Indosat Tuding Ada Praktek Monopoli di Luar Jawa

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Indosat Ooredoo menyoroti dunia telekomunikasi Indonesia saat ini telah terjadi persaingan tidak sehat. Indosat menuding penguasaan pasar luar Jawa yang sangat besar oleh satu operator mengakibatkan terjadinya praktik monopoli.

Deva Rachman, Group Head Corporate Communications Indosat Ooredoo menyatakan, dunia telekomunikasi Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan berat.

Program pemerintah untuk membangun negara melalui dunia digital dan antusiasme masyarakat untuk memajukan diri melalui kegiatan online disebut belum bisa segera dijalankan dengan mulus karena penyediaan layanan komunikasi dan akses informasi, utamanya di luar Jawa, belum kompetitif.

Penguasaan pasar luar Jawa yang sangat besar oleh satu penyedia jasa telekomunikasi mengakibatkan turunnya affordability masyarakat. Hal ini diyakini akan menghambat laju penetrasi pengguna atau menghambat peningkatan jumlah masyarakat yang bisa masuk ke dunia digital dan melakukan kegiatan online.

“Pasar di luar Jawa, saat ini dikuasai oleh satu penyelenggara yang menguasai lebih dari 80% pasar telekomunikasi. Menurut ketentuan UU tentang persaingan usaha, jika terjadi penguasaan pasar lebih dari 50%, maka patut dianggap telah terjadi praktek monopoli sehingga negara harus hadir untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat,” jelas Deva dalam keterangannya yang dikutip Telset.id, Minggu (19/6/2016).

[Baca juga: Indosat Tabuh Genderang Perang Tarif Operator]

Menurutnya, kehadiran penyelenggara lain secara seimbang sangat penting untuk menjamin tersedianya layanan komunikasi dan akses informasi yang kompetitif sehingga lebih terjangkau (affordable) oleh masyarakat.

Melihat kondisi ini, Indosat berusaha memasuki pasar luar Jawa dengan tarif telepon Rp 1 per detik ke semua operator yang diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat luas di luar jawa. Program ini dijalankan sejak 10 Juni 2016 dengan tagline #buktikanRp1, dan tarif tersebut telah beredar di beberapa tempat sejak Desember 2015.

“Sosialisasi tarif Rp 1 per detik dilakukan melalui kegiatan edukasi dan testimoni pelanggan. Program ini kami jalankan sebagai bagian dari program akuisisi 1 juta pelanggan dalam program Rp 1 per detik ke semua operator di luar Jawa,” terangnya.

“Komunikasi langsung dengan masyarakat ini kami yakini sebagai cara yang paling efektif dalam rangka menembus pasar yang terlanjur monopolistik. Tentu sangat menarik untuk mendengar langsung testimoni mereka yang sebelumnya tidak memiliki pilihan lain di pasar. Alhamdulillah berhasil sesuai yang diharapkan,” tutur Deva.

Penguasaan pasar telekomunikasi di luar Jawa oleh satu penyedia layanan yang bersifat monopolistik dinilai Indosat membuat masyarakat menjadi rentan terhadap kenaikan tarif layanan yang terang-terangan ataupun yang diam-diam.

Dari data yang dipaparkan Indosat, survei yang dilakukan kepada pelanggan di luar Jawa menunjukkan tingginya tarif layanan. Di beberapa daerah, para pelanggan harus membayar 7 kali lipat lebih mahal. Pelanggan bahkan sering tidak menyadari adanya kenaikan harga yang dikenakan dalam segmen-segmen waktu serta hari-hari tertentu.

[Baca juga: Diserang Indosat, Begini Jawaban Telkomsel]

“Indosat Ooredoo menawarkan produk yang murah, skema tarif yang sederhana dan tidak kompleks, dimana produk tarif kami amat transparan tanpa pemberlakuan segmen waktu dan hari. Produk ini mendapat sambutan baik di masyarakat dimana mereka bersedia melakukan testimoni atas tarif ini secara sukarela. Terkait testimoni yang spesifik menyebut nama operator lain telah kami tarik agar tidak menimbulkan salah paham,” kata Deva.

Selain soal tarif, Indosat pun mengungkapkan panasnya persaingan antar operator seluler di lapangan yang menjurus perilaku persaingan tidak sehat serta biaya interkoneksi yang masih terlalu tinggi.

“Banyak produk-produk kami diborong di pasar oleh pihak kompetitor, shop sign kami dipaksa untuk diganti dengan shop sign kompetitor serta outlet-outlet yang menjual produk kami banyak mendapatkan ancaman oleh pihak kompetitor dan diminta agar tidak menjual kartu perdana kami,” tegas Deva.

“Kami mengimbau kepada semua pihak yang terkait bahwa kondisi ini harus segera dibenahi. Kami berharap pemerintah dan semua pihak yang berwenang melakukan penegakan regulasi untuk mewujudkan persaingan usaha yang sehat. Dengan kita bersaing sehat, masyarakat bisa menikmati layanan komunikasi dan akses informasi yang terbaik bagi peningkatan kualitas masyarakat dan perekonomian nasional,” imbuhnya.[HBS]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI