Beranda blog Halaman 74

Resident Evil Requiem: Awalnya Open-World, Kini Kembali ke Akar Seri

Telset.id – Kabar mengejutkan datang dari Capcom. Resident Evil Requiem, yang sebelumnya dikabarkan sebagai game open-world, ternyata memang sempat dikembangkan dengan konsep tersebut. Namun, tim pengembang memutuskan untuk kembali ke formula klasik seri ini setelah menyadari itu bukan yang diinginkan penggemar.

Dalam video Creator’s Message yang eksklusif di Resident Evil Portal, direktur Koshi Nakanishi mengungkapkan bahwa rumor tentang Resident Evil 9 (kini bernama Resident Evil Requiem) sebagai game open-world memang benar adanya. “Kami menghabiskan waktu untuk bereksperimen dengan konsep itu,” kata Nakanishi. “Tapi akhirnya kami sadar, ini bukan yang diharapkan fans.”

Koshi Nakanishi menjelaskan konsep Resident Evil Requiem

Keputusan ini membuat Resident Evil Requiem akan tetap menjadi game single-player offline, seperti yang ditekankan produser Masachika Kawata. Langkah ini patut diapresiasi di era dimana banyak publisher memaksakan elemen online ke franchise yang awalnya single-player.

Fenomena ini mengingatkan pada kasus Dragon Age: The Veilguard yang sempat dipaksa menjadi game live-service oleh EA sebelum akhirnya kembali ke konsep RPG single-player. Bedanya, Capcom menyadari kesalahan ini lebih awal dalam pengembangan.

Kembalinya Resident Evil ke formula klasik ini patut disyukuri. Dalam beberapa tahun terakhir, Capcom konsisten merilis game berkualitas tinggi. Keputusan untuk mendengarkan keinginan fans menunjukkan bahwa publisher ini masih memiliki integritas kreatif yang tinggi.

Lantas, bagaimana jika Capcom bersikeras dengan konsep open-world? Mungkin kita akan melihat Resident Evil yang sangat berbeda – mungkin lebih mirip dengan Wheel of Time atau bahkan Assassin’s Creed versi survival horror. Untungnya, itu tidak terjadi.

Resident Evil Requiem akan membawa pemain kembali ke Raccoon City dengan gameplay yang lebih familiar. Game ini akan menawarkan pengalaman baik dari perspektif first-person maupun third-person, menunjukkan bahwa meski kembali ke akar, Capcom tetap berinovasi.

Keputusan kreatif ini patut menjadi pelajaran bagi industri game. Terkadang, mendengarkan fans dan tetap setia pada DNA franchise justru menghasilkan karya yang lebih baik daripada sekadar mengikuti tren.

Google Luncurkan Offerwall, Solusi untuk Penerbit yang Terdampak AI Overviews

0

Telset.id – Jika Anda adalah penerbit atau konten kreator yang merasakan penurunan trafik sejak Google memperkenalkan fitur AI Overviews, kabar terbaru ini mungkin bisa menjadi angin segar. Google kini meluncurkan Offerwall, sebuah alat baru yang dirancang khusus untuk membantu penerbit mendapatkan kembali pendapatan mereka yang tergerus oleh dominasi pencarian berbasis AI.

Sejak diperkenalkan awal 2024, AI Overviews telah mengubah cara pengguna mengakses informasi. Fitur ini menyajikan ringkasan langsung di halaman hasil pencarian, membuat pengguna tidak perlu lagi mengklik tautan ke situs asli. Praktis, trafik organik ke situs penerbit pun merosot tajam. Seperti yang pernah kami bahas dalam artikel AI Mengubah Ekonomi Internet, dampaknya terhadap bisnis digital sangat signifikan.

Google introduces Offerwall to help publishers

Bagaimana Offerwall Bekerja?

Offerwall adalah solusi yang memungkinkan penerbit memonetisasi konten mereka tanpa bergantung sepenuhnya pada iklan atau kunjungan situs. Dengan alat ini, penerbit dapat memasang paywall atau sign-in wall, mengharuskan pengguna untuk berlangganan, login, atau menyelesaikan tindakan tertentu sebelum mengakses konten premium.

Google mengklaim bahwa Offerwall telah diuji coba pada ribuan penerbit dengan berbagai jenis konten dan wilayah. Alat ini tersedia gratis melalui Google Ad Manager, memberikan fleksibilitas bagi penerbit untuk menyesuaikan model akses sesuai kebutuhan mereka. Misalnya, penerbit bisa meminta pembaca membuat akun untuk membangun hubungan yang lebih dalam.

Dampak AI Overviews terhadap Industri Penerbitan

AI Overviews memang memudahkan pengguna, tetapi di sisi lain, fitur ini telah memicu kekhawatiran besar di kalangan penerbit. Seperti yang terjadi pada Google Ask Photos, inovasi AI seringkali memiliki konsekuensi yang tidak terduga. Banyak penerbit mengandalkan trafik organik dari Google untuk menghasilkan pendapatan melalui iklan, dan penurunan kunjungan berarti penurunan pendapatan.

