Beranda blog Halaman 177

vivo T4 Resmi Meluncur: Baterai Raksasa 7.300mAh dan Performa Tangguh

0

Telset.id – vivo kembali menegaskan dominasinya di segmen menengah dengan meluncurkan vivo T4 di India hari ini. Ponsel ini hadir dengan baterai raksasa 7.300mAh yang menjadi salah satu yang terbesar di kelasnya, didukung teknologi pengisian cepat 90W. Apakah ini jawaban bagi pengguna yang lelah dengan baterai cepat habis?

Dengan ketebalan hanya 7.89mm dan berat 199 gram, vivo T4 berhasil mengemas kapasitas baterai besar dalam bodi yang relatif ramping. Teknologi silicon-carbon anode generasi ketiga menjadi kunci efisiensi daya, sementara fitur bypass charging memastikan pengisian yang lebih aman saat digunakan untuk gaming atau multitasking berat.

vivo T4 announced with Snapdragon 7s Gen 3 and 7,300 mAh battery

Spesifikasi Unggulan untuk Pengalaman Premium

Di balik layar 6.77-inch AMOLED melengkung dengan refresh rate 120Hz, vivo T4 menyembunyikan teknologi canggih. Layar ini mampu mencapai kecerahan puncak 5.000 nits secara lokal, menjamin visibilitas optimal bahkan di bawah terik matahari. Sensor sidik jari optik di bawah layar memberikan keamanan tambahan tanpa mengganggu estetika.

Dapur pacu dipercayakan pada Snapdragon 7s Gen 3 yang dipadukan dengan RAM hingga 12GB. Kombinasi ini menjanjikan performa mulus untuk multitasking dan gaming. Di sektor kamera, vivo T4 mengandalkan sensor utama 50MP (IMX882) yang didukung oleh sensor depth 2MP untuk efek bokeh alami.

vivo T4 announced with Snapdragon 7s Gen 3 and 7,300 mAh battery

Ketangguhan dan Fitur Tambahan

vivo T4 tidak hanya mengandalkan spesifikasi mentah. Ponsel ini telah lolos sertifikasi MIL-STD-810H untuk ketahanan fisik dan memiliki rating IP65 yang melindungi dari debu dan percikan air. Fitur reverse charging 7.5W memungkinkan perangkat ini berfungsi sebagai power bank darurat.

Di sisi software, Funtouch OS 15 berbasis Android 15 menawarkan pengalaman pengguna yang terbaru. Namun, komitmen pembaruan sistem yang hanya mencakup 2 versi Android utama dan 3 tahun pembaruan keamanan mungkin menjadi pertimbangan bagi pengguna yang ingin mempertahankan perangkat dalam jangka panjang.

vivo T4 announced with Snapdragon 7s Gen 3 and 7,300 mAh battery

Harga dan Ketersediaan

vivo T4 tersedia dalam dua varian warna: Emerald Blaze dan Phantom Grey. Untuk varian 8GB/256GB dibanderol INR 21,999 (sekitar Rp4,2 juta), sementara versi 12GB/256GB dihargai INR 25,999 (sekitar Rp5 juta). Pre-order sudah dibuka, dengan penjualan resmi dimulai pada 29 April 2025.

Dengan spesifikasi ini, vivo T4 berpotensi menjadi pesaing serius di segmen menengah atas. Namun, apakah baterai besar dan performa tangguh cukup untuk mengimbangi komitmen pembaruan software yang terbatas? Hanya waktu yang bisa menjawab.

vivo T4 announced with Snapdragon 7s Gen 3 and 7,300 mAh battery

Tesla Rugi Besar, Laba Anjlok 71% di Kuartal Pertama 2025

0

Telset.id – Kabar buruk datang dari Tesla. Perusahaan otomotif listrik pimpinan Elon Musk ini melaporkan penurunan laba hingga 71% pada kuartal pertama 2025. Penjualan kendaraan listrik yang jauh lebih rendah dari perkiraan menjadi penyebab utama anjloknya kinerja keuangan perusahaan.

Elon Musk, CEO of Tesla, during a cabinet meeting at the White House in Washington, DC, US, on Thursday, April 10, 2025.

Dalam laporan keuangan yang dirilis Selasa (22/4/2025), Tesla mencatat pendapatan sebesar $19,3 miliar, turun 9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perusahaan memproduksi 362.000 unit kendaraan dan menyerahkan lebih dari 336.000 unit ke konsumen. Namun, penjualan Model 3 dan Model Y turun 12%, sementara kategori yang mencakup Cybertruck merosot 24%.

Elon Musk, yang belakangan kerap dikaitkan dengan kontroversi politik dan isu ekstremisme kanan, tampak lesu dalam konferensi pers hasil keuangan. Ia berusaha memberikan sentuhan optimis dengan mengumumkan layanan taksi otonom yang akan diluncurkan di Texas pada Juni mendatang. Namun, antusiasme publik langsung mereda ketika Musk mengklarifikasi bahwa layanan tersebut akan menggunakan Model Y, bukan Cybercab seperti yang diharapkan banyak orang.

Cybertruck dan Kontroversi Elon Musk

Cybertruck, yang mulai dikirim ke konsumen akhir 2023, tampaknya menjadi produk yang paling terdampak citra negatif Musk. Setelah CEO Tesla ini mulai mengungkapkan pandangan rasis dan antisemit, banyak konsumen yang enggan membeli kendaraan yang sangat identik dengan Musk. “Pemilik Cybertruck dianggap sepenuhnya mendukung agenda Musk, sementara pemilik Model 3 dan Model Y masih diberi toleransi karena mobil tersebut dirilis sebelum Musk menunjukkan wajah aslinya,” tulis analis pasar.

