat. [NC/HBS]