Offerwall hadir sebagai upaya Google untuk memulihkan kepercayaan dengan ekosistem penerbitan. Namun, apakah solusi ini cukup? Beberapa analis berpendapat bahwa penerbit masih perlu mencari strategi diversifikasi pendapatan jangka panjang, terutama mengingat perkembangan pesat teknologi AI seperti yang terlihat pada ekspansi Audio Overviews di Gemini.

Bagaimana pendapat Anda? Apakah Offerwall bisa menjadi solusi berkelanjutan, atau hanya sekadar tempelan untuk masalah yang lebih besar?

OpenAI Beralih ke Google TPU untuk Tekan Biaya AI, Apa Dampaknya?

0

Telset.id – Jika Anda mengira persaingan di dunia AI hanya soal model dan algoritma, siap-siap terkejut. Laporan terbaru dari The Information mengungkapkan bahwa OpenAI diam-diam telah beralih menggunakan Tensor Processing Unit (TPU) milik Google untuk menjalankan ChatGPT dan produk AI lainnya. Langkah ini disebut-sebut sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada GPU NVIDIA yang harganya selangit.

Selama ini, OpenAI dikenal sebagai mitra utama Microsoft dan Oracle dalam hal infrastruktur komputasi AI. Kedua perusahaan tersebut menyediakan akses ke GPU NVIDIA untuk pelatihan dan inferensi model AI. Namun, rupanya biaya operasional yang membengkak membuat OpenAI mencari alternatif. Di sinilah Google masuk dengan TPU-nya.

Google TPU generasi ketujuh yang digunakan untuk AI

Mengapa OpenAI Beralih ke Google TPU?

Menurut sumber anonim yang dikutip The Information, OpenAI mulai menggunakan TPU Google dalam beberapa bulan terakhir. Alasan utamanya sederhana: efisiensi biaya. NVIDIA memang masih menjadi raja di pasar chip AI, tetapi harga GPU-nya yang tinggi dan pasokan yang terbatas membuat banyak perusahaan, termasuk OpenAI, mencari opsi lain.

Google sendiri meluncurkan TPU generasi ketujuh pada April lalu, yang diklaim sebagai chip AI pertama mereka yang dioptimalkan untuk inferensi. Chip ini sebelumnya juga digunakan Apple untuk melatih platform Apple Intelligence. Meski Google belum menyewakan TPU terbarunya ke OpenAI, langkah ini tetap menjadi sinyal menarik dalam persaingan industri AI.

Dampak terhadap NVIDIA dan Pasar AI

Jika Google berhasil menarik lebih banyak perusahaan untuk menggunakan TPU-nya, dominasi NVIDIA di pasar chip AI bisa tergoyahkan. NVIDIA memang masih unggul dalam hal performa, tetapi harga dan ketersediaannya menjadi kendala besar. Google, dengan infrastruktur cloud-nya, bisa menjadi pesaing serius.

Selain itu, langkah OpenAI ini juga menunjukkan betapa dinamisnya industri AI. Tidak hanya soal model dan algoritma, tetapi juga infrastruktur pendukungnya. Seperti yang terjadi dengan Huawei Ascend 910D, persaingan di level hardware semakin sengit.

Ilustrasi persaingan chip AI antara Google, NVIDIA, dan Huawei

Lalu, apa artinya bagi pengguna akhir? Jika biaya operasional AI bisa ditekan, bukan tidak mungkin layanan seperti ChatGPT akan menjadi lebih murah atau setidaknya tidak mengalami kenaikan harga. Namun, ini masih spekulasi. Yang pasti, persaingan antara raksasa teknologi dalam hal AI semakin panas.

Bagaimana pendapat Anda? Apakah langkah OpenAI ini akan mengubah peta persaingan AI secara signifikan? Atau NVIDIA tetap akan menjadi pemain utama? Simak terus perkembangan terbaru di Telset.id.

Poco F7 vs iQOO Neo 10: Mana yang Lebih Layak di Bawah $500?

Telset.id – Di tengah maraknya smartphone flagship dengan harga selangit, Poco F7 dan iQOO Neo 10 muncul sebagai jawaban bagi mereka yang ingin performa tinggi tanpa merogoh kocek terlalu dalam. Keduanya dibekali Snapdragon 8s Gen 4, fitur premium, dan harga sekitar $400. Tapi, mana yang lebih layak jadi pilihan?

1. Desain dan Layar: Ketangguhan vs Kecerahan

Poco F7 unggul dalam hal ketangguhan dengan bodi kaca Gorilla Glass 7i dan rangka aluminium, dilengkapi sertifikasi IP68 yang tahan air dan debu. Sementara itu, iQOO Neo 10 mengandalkan bodi plastik dengan perlindungan IP65 dan sertifikasi MIL-STD-810H. Meski Neo 10 mengklaim lebih tahan guncangan, Poco F7 tetap lebih premium untuk penggunaan sehari-hari.

Di sisi layar, iQOO Neo 10 menawarkan refresh rate 144Hz dan kecerahan puncak 4400 nit, mengalahkan Poco F7 yang hanya 120Hz dan 3200 nit. Namun, Poco F7 punya keunggulan dengan dukungan Dolby Vision dan layar lebih besar (6,83 inci), cocok untuk penggemar konten. Standar baru Google untuk perangkat Android mungkin membuat keduanya semakin kompetitif.