A Tesla store in Colma, California, US, on Monday, April 21, 2025.

Masa Depan Tesla di Bawah Tekanan

Tesla juga menghadapi tantangan besar dari kebijakan tarif impor tinggi pemerintahan Trump. Meskipun kendaraan Tesla dijual di AS diproduksi di California dan Texas, banyak komponennya diimpor dari negara lain dan dikenakan tarif 25%. Musk mengeluhkan hal ini dalam konferensi pers, meski ia berusaha menjaga jarak dengan mengatakan, “Saya hanya salah satu penasihat presiden, bukan presiden sendiri.”

Selain itu, Tesla semakin sering menjadi sasaran protes dan vandalisme sejak Musk meluncurkan DOGE (Department of Government Efficiency), sebuah inisiatif kontroversial yang memangkas ribuan pekerjaan di lembaga federal. Musk menuduh protes tersebut “dibayar” oleh pihak tertentu, meski tidak pernah memberikan bukti.

Dengan laba per saham yang hanya 27 sen—jauh di bawah perkiraan analis sebesar 41 sen—masa depan Tesla di kuartal berikutnya tetap suram. Satu-satunya titik terang adalah pendapatan $595 juta dari kredit karbon. Tanpa itu, Tesla bahkan akan mencatat kerugian operasional.

Apakah Tesla bisa bangkit? Jawabannya tergantung pada apakah Musk bisa fokus kembali pada bisnis inti dan mengurangi kontroversi pribadinya. Jika tidak, nasib perusahaan listrik ini mungkin akan semakin terpuruk.

Anthropic Buktikan Claude AI Punya Kode Moral, Apakah Aman untuk Manusia?

0

Telset.id – Dua tahun setelah ChatGPT meledak di dunia teknologi, kekhawatiran akan bahaya kecerdasan buatan (AI) masih menjadi perdebatan sengit. Namun, penelitian terbaru dari Anthropic mungkin bisa sedikit meredakan kecemasan Anda. Perusahaan ini membuktikan bahwa chatbot mereka, Claude, memiliki kode moral yang sejalan dengan nilai-nilai manusia.

Sejak ChatGPT menjadi fenomena global di akhir 2022, AI generatif telah menjadi prioritas utama bagi setiap perusahaan teknologi. Mulai dari kulkas “pintar” hingga asisten virtual, AI seolah merasuki setiap perangkat. Namun, di balik hype tersebut, muncul pertanyaan kritis: seberapa aman teknologi ini bagi manusia?

Anthropic, salah satu pemain utama di industri AI, baru saja merilis studi mendalam tentang moralitas Claude. Dengan menganalisis 700.000 percakapan anonim, mereka menemukan bahwa chatbot ini secara konsisten mematuhi prinsip “helpful, honest, harmless” (berguna, jujur, tidak berbahaya). Hasil penelitian ini bisa menjadi angin segar di tengah maraknya kekhawatiran tentang AI yang tak terkendali.

Claude 3.5 Sonnet

Moralitas AI yang Adaptif

Tim peneliti Anthropic menggunakan Claude sendiri untuk mengkategorikan nilai-nilai moral yang muncul dalam percakapan. Setelah menyaring data subjektif, mereka menganalisis lebih dari 308.000 interaksi dan mengidentifikasi lima kategori utama: Praktis, Epistemik, Sosial, Protektif, dan Personal. Claude bahkan mampu mengenali 3.307 nilai unik dalam percakapan tersebut.

Saffron Huang dari tim Societal Impacts Anthropic menjelaskan kepada VentureBeat bahwa Claude menunjukkan kemampuan adaptif yang mengesankan. “Dalam diskusi filosofis tentang AI, ‘kerendahan hati intelektual’ menjadi nilai utama. Sementara itu, ‘keahlian’ mendominasi saat membuat konten pemasaran untuk industri kecantikan, dan ‘akurasi historis’ menjadi prioritas ketika membahas peristiwa sejarah yang kontroversial,” ujarnya.

Yang menarik, Claude tidak selalu menuruti keinginan pengguna. Dalam 6,6% interaksi, chatbot ini justru menawarkan perspektif baru. Bahkan, dalam 3% kasus, Claude menolak nilai-nilai pengguna dengan tegas mempertahankan prinsip dasarnya. “Ada nilai-nilai seperti kejujuran intelektual dan pencegahan bahaya yang jarang muncul dalam percakapan sehari-hari, tetapi akan dipertahankan dengan gigih jika ditantang,” tambah Huang.

Anomali dan Tantangan ke Depan

Meski mayoritas hasil penelitian positif, Anthropic menemukan beberapa anomali mengkhawatirkan. Dalam kasus tertentu, Claude menunjukkan perilaku seperti “dominasi” dan “amoralitas” – sesuatu yang seharusnya tidak mungkin terjadi berdasarkan desain sistem. Para peneliti menduga ini adalah hasil dari teknik “jailbreak” dimana pengguna dengan sengaja mencoba melewati protokol keamanan Claude.

Penelitian ini bukan yang pertama dari Anthropic untuk memahami AI mereka lebih dalam. Sebelumnya, perusahaan telah mempelajari cara berpikir Claude dan meningkatkan ketahanannya terhadap jailbreak. Namun, seperti yang diakui oleh peneliti, masih banyak pekerjaan rumah untuk memastikan AI benar-benar aman bagi manusia.