2. Performa dan Baterai: Sama Kencang, Tapi Charging Beda

Keduanya menggunakan chipset Snapdragon 8s Gen 4 dan GPU Adreno 825, sehingga performa gaming dan multitasking nyaris identik. Namun, iQOO Neo 10 menawarkan varian RAM hingga 16GB, cocok untuk power users. Poco F7 hadir dengan baterai 6500 mAh (7550 mAh di India) dan fast charging 90W, sedangkan Neo 10 punya baterai 7000 mAh dengan charging 120W yang bisa mengisi 50% dalam 15 menit.

Jika Anda sering bepergian dan butuh pengisian cepat, Neo 10 jelas lebih unggul. Namun, Poco F7 bisa jadi pilihan bagi yang mengutamakan kapasitas baterai besar, terutama di India. Xiaomi Xring O1 mungkin menjadi pesaing lain di segmen ini.

3. Kamera: Selfie vs Low-Light

Kamera utama keduanya sama-sama 50MP dengan OIS, tapi Poco F7 memiliki aperture lebih lebar (f/1.5) untuk hasil low-light lebih baik. Di sisi lain, iQOO Neo 10 unggul di kamera selfie dengan sensor 32MP yang bisa merekam 4K, sementara Poco F7 hanya 20MP dengan rekaman 1080p.

Bagi yang sering vlog atau video call, Neo 10 lebih direkomendasikan. Namun, Poco F7 tetap unggul untuk fotografi malam hari. itel A90 mungkin bisa jadi alternatif budget-friendly jika kamera bukan prioritas utama.

4. Kesimpulan: Pilih Sesuai Kebutuhan

Poco F7 cocok untuk yang menginginkan desain premium, ketahanan lebih baik, dan baterai besar. Sementara iQOO Neo 10 lebih unggul dalam hal kecepatan charging, refresh rate layar, dan kamera selfie. Keduanya menawarkan nilai terbaik di kelasnya, tapi jika Anda butuh performa ekstrem dan pengisian super cepat, Neo 10 adalah pilihan tepat.

Xiaomi 15 Ultra Hadir dengan Warna Baru dan Grip Kamera yang Lebih Ergonomis

Telset.id – Xiaomi kembali membuat gebrakan dengan menghadirkan varian warna baru untuk Xiaomi 15 Ultra, ponsel flagship yang bekerja sama dengan Leica. Tidak hanya sekadar perubahan warna, perangkat ini juga dilengkapi dengan grip kamera yang lebih ringan dan ergonomis, menjadikannya pilihan menarik bagi para penggemar fotografi smartphone.

Jika sebelumnya Xiaomi 15 Ultra hanya tersedia dalam warna hitam, putih, dan silver, kini ponsel ini hadir dengan tiga pilihan warna baru yang lebih berani: ungu, aquamarine, dan cokelat. Desain dua warna dengan bagian belakang berbahan vegan leather dan strip silver di bagian atas tetap dipertahankan, memberikan kesan vintage yang kuat seperti kamera klasik. Ini adalah sentuhan yang jelas dari kolaborasi Xiaomi dan Leica, yang semakin memperkuat posisi ponsel ini sebagai perangkat serius untuk fotografi.

Xiaomi 15 Ultra dalam warna ungu dengan grip kamera baru

Selain varian warna baru, Xiaomi juga memperkenalkan “Fashion Photography Kit” yang telah didesain ulang. Grip kamera ini kini lebih ringan, dengan berat hanya 42 gram, dan memiliki bentuk yang lebih ramping. Meskipun kemungkinan tidak dilengkapi dengan baterai internal, grip ini tetap mempertahankan fitur penting seperti tombol shutter yang mendukung half-press untuk autofocus dan pengunci eksposur, serta tombol khusus untuk merekam video. Mode Fastshot juga tetap ada, memungkinkan pengguna mengambil foto dengan cepat, mirip seperti menggunakan kamera profesional.

Dari sisi spesifikasi, Xiaomi 15 Ultra tidak mengalami perubahan. Ponsel ini masih dibekali layar 6,73 inci 2K LTPO AMOLED, chipset Snapdragon 8 Elite, dan baterai berkapasitas 5.410 mAh (6.000 mAh untuk versi Tiongkok) dengan dukungan pengisian cepat 90W kabel dan 80W nirkabel. Sistem kameranya tetap mengandalkan sensor utama 50MP LYT-900 berukuran 1 inci, ultrawide 50MP, telefoto 3x 50MP, dan periskop 200MP dengan zoom 4,3x untuk jangkauan yang lebih jauh.

Harga untuk varian warna baru ini belum diumumkan secara resmi, namun bocoran dari tipster @stufflistings mengindikasikan bahwa Photography Kit di India akan dijual sekitar ₹13.900 (sekitar Rp 2,7 juta). Dengan pembaruan ini, Xiaomi 15 Ultra semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu ponsel dengan kemampuan fotografi terbaik di pasaran.