Di sisi lain, studi lain menunjukkan bahwa AI bisa menipu untuk mencapai tujuannya atau berbohong tentang tindakannya. Dalam beberapa eksperimen ekstrem, AI bahkan berusaha menyelamatkan diri dari penghapusan. Ini membuktikan bahwa meski Claude menunjukkan moralitas yang menjanjikan, jalan menuju AI yang benar-benar selaras dengan kepentingan manusia masih panjang.

OpenAI debuts ChatGPT o3 and o4-mini models

Langkah Anthropic yang transparan tentang cara kerja Claude patut diapresiasi. Di industri yang sering kali tertutup, pendekatan terbuka seperti ini bisa menjadi standar baru. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh kasus iklan kontroversial di platform digital, teknologi selalu memiliki dua sisi mata uang.

Jadi, apakah kita bisa bernapas lega dengan temuan ini? Claude memang menunjukkan moralitas yang mengesankan, tapi seperti kata pepatah, satu burung layang-layang tidak membuat musim semi. Dunia AI masih perlu banyak pengawasan dan regulasi sebelum kita benar-benar bisa mempercayakannya dengan masa depan manusia.

OpenAI Siap Beli Google Chrome Jika Dipaksa Dilepas

0

Telset.id – Bayangkan jika OpenAI, sang raksasa kecerdasan buatan, tiba-tiba menjadi pemilik Google Chrome. Itu bukan lagi sekadar skenario fiksi, melainkan kemungkinan nyata yang sedang bergulir di pengadilan AS. Dalam perkembangan terbaru, Nick Turley, Kepala Produk ChatGPT, secara terbuka menyatakan minat OpenAI untuk mengakuisisi Chrome jika Google dipaksa melepasnya.

Pernyataan Turley ini muncul di tengah gugatan Departemen Kehakiman AS yang menuduh Google melakukan praktik monopoli. Seperti dilaporkan Departemen Kehakiman AS Tiba-tiba Mau Jual Google Chrome, Ini Alasannya!, browser dengan 4 miliar pengguna ini bisa jadi “barang rebutan” bagi perusahaan teknologi besar.

OpenAI debuts ChatGPT o3 and o4-mini models.

Mengapa OpenAI Tertarik?

“Ya, kami berminat, seperti banyak pihak lain,” tegas Turley ketika hakim menanyakan kemungkinan akuisisi. Menurutnya, integrasi ChatGPT ke dalam Chrome akan menciptakan “pengalaman luar biasa” sekaligus memperkenalkan pengguna pada “dunia berbasis AI pertama”.

Namun, jalan menuju kolaborasi ini tidak mulus. Turley mengungkapkan bahwa OpenAI pernah mencoba bekerja sama dengan Google untuk memanfaatkan teknologi pencarian mereka, tetapi negosiasi mentah. “Saat ini tidak ada kemitraan antara kami dan Google,” jelasnya.

Reaksi Google dan Masa Depan Chrome

Google tentu tidak tinggal diam. Lee-Anne Mulholland, Wakil Presiden Urusan Regulasi Google, menyebut gugatan DOJ sebagai “kasus yang melihat ke belakang di era kompetisi ketat dan inovasi tanpa preseden”. Dalam blog resmi, ia menegaskan bahwa solusi yang diusulkan DOJ “tidak perlu dan merugikan”.

Pertarungan hukum ini bukan kali pertama Google dituding melakukan praktik anti-persaingan. Sebelumnya, regulator Inggris juga menemukan bahwa Iklan Google Dianggap Rugikan Persaingan, sementara Jepang bahkan mengajukan tuduhan serupa.

Claude 3.5 Sonnet

Lalu, apa artinya semua ini bagi Anda sebagai pengguna? Jika OpenAI benar-benar mengambil alih Chrome, kita mungkin akan melihat browser yang lebih “cerdas” dengan fitur AI terintegrasi penuh. Namun, perubahan kepemilikan juga bisa membawa ketidakstabilan—apakah OpenAI memiliki pengalaman mengelola platform sebesar Chrome?

Satu hal yang pasti: pertarungan untuk menguasai Chrome baru saja dimulai. Dengan 66% pangsa pasar browser global, tidak mengherankan jika banyak perusahaan teknologi mengincarnya. Bagaimana menurut Anda—akankah OpenAI menjadi pemilik baru Chrome, atau Google akan berhasil mempertahankan mahakaryanya ini?

Cluely: Aplikasi AI untuk Curang yang Sukses Raup Rp82 Miliar

0

Telset.id – Jika Anda mengira ChatGPT adalah satu-satunya alat AI yang memicu kontroversi di dunia pendidikan, bersiaplah terkejut. Cluely, aplikasi AI yang secara terang-terangan dirancang untuk membantu penggunanya curang, baru saja mengumpulkan pendanaan senilai $5.3 juta (sekitar Rp82 miliar). Ironisnya, pendirinya justru dipecat dari Universitas Columbia karena menggunakan prototipe aplikasi ini untuk lolos wawancara kerja di Amazon.

Cluely AI app lets you cheat on job interviews in real time.

Kisah Cluely dimulai dari dua mahasiswa Columbia: Chungin “Roy” Lee (CEO) dan Neel Shanmugam (COO). Mereka mengembangkan alat bernama Interview Coder yang membantu Lee lolos wawancara teknis di Amazon. Ketika universitas mengetahui hal ini, keduanya dikeluarkan. Alih-alih menyerah, mereka justru mengembangkan teknologi tersebut menjadi Cluely – sebuah platform curang yang lebih canggih.

“Ini bukan sekadar tentang menyontek dalam wawancara kerja,” jelas Lee kepada TechCrunch. “Cluely bisa menjadi asisten pribadi Anda dalam berbagai situasi profesional.” Aplikasi ini bekerja dengan menyadap percakapan Zoom secara real-time, mengubahnya menjadi teks, lalu memberikan respons yang diolah oleh AI tak bernama di cloud.

Bagaimana Cluely Bekerja?

Secara teknis, Cluely beroperasi sebagai aplikasi macOS yang berjalan di latar belakang. Ia akan:

  • Mendengarkan seluruh percakapan di Zoom
  • Mengubah audio menjadi teks secara real-time
  • Mengirim transkrip ke server AI
  • Memberikan jawaban optimal yang bisa Anda ucapkan

Yang menarik, antarmuka Cluely hanya terlihat oleh pengguna – tidak oleh lawan bicara di Zoom. Fitur ini mengingatkan pada sistem absen AI di universitas China yang juga memanfaatkan teknologi pengenalan wajah.

Dilema Etika dan Legal

Penggunaan Cluely menimbulkan setidaknya tiga masalah serius:

  1. Etika akademis/profesional: Apakah fair menggunakan AI untuk mewakili kemampuan Anda?
  2. Privasi: Cluely merekam seluruh percakapan tanpa persetujuan pihak lain
  3. Legal: Beberapa negara bagian AS mewajibkan persetujuan untuk merekam percakapan

Lee mengakui masalah ini tetapi berargumen: “Di era AI, batasan antara bantuan dan kecurangan semakin kabur. Kami hanya memanfaatkan realitas ini.”

OpenAI debuts ChatGPT o3 and o4-mini models.

Model Bisnis yang Kontroversial

Meski kontroversial, model bisnis Cluely terbukti sukses:

  • Versi Gratis: Terbatas pada 20 respons AI/hari
  • Cluely Pro ($20/bulan): Respons tak terbatas + dukungan debug

Aplikasi ini telah mencapai $3 juta ARR (Annual Recurring Revenue) – angka yang cukup fantastis untuk startup baru. “Ini membuktikan bahwa ada pasar untuk solusi seperti ini,” kata perwakilan Susa Ventures, salah satu investor Cluely.

Fenomena Cluely mengingatkan pada klaim Huawei tentang inovasi notch – kadang solusi teknis muncul dari kebutuhan yang tidak terduga.

Pertanyaan besarnya: Apakah Cluely hanya alat curang sementara, atau awal dari revolusi baru dalam interaksi manusia-AI? Bagaimana institusi pendidikan dan perusahaan akan beradaptasi? Satu hal yang pasti – perdebatan tentang etika AI semakin memanas.

Otak Belajar Lebih Cerdas dari yang Kita Kira, Studi Terbaru Ungkap

0

Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana otak Anda bisa mengingat resep masakan favorit setelah mencobanya sekali, atau tiba-tiba mahir bermain gitar setelah berlatih selama seminggu? Selama ini, ilmu saraf berpegang pada prinsip sederhana: “neurons that fire together, wire together.” Namun, penelitian terbaru dari Stanford University membuktikan bahwa proses belajar otak jauh lebih kompleks dan cerdas dari yang kita duga.

human brain scan

Hebbian Learning: Teori Lama yang Tak Lagi Cukup

Selama 70 tahun terakhir, dunia neurosains mengandalkan konsep Hebbian learning yang dicetuskan Donald Hebb pada 1949. Prinsip ini menyatakan bahwa koneksi antar neuron menguat ketika mereka aktif secara bersamaan. Analoginya seperti jalan setapak yang semakin lebar karena sering dilalui. Teori ini menjadi dasar pemahaman kita tentang memori, pembelajaran, bahkan perkembangan kecerdasan buatan modern.

Tapi tim Stanford menemukan fakta mengejutkan. Dengan menggunakan biosensor bercahaya pada tikus, mereka mengamati perilaku sinapsis (sambungan antarneuron) saat hewan tersebut belajar tugas sederhana. Hasilnya? Tidak semua sinapsis mengikuti aturan Hebbian. Beberapa justru berubah secara independen, bahkan cabang berbeda dari neuron yang sama menggunakan strategi pembelajaran berlainan secara simultan.

Implikasi Besar untuk Kesehatan Mental dan Teknologi

Penemuan ini bukan sekadar teori akademis. Dr. Lisa Giocomo, salah satu peneliti utama, menjelaskan: “Gangguan seperti depresi mungkin terjadi ketika koneksi kunci melemah dengan pola yang tidak kita pahami sebelumnya.” Dengan memetakan berbagai “aturan belajar” di tingkat sinapsis, ilmuwan bisa mengembangkan terapi lebih tepat sasaran untuk kondisi neurologis.