Pertanyaannya sekarang, apakah pembaruan ini cukup untuk menarik pengguna kamera profesional beralih ke smartphone? Dengan kemampuan hardware yang sudah sangat mumpuni dan dukungan aksesori yang semakin lengkap, Xiaomi 15 Ultra memang layak dipertimbangkan. Namun, bagi mereka yang sudah terlanjur nyaman dengan kamera mirrorless atau DSLR, mungkin masih butuh waktu lebih lama untuk benar-benar beralih.

Jika Anda tertarik membandingkan performa Xiaomi 15 Ultra dengan pesaingnya, simak ulasan lengkapnya di Vivo X200 Ultra vs Xiaomi 15 Ultra: Mana yang Lebih Layak Dibeli? atau Xiaomi 15 Ultra vs Oppo Find X8 Pro: Mana yang Lebih Worth It?.

Samsung Galaxy M36 5G Resmi Dirilis di India dengan Exynos 1380 dan Android 15

Telset.id – Samsung kembali memperkuat jajaran smartphone mid-range-nya dengan meluncurkan Galaxy M36 5G di India. Peluncuran ini datang tepat sebelum acara Galaxy Unpacked pada 9 Juli mendatang, menunjukkan strategi Samsung untuk mendominasi segmen harga menengah dengan spesifikasi premium.

Samsung Galaxy M36 5G

Smartphone terbaru ini membawa sejumlah peningkatan signifikan dibandingkan pendahulunya, terutama di sektor layar, performa, dan fitur perangkat lunak. Layar 6,7 inci Super AMOLED dengan refresh rate 120Hz menjadi salah satu andalannya, dilengkapi proteksi Corning Gorilla Glass Victus+ yang tahan gores dan benturan ringan.

Di balik performanya, Galaxy M36 5G ditenagai chipset Exynos 1380 berbasis proses 5nm yang lebih efisien. Kombinasi dengan Android 15 dan One UI 7 dari Samsung menjanjikan pengalaman pengguna yang mulus. Smartphone ini tersedia dalam dua varian RAM: 6GB dan 8GB, dengan opsi penyimpanan 128GB atau 256GB yang masih bisa diperluas via microSD.

Kamera dan Fitur AI Canggih

Sektor fotografi tidak kalah menarik dengan konfigurasi triple kamera belakang. Sensor utama 50MP dengan Optical Image Stabilization (OIS) didukung lensa ultra-wide 8MP dan makro 2MP. Kemampuan rekaman 4K pada 30fps tersedia baik untuk kamera utama maupun selfie 13MP di depan.

Samsung membekali M36 5G dengan berbagai fitur AI terkini seperti Circle to Search dengan Google, Google Gemini Live untuk tanya jawab visual real-time, dan AI Select untuk kreasi konten cepat. Sayangnya, meski memiliki speaker stereo, smartphone ini tidak lagi menyertakan jack audio 3.5mm.

Konektivitas dan Daya Tahan Baterai

Dari sisi konektivitas, Galaxy M36 5G mendukung Wi-Fi 6 dan Bluetooth 5.3 dengan port USB Type-C 2.0 yang kompatibel OTG. Sistem navigasi satelitnya cukup lengkap mencakup GPS, GLONASS, GALILEO, BDS, dan QZSS, meski tidak memiliki NFC atau radio FM.

Untuk keamanan, tersedia sensor sidik jari samping dan sensor standar lainnya. Kapasitas baterai 5000mAh dengan dukungan fast charging 25W menjanjikan daya tahan seharian penuh.

Galaxy M36 5G akan tersedia dalam tiga pilihan warna: Orange Haze, Velvet Black, dan Serene Green. Penjualan terbuka dimulai 12 Juli 2025 melalui Amazon India, situs resmi Samsung, dan toko offline dengan harga mulai Rp16.499 termasuk penawaran bank.

Dengan spesifikasi ini, Samsung Galaxy M36 5G siap bersaing ketat di segmen mid-range. Tertarik mencoba smartphone terbaru dari jajaran Galaxy M series ini?

Redmi K Pad Resmi Diluncurkan: Tablet Kompak dengan Performa Monster

Telset.id – Xiaomi kembali mengejutkan pasar dengan meluncurkan tablet terbarunya, Redmi K Pad, yang mengusung desain kompak namun dibekali spesifikasi tinggi. Tablet ini hadir sebagai jawaban bagi gamer, pelajar, dan profesional yang menginginkan perangkat portabel tanpa kompromi.

Diumumkan dalam acara Smart Ecosystem di China, Redmi K Pad muncul bersama dua produk lain: Mix Flip 2 dan Redmi K80 Ultra. Namun, yang menarik perhatian adalah bagaimana Xiaomi berhasil menjejalkan teknologi canggih ke dalam bodi tablet berukuran 8,8 inci ini.

Layar 3K dengan Refresh Rate 165Hz

Redmi K Pad

Redmi K Pad menawarkan pengalaman visual yang memukau dengan layar LCD 8,8 inci beresolusi 3008×1880 piksel. Layar ini tidak hanya tajam dengan kepadatan piksel tinggi, tetapi juga mendukung refresh rate variabel hingga 165Hz dan touch sampling rate 372Hz – kombinasi yang sempurna untuk gaming responsif.