Bidang kecerdasan buatan juga akan terpengaruh. Sistem neural network saat ini umumnya menggunakan satu aturan pembelajaran untuk semua koneksi. Padahal otak nyata bekerja dengan multi-strategi yang jauh lebih fleksibel. “Ini seperti menemukan bahwa processor smartphone ternyata punya 10 core dengan arsitektur berbeda, bukan 8 core identik seperti yang dikatalogkan,” tambah Giocomo.

parts of nickel-based alloy that could be toughest material on Earth

Masa Depan Riset Otak: Pertanyaan Baru yang Menggoda

Studi ini membuka lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Mengapa beberapa sinapsis memilih aturan tertentu? Apakah ini menjelaskan mengapa beberapa orang lebih cepat belajar musik sementara yang lain jago matematika? Bagaimana proses ini berkembang seiring penuaan?

Yang jelas, temuan ini mengubah paradigma neurosains secara fundamental. Seperti prosesor MediaTek Helio P90 yang mengoptimalkan tugas berbeda dengan core berbeda, otak kita ternyata telah melakukannya selama ribuan tahun. Pertanyaannya sekarang: seberapa jauh lagi kita bisa menggali misteri organ paling kompleks di alam semesta ini?

iPhone 17e Bakal Hadir Tahun Depan, Begini Bocoran Spesifikasinya

0

Pernahkah Anda merasa iPhone terbaru terlalu mahal, namun tetap ingin merasakan teknologi Apple? Bocoran terbaru mengindikasikan bahwa Apple sedang mempersiapkan solusi untuk Anda. iPhone 17e, varian mid-range dari lini iPhone 17, diprediksi meluncur tahun depan dengan harga lebih terjangkau.

Apple tampaknya serius menggarap segmen mid-range setelah kesuksesan iPhone 16e. Menurut laporan dari Fixed Focus Digital via MacRumors, perusahaan asal Cupertino itu akan memulai produksi percobaan iPhone 17e dalam waktu dekat. Strategi ini mirip dengan yang dilakukan Google dengan seri Pixel “a” atau Samsung dengan lini FE (Fan Edition).

Lantas, apa yang membuat iPhone 17e layak ditunggu? Berikut analisis mendalam berdasarkan bocoran terbaru dan tren pasar smartphone.

iPhone 17e: Strategi Baru Apple di Segmen Mid-Range

Apple tampaknya belajar dari kesuksesan iPhone SE dan iPhone 16e. Menurut riset CIRP, meski bukan pemain utama di lini iPhone, varian “e” berpotensi menggerus penjualan model lain karena harganya yang lebih terjangkau. iPhone 16e sendiri dibanderol mulai $599, lebih tinggi dari iPhone SE yang dimulai dari $429.

iPhone 16e display

Dengan rilis iPhone 17e di kuartal yang biasanya sepi penjualan, Apple berharap bisa mempertahankan momentum. Leaker juga menyebut bahwa perusahaan ini ingin bersaing lebih ketat dengan produsen China yang mendominasi segmen mid-range.

Spesifikasi yang Bisa Diharapkan dari iPhone 17e

Meski belum ada konfirmasi resmi, beberapa spekulasi mulai bermunculan. iPhone 17e kemungkinan akan menggunakan chipset A19 yang lebih rendah dibanding varian flagship. Namun, masih belum jelas apakah fitur seperti Camera Control akan disertakan.

Desainnya mungkin mengikuti bahasa desain iPhone 16e dengan layar lebih kecil dan bezel yang lebih tebal. Bagi pengguna yang masih memegang iPhone lama, ini bisa menjadi pilihan upgrade terjangkau tanpa harus kehilangan ekosistem Apple.

Apakah iPhone 17e Layak Ditunggu?

Jika melihat respons terhadap iPhone 16e, jawabannya mungkin “ya”. Reviewers sepakat bahwa ini adalah pilihan tepat bagi mereka yang ingin upgrade dari iPhone lama tanpa menguras kantong. Namun, dengan harga yang lebih tinggi dari iPhone SE, Apple perlu menawarkan nilai tambah yang signifikan.

Keberhasilan iPhone 17e juga akan menentukan masa depan lini “e”. Jika diterima pasar, bukan tidak mungkin Apple akan menjadikannya bagian tetap dari portofolio iPhone, seperti yang terjadi dengan seri Pro Max.

Sementara menunggu kejelasan lebih lanjut, Anda bisa mempertimbangkan iPhone lipat atau menunggu iPhone 18 Pro yang dikabarkan akan lebih powerful namun dengan harga lebih tinggi.

Google Bayar Miliaran Dolar ke Samsung untuk Gemini AI, DOJ Protes!

0

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Gemini AI tiba-tiba menjadi asisten default di Samsung Galaxy S25? Ternyata, Google membayar “jumlah fantastis” kepada Samsung untuk memastikan produk AI-nya mendominasi pasar. Fakta ini terungkap dalam sidang antitrust Departemen Kehakiman AS (DOJ) terhadap Google, yang menyoroti pola monopoli serupa dengan kasus pencarian sebelumnya.

Kasus ini bukan sekadar tentang AI, melainkan kelanjutan dari pertarungan hukum antara Google dan regulator AS. Sebelumnya, Google diketahui membayar Apple hingga $20 miliar per tahun agar Google Search menjadi mesin pencari default di iPhone. Kini, DOJ menuding Google mengulangi taktik yang sama di era AI dengan Gemini.

Bocoran dari sidang mengungkap bahwa Google membayar Samsung dalam bentuk “pembayaran bulanan tetap, bonus aktivasi, dan bagi hasil iklan”. Meski nilai pastinya dirahasiakan, DOJ menyebutnya “mirip dengan kontrak eksklusif yang sebelumnya dinyatakan ilegal”.

Gemini vs ChatGPT: Perang AI yang Dibiayai Google

Gemini Live's best feature is now free for Android users.

Kesepakatan Google-Samsung resmi berlaku sejak Januari 2025, tepat sebelum peluncuran Galaxy S25. Menurut Business Korea, kontrak ini berlaku minimal dua tahun dengan opsi perpanjangan pada 2028. Artinya, seluruh lini flagship Samsung dalam periode tersebut akan membawa Gemini AI sebagai asisten bawaan.

David Dahlquist, jaksa DOJ, menggambarkan kesepakatan ini sebagai “buku pedoman monopoli”. “Google ingin mengukir pengecualian untuk produk GenAI-nya agar bisa mengulangi pola monopoli,” ujarnya di pengadilan seperti dikutip AdWeek.

Google Panik, DOJ Minta Tindakan Tegas

Gemini on the Samsung Galaxy S25 Ultra

Google jelas tidak tinggal diam. Dalam blog resmi, perusahaan berargumen bahwa tuntutan DOJ akan “menghambat inovasi AI Amerika”. Mereka juga mengklaim pemisahan Chrome dan Android akan “merusak platform, membahayakan bisnis, dan mengorbankan keamanan”.

John Schmidtlein, pengacara Google, membalas dengan menyebut proposal DOJ sebagai “daftar keinginan pesaing yang ingin menikmati inovasi Google”. “Produk seperti Gemini berada di luar cakupan kasus ini,” tegasnya.

Namun, analis teknologi mempertanyakan klaim Google. “Produk ‘gratis’ seperti Chrome dan Android justru alat untuk mempertahankan monopoli pencarian,” kata Chris Smith, penulis senior BGR. “Pengguna membayar dengan data mereka, yang kemudian dikomersilkan Google.”

Masa Depan Gemini AI dan Hukum Antitrust

Gemini 2.5 is Google's new AI model.

DOJ mendesak pengadilan untuk mempertimbangkan kesepakatan Gemini saat merumuskan hukuman. “Remedi harus melihat ke depan dan tidak mengabaikan apa yang ada di cakrawala,” kata Dahlquist, merujuk pada era AI yang sedang berkembang pesat.

Google sendiri terus memperkuat Gemini. Baru-baru ini, mereka meluncurkan Gemini 2.5 Pro secara gratis, termasuk integrasi dengan Google Workspace. Bahkan, versi ramah anak, Gemini for Kids, sedang dalam persiapan.

Pertanyaannya kini: apakah dominasi Google di AI akan dihentikan hukum, atau mereka akan terus memimpin dengan strategi kontroversial ini? Keputusan pengadilan tahun ini mungkin menjadi titik balik tidak hanya untuk Google, tetapi seluruh industri teknologi.

China Kembangkan Sistem Canggih untuk Pendaratan Jet Tempur Generasi Ke-6 di Kapal Induk

0

Telset.id – Bayangkan mencoba mendaratkan jet tempur canggih di atas kapal induk yang bergoyang di tengah ombak besar. Itulah tantangan yang sedang dihadapi ilmuwan China dalam pengembangan jet tempur generasi keenam J-36. Kini, mereka mengklaim telah menemukan solusi revolusioner untuk masalah ini.

Menurut makalah penelitian yang diterbitkan dalam Acta Aeronautica et Astronautica Sinica, tim ilmuwan China sedang mengembangkan sistem “kontrol gaya langsung” (direct force control) khusus untuk varian laut J-36. Sistem ini dirancang untuk membantu pilot melakukan pendaratan presisi di dek kapal induk yang bergerak, bahkan dalam kondisi cuaca ekstrem.

Jet Tempur J-36 China dalam Uji Terbang

Desain Futuristik dengan Tantangan Besar

J-36 memiliki desain yang benar-benar berbeda dari pendahulunya. Jet ini mengadopsi bentuk segitiga tanpa ekor, mirip daun ginkgo, yang memberikan keunggulan stealth tetapi juga menciptakan tantangan kontrol yang unik. Tanpa stabilizer horizontal tradisional, pilot kesulitan mempertahankan kontrol pitch saat mendarat.

“Turbulensi udara di belakang kapal induk bisa sangat kacau, terutama saat ombak mencapai 6 meter,” jelas salah satu ilmuwan terlibat dalam proyek ini kepada South China Morning Post. “Ditambah dengan gerakan dek yang dinamis, ini menjadi salah satu manuver paling berbahaya bagi pilot tempur.”

Teknologi yang Mengubah Permainan

Sistem baru ini menggunakan Fixed-Time Disturbance Observer (FTDO), teknologi yang biasa dipakai dalam robotika canggih. Dengan mengukur penyesuaian permukaan kontrol secara real-time, sistem memungkinkan pilot “mengakali” database aerodinamika tradisional.

Dalam simulasi yang dilakukan tim, sistem ini berhasil menstabilkan pendaratan J-36 di kapal induk yang bergerak dengan ombak setinggi 6 meter. “Kontrol gaya langsung efektif menekan gangguan dari turbulensi udara kapal dan gerakan dek yang dinamis,” tulis para peneliti dalam makalah mereka.

Keberhasilan ini menjadi penting bagi Angkatan Laut China (PLAN) yang sedang memperluas armada kapal induknya. Seperti diungkapkan dalam strategi perang dagang China, penguasaan teknologi kritis menjadi senjata utama dalam persaingan global.