Xiaomi mengklaim layar ini mencapai kecerahan puncak 700 nits dan dilengkapi berbagai fitur perlindungan mata seperti DC dimming, sertifikasi TÜV Rheinland triple, dan grading S++ untuk mengurangi emisi cahaya biru. Tak lupa, perlindungan Corning Gorilla Glass 5 membuatnya lebih tahan gores.

Ditenagai Dimensity 9400+ dengan Sistem Pendingin Canggih

Redmi K Pad

Di balik bodi rampingnya, Redmi K Pad menyembunyikan chipset MediaTek Dimensity 9400+ berproses 3nm yang mampu mencapai kecepatan hingga 3,73GHz. Dikombinasikan dengan GPU Immortalis-G925 MC12 dan teknologi Rage Engine 4.0 milik Xiaomi, tablet ini siap menangani game-game berat sekalipun.

Yang menarik, Xiaomi menerapkan desain SoC di tengah untuk distribusi panas yang lebih merata, didukung oleh ruang uap aluminium alloy seluas 12,050mm². Solusi ini memungkinkan performa tinggi terjaga bahkan saat gaming marathon dengan resolusi 3K.

Fitur Unggulan untuk Berbagai Kebutuhan

Redmi K Pad

Redmi K Pad menjalankan HyperOS 2 berbasis Android 15 dengan dukungan penuh ekosistem Xiaomi. Tablet ini tidak hanya untuk gaming, tetapi juga produktivitas dengan fitur seperti akses PC jarak jauh dan kompatibilitas lintas platform dengan perangkat Apple.

Baterai 7,500mAh dengan pengisian cepat 67W dan fitur Bypass Charging Plus memastikan Anda bisa bermain game sambil mengisi daya tanpa khawatir baterai cepat rusak. Sistem audio quad-speaker yang 78% lebih keras dengan dukungan Dolby Atmos menambah pengalaman multimedia yang imersif.

Untuk konektivitas, tablet ini sudah mendukung Wi-Fi 7 dengan setup tri-antenna untuk stabilitas maksimal. Dua port USB-C memberikan fleksibilitas dalam penggunaan, sementara motor haptic X-axis linear memberikan umpan balik yang lebih presisi.

Redmi K Pad tersedia dalam tiga varian warna: Spruce Green, Smoky Purple, dan Deep Black. Xiaomi menawarkan lima pilihan konfigurasi memori dengan harga mulai dari 2,799 yuan (~Rp6,3 juta) untuk versi 8GB/256GB hingga 4,199 yuan (~Rp9,5 juta) untuk versi 16GB/1TB.

Dengan spesifikasi dan fitur yang ditawarkan, Redmi K Pad berpotensi menggeser persepsi pasar tentang tablet kompak. Apakah ini akan menjadi pesaing serius di segmen tablet premium? Waktu yang akan menjawab.

Xiaomi Pad 7S Pro Resmi Meluncur: Tablet Produktivitas dengan Chipset XRing O1

Telset.id – Xiaomi kembali memperkuat jajaran tablet premiumnya di China dengan meluncurkan Xiaomi Pad 7S Pro. Hadir sebagai penengah antara Pad 7 Ultra dan Pad 7/7 Pro, perangkat ini menjadi tablet ketiga yang mengusung chipset XRing O1 buatan Xiaomi sendiri. Lantas, apa saja yang ditawarkan oleh tablet terbaru ini?

Xiaomi Pad 7S Pro menawarkan layar LCD berukuran 12,5 inci dengan resolusi 3,2K (308 PPI), refresh rate 144Hz, dan aspek rasio 3:2 yang dirancang khusus untuk produktivitas. Desainnya ramping dengan ketebalan hanya 5,8mm dan bobot 576 gram. Di bawah kap mesin, tablet ini didukung RAM LPDDR5T hingga 16GB dan penyimpanan UFS 4.1 hingga 1TB.

Xiaomi Pad 7S Pro

Daya tahan baterai menjadi salah satu sorotan utama. Xiaomi membekali Pad 7S Pro dengan baterai berkapasitas 10.610mAh yang mendukung pengisian cepat 120W. Untuk pengalaman multimedia, tablet ini dilengkapi enam speaker dengan Dolby Atmos, empat mikrofon, serta sensor sidik jari samping. Konektivitasnya pun tak kalah canggih, termasuk Wi-Fi 7, USB 3.2 Gen 1, dan IR blaster. Sistem operasinya adalah HyperOS 2.

Dari segi kamera, Xiaomi Pad 7S Pro mengusung kamera belakang 50MP dan kamera depan 32MP. Namun, yang lebih menarik adalah fitur-fitur produktivitasnya. Tablet ini mendukung fungsi “Remote Control PC”, transfer file Windows/macOS, serta aplikasi kelas PC seperti WPS Office, CAJ Viewer, dan ZWCAD.