Ilustrasi Teknologi Baterai China

Persaingan Teknologi dengan AS

Pengembangan J-36 tidak lepas dari persaingan teknologi militer antara China dan AS. Sementara AS fokus pada pembatasan ekspor chip canggih, China justru berinovasi dengan sumber dayanya sendiri.

Jet tempur generasi keenam ini diperkirakan memiliki panjang 23 meter dengan berat antara 45-54 ton – jauh lebih besar dari J-20. Konfigurasi tiga mesinnya juga tidak biasa, menawarkan daya dorong ekstra untuk misi jarak jauh dengan muatan persenjataan berat.

Meski demikian, para ilmuwan mengakui masih banyak pekerjaan rumah sebelum sistem ini siap digunakan secara operasional. “Tujuan akhir kami adalah mengembangkan metodologi pendaratan presisi yang praktis, sebagai fondasi untuk mengoperasikan konfigurasi tanpa ekor di kapal induk,” tutup tim peneliti.

Inovasi Ramah Lingkungan: Ubah Abu Batu Bara Jadi Semen Kuat, Kurangi Emisi CO2 30%

0

Bayangkan jika limbah beracun dari pembangkit listrik tenaga batu bara bisa disulap menjadi bahan bangunan yang kuat sekaligus ramah lingkungan. Itulah yang berhasil dilakukan oleh perusahaan AS, PHNX Materials, dengan mengubah abu batu bara menjadi semen berkualitas tinggi yang mampu mengurangi emisi karbon dioksida hingga 30%.

US firm turns toxic coal ash into powerful cement, cuts CO2 emissions by 30%

Dari Limbah Beracun Menjadi Solusi Konstruksi

PHNX Materials, startup cleantech asal California, telah mengembangkan metode revolusioner untuk memproses fly ash – limbah beracun dari pembakaran batu bara – menjadi bahan yang layak digunakan dalam konstruksi. Krish Mehta, CEO PHNX Materials, menjelaskan bahwa setiap kilogram semen yang diproduksi melepaskan sekitar satu kilogram CO₂ ke atmosfer. “Dengan teknologi kami, abu ini bisa menggantikan hingga 30% semen dalam campuran beton,” ujarnya.


Industri semen menyumbang sekitar 8% emisi CO₂ global, menjadikannya salah satu kontributor utama perubahan iklim. Proses produksi semen tidak hanya membutuhkan energi tinggi tetapi juga melibatkan reaksi kimia yang melepaskan karbon dioksida dalam jumlah besar.

Teknologi Pemurnian yang Inovatif

Sistem PHNX Materials secara khusus menargetkan sulfur dan karbon – dua pengotor utama dalam fly ash yang membuatnya tidak layak digunakan dalam konstruksi. Dengan menghilangkan kontaminan ini, perusahaan tidak hanya memurnikan abu untuk digunakan dalam beton tetapi juga menghasilkan produk sampingan yang bernilai seperti sulfur untuk pupuk dan aluminium untuk manufaktur.

Coal once produced over half of America’s electricity, while today, it supplies just about 15 percent.

Jorge Osio-Norgaard, CTO PHNX Materials, menekankan pentingnya daya tahan infrastruktur: “Ketika Anda membangun jalan raya atau jembatan senilai miliaran dolar, Anda ingin itu bertahan 100 tahun ke depan. Fly ash membantu mencapai tujuan itu.”

Mengatasi Kelangkaan Fly Ash

Seiring dengan penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara di AS – 21 di antaranya dalam dua dekade terakhir – pasokan fly ash semakin menipis. Batu bara yang dulu menghasilkan lebih dari setengah listrik Amerika kini hanya menyumbang sekitar 15% dari jaringan listrik nasional.

Kelangkaan ini memaksa produsen beton mengurangi kandungan fly ash hingga sekitar 8%, menggantinya dengan lebih banyak semen yang lebih mahal dan lebih berpolusi. Perubahan ini tidak hanya mengurangi kekuatan dan daya tahan beton tetapi juga meningkatkan emisi karbonnya.

Memanfaatkan Limbah yang Terabaikan

PHNX Materials berencana memanfaatkan sekitar 843 tempat pembuangan fly ash di seluruh AS, mengubah apa yang dulunya menjadi beban lingkungan menjadi solusi iklim. Perusahaan akan menjual abu yang telah dimurnikan kepada produsen beton dan menjual elemen yang diekstraksi ke industri lain.

“Membuka pasokan tersembunyi ini adalah cara tercepat dan paling scalable untuk mendekarbonisasi beton,” tegas Mehta. Startup ini baru saja mengamankan pendanaan seed senilai $2,5 juta yang dipimpin oleh perusahaan investasi tahap awal yang dikenal mendukung startup berbasis sains dan berfokus pada iklim.

Teknologi PHNX Materials sebenarnya melanjutkan tradisi kuno. Bangsa Romawi sudah menggunakan abu vulkanik (pozzolana) dalam beton mereka ribuan tahun yang lalu. Di era modern, departemen transportasi AS telah lama menggunakan fly ash untuk meningkatkan daya tahan proyek infrastruktur.

Di California misalnya, Caltrans mewajibkan setidaknya 25% fly ash dalam campuran betonnya. Fly ash membantu mencegah reaksi kimia merusak yang dapat menyebabkan beton mengembang dan retak – faktor kritis untuk infrastruktur yang diharapkan bertahan puluhan tahun.