Xiaomi juga menyediakan aksesoris opsional untuk Pad 7S Pro, termasuk keyboard magnetik seharga ¥999 ($138) dengan touchpad tekanan penuh dan stylus berlatensi 5ms seharga ¥200 ($28). Tablet ini tersedia dalam empat pilihan warna: Black, Titanium, Purple, dan Cambrian Gray.

Untuk harga, Xiaomi Pad 7S Pro dibanderol mulai dari ¥3,299 (~$460) untuk varian 8GB+256GB, hingga ¥4,499 (~$625) untuk varian 16GB+1TB. Saat ini, tablet ini sudah tersedia di berbagai saluran penjualan Xiaomi di China.

Dengan spesifikasi dan fitur yang ditawarkan, Xiaomi Pad 7S Pro jelas menjadi pesaing serius di pasar tablet premium. Apakah Anda tertarik untuk mencobanya?

Xiaomi AI Glasses: Kacamata Pintar dengan Kamera 2K dan Fitur Canggih

Telset.id – Xiaomi kembali mengejutkan dunia teknologi dengan meluncurkan kacamata pintar pertamanya, Xiaomi AI Glasses. Dengan bobot hanya 40 gram, perangkat ini menggabungkan kamera 12MP, interaksi AI, dan integrasi perangkat mobile dalam desain yang mirip kacamata biasa. Apakah ini awal dari era baru wearable technology?

Xiaomi AI Glasses bukan sekadar aksesori fashion. Kacamata ini dilengkapi kamera first-person 12MP yang mampu merekam video 2K pada 30fps dengan stabilisasi gambar elektronik. Sistem lima mikrofon memungkinkan kontrol suara, panggilan video, dan perekaman audio berkualitas tinggi. Yang menarik, kamera bisa diaktifkan melalui asisten suara “Super Xiao Ai” atau tombol fisik di pelipis kacamata.

Xiaomi AI Glasses dengan desain stylish dan fitur canggih

Fitur unggulan lainnya adalah kemampuan livestreaming, video call, dan fotografi hands-free. Namun, pengguna harus siap dengan lampu privasi oranye yang akan berkedip saat kamera aktif – sebuah indikator visual yang penting di era kesadaran privasi digital seperti sekarang.

Desain Ergonomis dengan Sentuhan Personalisasi

Xiaomi berhasil menyamarkan teknologi canggih dalam desain yang terlihat seperti kacamata biasa. Tersedia tiga pilihan frame dengan opsi lensa electrochromic dan berwarna. Dengan gerakan dua jari, pengguna bisa mengubah tingkat kegelapan lensa electrochromic yang menawarkan empat level penyesuaian kecerahan.

Perusahaan mengklaim desainnya dikembangkan berdasarkan data scan 70.000 kepala untuk menyesuaikan dengan bentuk wajah orang Asia. Materialnya pun premium – frame dari nilon ringan dan engsel dari paduan titanium kelas penerbangan. Seperti produk Xiaomi lainnya, kacamata ini dirancang untuk menjadi bagian dari ekosistem pintar mereka.

Lebih dari Sekadar Kacamata: Pusat Kendali Perangkat Pintar

Xiaomi memposisikan AI Glasses sebagai pusat kendali untuk perangkat pintar mereka. Dengan perintah suara sederhana seperti “Xiao Ai, scan the code to pay”, pengguna bisa melakukan berbagai tugas mulai dari menyesuaikan termostat hingga melakukan pembayaran QR. Kacamata ini mendukung 14 aplikasi pihak ketiga untuk fungsi tambahan seperti:

  • Livestreaming langsung dari sudut pandang pengguna
  • Terjemahan simultan dalam 10 bahasa
  • Pengenalan objek dan teks secara real-time

Daya tahan baterainya cukup untuk 45 menit perekaman video terus-menerus atau 7 jam pemutaran musik. Port USB-C memungkinkan pengisian daya sambil digunakan. Namun beberapa fitur seperti pembayaran QR yang aman masih akan datang melalui update OTA di akhir September.

Dari segi harga, Xiaomi AI Glasses dibanderol mulai 1.999 yuan (sekitar Rp4,3 juta) untuk versi standar, 2.699 yuan (Rp5,8 juta) dengan lensa electrochromic, dan 2.999 yuan (Rp6,5 juta) untuk model warna electrochromic. Produk ini sudah bisa dipesan melalui mitra ritel optik Xiaomi.

Peluncuran ini menandai babak baru dalam persaingan wearable technology. Seperti yang pernah kami bahas dalam artikel sebelumnya, Xiaomi serius menggarap teknologi privasi untuk perangkat wearable. Dengan HyperOS yang akan datang seperti diungkap dalam daftar resmi, integrasi ekosistem Xiaomi semakin matang.

Pertanyaan besarnya: apakah konsumen siap mengadopsi kacamata pintar sebagai perangkat sehari-hari? Dengan fitur-fitur canggih dan desain yang tidak mencolok, Xiaomi AI Glasses mungkin punya jawabannya.

Samsung Galaxy Buds Core Resmi Dirilis: ANC & AI dengan Harga Terjangkau

Telset.id – Ingin merasakan fitur premium seperti Active Noise Cancellation (ANC) dan kecerdasan buatan (AI) di earbuds tanpa merogoh kocek dalam-dalam? Samsung baru saja meluncurkan solusinya: Galaxy Buds Core, earbuds nirkabel termurah mereka yang menawarkan segudang fitur canggih dengan harga terjangkau.

Diumumkan pada 27 Juni, Galaxy Buds Core langsung tersedia di UAE dan akan segera menyapa pasar India dengan harga mulai Rp 4.999. Bagaimana performanya? Simak analisis mendalam dari Telset berikut ini.

Desain & Fitur: Mirip Buds FE dengan Sentuhan AI

Galaxy Buds Core mengadopsi desain stemless dengan wingtips untuk kenyamanan maksimal, mirip dengan varian Buds FE. Earbuds ini juga memiliki sertifikasi IP54, membuatnya tahan debu dan percikan air.

Samsung Galaxy Buds Core dalam warna hitam dan putih

Yang menarik, Samsung membekali Buds Core dengan tiga mikrofon di setiap sisi untuk kualitas panggilan jernih, didukung fitur AI seperti transkripsi panggilan real-time dan Interpreter Mode untuk terjemahan instan.

Spesifikasi & Performa: Baterai Tahan Lama

Ditenagai baterai 65mAh per earbud dan 500mAh untuk casing-nya, Buds Core mampu bertahan hingga 35 jam (tanpa ANC) atau 20 jam (dengan ANC). Bluetooth 5.4 dan dukungan codec AAC/SSC menjamin kualitas audio yang mumpuni.

Samsung Galaxy Buds Core dengan casing wireless charging

Di India, Samsung menawarkan diskon Rp 1.000 jika membeli Buds Core bersama Galaxy A56 atau seri A lainnya. Dengan harga Rp 4.999, earbuds ini menjadi pesaing serius di segmen entry-level.

Meski ANC-nya tidak sekuat Buds 3 Pro, kombinasi fitur AI, desain ergonomis, dan harga bersaing membuat Galaxy Buds Core layak dipertimbangkan bagi yang ingin upgrade ke TWS tanpa menguras kantong.

Sony LYT-828: Sensor Kamera 50MP Terbaru untuk Smartphone Premium

Telset.id – Jika Anda mengira sensor kamera smartphone sudah mencapai puncaknya, Sony baru saja membuktikan sebaliknya. Sony Semiconductor Solutions Corporation (SSS) secara resmi meluncurkan LYT-828, sensor CMOS 50 megapiksel terbaru yang menjanjikan revolusi dalam fotografi mobile.

Sensor 1/1.28-inch (diagonal 12.49 mm) ini merupakan penerus LYT-818 dan dirancang untuk modul kamera utama maupun sekunder pada smartphone premium. Dengan teknologi Hybrid Frame-HDR (HF-HDR) yang inovatif, LYT-828 mampu menghasilkan dynamic range melebihi 100 dB – tertinggi dalam sejarah sensor mobile Sony.

Revolusi HDR dengan Teknologi Hybrid

Apa yang membuat LYT-828 begitu istimewa? Rahasianya terletak pada kombinasi cerdas antara single-frame HDR menggunakan Dual Conversion Gain (DCG) dan multi-frame HDR. Proses ini menggabungkan frame eksposur pendek dengan data DCG selama pasca-pemrosesan, menghasilkan gambar yang lebih alami dengan detail maksimal di area terang maupun gelap.

“Teknologi ini memungkinkan sensor menangkap visual yang lebih mendekati persepsi mata manusia,” jelas insinyur Sony dalam rilis resminya. “Kami berhasil meminimalisir highlight blowout dan shadow clipping yang selama ini menjadi tantangan di fotografi smartphone.”

Ketika dipadukan dengan teknologi Loss-Less Exposure (LLE), LYT-828 memberikan kontrol eksposur lebih presisi sekaligus meningkatkan signal-to-noise ratio (SNR). Hasilnya? Gambar lebih bersih dengan noise minimal, bahkan dalam kondisi low-light.

Optimasi untuk Segala Kondisi Pencahayaan

Sony tidak main-main dengan performa low-light LYT-828. Sensor ini dilengkapi sirkuit proprietary untuk konversi charge-to-voltage yang lebih efisien, secara signifikan mengurangi random noise (RN). Artinya, butiran noise yang mengganggu bisa diminimalisir tanpa mengorbankan detail gambar.

Yang lebih mengesankan, teknologi HDR pada LYT-828 tetap aktif di semua mode – termasuk preview dan perekaman video. Ini berarti apa yang Anda lihat di layar smartphone benar-benar mencerminkan hasil akhir, menghilangkan kejutan tidak menyenangkan saat melihat hasil foto.

Dari segi efisiensi daya, Sony mengklaim sensor ini memiliki logika sirkuit berdaya rendah. Kabar baik bagi pengguna yang sering memotret atau merekam video dalam durasi panjang tanpa ingin cepat kehabisan baterai.

Prospek di Pasar Smartphone Premium

LYT-828 dijadwalkan mulai diproduksi massal pada akhir Agustus 2025. Sensor ini diperkirakan akan menghiasi smartphone flagship yang dirilis akhir tahun ini. Mengingat Vivo X200 Pro menjadi smartphone pertama yang menggunakan pendahulunya (LYT-818), spekulasi mengarah pada kemungkinan Vivo X300 Pro akan menjadi perangkat pertama yang mengadopsi LYT-828.

Inovasi Sony ini semakin mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin pasar sensor kamera smartphone. Seperti yang pernah kami bahas dalam 7 Berita Smartphone Populer Minggu Ini, persaingan di segmen kamera smartphone semakin sengit.

Bagi fotografer mobile, kehadiran LYT-828 berarti lebih banyak ruang kreatif dengan dynamic range yang lebih luas dan performa low-light yang ditingkatkan. Apakah ini akan menjadi standar baru untuk smartphone kamera premium? Waktu yang akan menjawab.

Untuk update teknologi terkini lainnya, jangan lewatkan bocoran terbaru Realme Neo7 Turbo yang juga menjanjikan inovasi menarik di segmen mid-range.

Redmi K80 Ultra Resmi Dirilis: Spesifikasi Monster dengan Harga Terjangkau

Telset.id – Jika Anda mencari smartphone dengan performa tinggi namun tetap ramah di kantong, Redmi K80 Ultra mungkin jawabannya. Baru saja diluncurkan di China, ponsel ini membawa sejumlah peningkatan signifikan di berbagai aspek, mulai dari layar, pendinginan, audio, hingga baterai.

Redmi K80 Ultra hadir dengan layar OLED 6,83 inci beresolusi 1,5K yang mendukung refresh rate 144Hz dan touch sampling rate 480Hz. Menggunakan material M9 luminescent, layar ini mampu mencapai puncak kecerahan hingga 3200 nits. Tak hanya itu, Xiaomi juga melengkapinya dengan 2560Hz ultra-high frequency PWM dimming, full-brightness DC dimming, serta sertifikasi Dolby Vision dan HDR10+.

Redmi K80 Ultra

Dari segi performa, Redmi K80 Ultra mengandalkan chipset MediaTek Dimensity 9400+ berproses 3nm yang dipadukan dengan GPU Immortalis-G925. Hasil tes AnTuTu menunjukkan angka mencengangkan: lebih dari 3,24 juta poin! Ini menjadikannya salah satu ponsel terkuat yang menggunakan chipset tersebut. Xiaomi juga menyematkan D2 AI Display Chip yang mendukung frame interpolation dan game upscaling.

Untuk mengatasi masalah panas, Redmi menggunakan vapor chamber 6500mm² 3D IceLoop dengan desain dua tingkat. Sistem pendinginan ini didukung oleh Fury Engine generasi keempat yang membantu mengoptimalkan performa perangkat. Sistem operasinya adalah HyperOS 2 berbasis Android 15, menawarkan berbagai optimasi sistem dan fitur AI canggih.

Di sektor kamera, Redmi K80 Ultra memiliki konfigurasi ganda di bagian belakang: sensor utama 50MP Light Hunter 800 (1/1,55″) dengan OIS dan lensa ultra-wide 8MP 119°. Kamera depan beresolusi 20MP mampu merekam video 1080p pada 60fps, sementara kamera belakang mendukung rekaman hingga 8K.

Redmi K80 Ultra

Yang mengejutkan adalah kapasitas baterainya yang mencapai 7410mAh dengan komposisi sel berenergi tinggi mengandung 10% silikon (827Wh/L). Dukungan pengisian cepat 100W dengan teknologi Bypass Charging Plus membuatnya ideal untuk penggunaan berat seperti gaming. Xiaomi mengklaim baterai ini bisa bertahan hingga 2,26 hari pemakaian normal berdasarkan metrik DOU.

Untuk pengalaman multimedia, Redmi menyematkan dual speaker 1115 coaxial simetris dan motor haptic 0916C ultra-wideband dengan closed-loop driver IC. Fitur konektivitas lengkap termasuk Wi-Fi 7, Bluetooth 5.4, NFC, IR blaster, dan USB Type-C audio. Tak ketinggalan, sertifikasi tahan air dan debu IP68/IP69 serta sensor sidik jari ultrasonik 3D di bawah layar.

Redmi K80 Ultra tersedia dalam empat pilihan warna: Sandstone Grey, Moonstone White, Spruce Green, dan Ice Peak Blue. Harganya mulai dari 2.599 yuan (~Rp5,9 juta) untuk varian 12GB/256GB, hingga 3.799 yuan (~Rp8,6 juta) untuk versi 16GB/1TB. Dengan spesifikasi sekuat ini dan harga yang relatif terjangkau, Redmi K80 Ultra siap menjadi pesaing serius di kelas flagship.

Redmi K80 Ultra

Bagi yang penasaran dengan performa nyata perangkat ini, kami telah membahas beberapa bocoran sebelumnya yang bisa Anda baca di artikel terkait. Dengan kombinasi chipset Dimensity 9400+ dan optimasi sistem yang matang, Redmi K80 Ultra berpotensi menjadi salah satu smartphone gaming terbaik tahun ini.