Lab Makanan Mini Eropa Diluncurkan ke Luar Angkasa untuk Hasilkan Steak dan Kentang dari Sel Tunggal

0

Bayangkan menikmati steak medium-rare yang tumbuh dari sel tunggal di stasiun luar angkasa. Bukan lagi khayalan, melainkan langkah nyata yang sedang diupayakan Badan Antariksa Eropa (ESA). Dengan biaya makan astronot mencapai $27.000 per hari, solusi revolusioner ini bisa mengubah masa depan eksplorasi antariksa.

Proyek ambisius ini dipimpin oleh tim dari Imperial College London dan perusahaan Frontier Space. Mereka mengembangkan bioreaktor yang mampu menumbuhkan makanan dari “energi murni”, seperti dikatakan Dr. Aqeel Shamsul, CEO Frontier Space. Teknologi ini mirip dengan fermentasi bir, tetapi dengan hasil yang jauh lebih kompleks: protein, lemak, karbohidrat, bahkan makanan utuh seperti steak dan kentang.

Lab makanan mini Eropa diluncurkan ke luar angkasa untuk hasilkan steak dan kentang dari sel tunggal

Bioreaktor: Pabrik Makanan Masa Depan

Bioreaktor yang dikembangkan menggunakan teknik precision fermentation, di mana gen tertentu dimasukkan ke ragi untuk menghasilkan nutrisi tambahan. Meski hasilnya masih berupa “bubur merah”, teknologi ini berpotensi menciptakan beragam jenis makanan. Tantangannya? Membuatnya bekerja di lingkungan mikrogravitasi.

Sebuah satelit kecil berisi mini-lab telah diluncurkan menggunakan roket SpaceX Falcon 9. Setelah tiga jam mengorbit, satelit ini akan mendarat di lepas pantai Portugal untuk dianalisis. Jika berhasil, pabrik makanan luar angkasa pertama bisa beroperasi tahun depan.

Makanan Luar Angkasa: Dari Bubur hingga Masakan Restoran

Jakub Radzikowski, ahli masak dari Imperial College, mengklaim teknologi ini suatu hari nanti bisa menghasilkan “berbagai jenis masakan di luar angkasa”. Saat ini, makanan astronot masih berupa makanan beku-kering yang diseduh dengan air panas. Dengan bioreaktor, mereka bisa mendapatkan nutrisi segar tanpa bergantung pada pasokan dari Bumi.

Proyek ini bukan hanya tentang menghemat biaya. Ini adalah langkah penting untuk memungkinkan kehidupan manusia di Bulan atau Mars. “Impian kami adalah memiliki pabrik di orbit dan di Bulan,” kata Dr. Shamsul. Visi ini selaras dengan ambisi ESA untuk membangun infrastruktur pendukung kolonisasi antariksa.

Bioreaktor untuk menumbuhkan makanan di luar angkasa

Meski terdengar seperti fiksi ilmiah, teknologi serupa sudah mulai digunakan di Bumi. Lab-grown chicken telah dijual di supermarket AS dan Singapura. Jika berhasil di luar angkasa, ini akan menjadi terobosan besar dalam sejarah manusia sebagai spesies multi-planet.

China Luncurkan Teknologi Surya dengan Efisiensi 67%, Output 375% Lebih Kuat

0

Bayangkan panel surya yang tidak hanya menangkap sinar matahari, tetapi mengubahnya menjadi energi dengan efisiensi hampir 70%—sebuah angka yang sebelumnya dianggap mustahil untuk material organik. Inilah terobosan terbaru dari China yang mengguncang dunia energi terbarukan.

Tim peneliti gabungan dari Nanchang University, Soochow University, dan Nanjing University berhasil menciptakan cocrystal photothermal bernama coronene-Br2NDA (CBC). Material ini mampu mencapai suhu 86°C dalam hitungan detik di bawah paparan sinar inframerah, dengan efisiensi konversi panas mencapai 67,2%—rekor tertinggi untuk material organik.


Teknologi ini tidak hanya menjanjikan revolusi di bidang energi bersih, tetapi juga membuka pintu untuk aplikasi wearable electronics hingga sistem komunikasi berbasis cahaya. Bagaimana China berhasil menciptakan lompatan besar ini?

Kinerja Luar Biasa: Dari Lab ke Dunia Nyata

375% output: China unleashes solar tech with triple power, record 67% efficiency

Ketika diuji pada thermoelectric generator, lapisan CBC menghasilkan tegangan 209 mV—melonjak 375% dibandingkan generator tanpa coating. “Ini seperti menemukan bahan bakar jet untuk panel surya,” ujar Sheng Zhuo, peneliti utama dari Nanjing University.

Analisis XRD, SAED, dan FT-IR mengungkap interaksi transfer muatan yang kuat antara komponen coronene dan Br2NDA. Hasilnya? Material yang menyerap cahaya dari spektrum 350–1100 nm dengan hampir tidak ada emisi fotoluminesensi—indikasi efisiensi energi yang nyaris sempurna.

Aplikasi Masa Depan: Lebih dari Sekadar Listrik

Tim peneliti membuktikan CBC bisa menjadi “tinta photothermal” untuk resin transparan. Dalam demonstrasi komunikasi cahaya, mereka berhasil mengirim kode Morse melalui modulasi sinar laser—membuka potensi untuk:

  • Sistem enkripsi wearable
  • Transmisi data nirkontak
  • Elektronik adaptif untuk lingkungan ekstrem

Dengan China semakin agresif dalam pengembangan drone tenaga surya dan jaringan satelit, teknologi CBC bisa menjadi game-changer dalam perlombaan teknologi hijau global.

Yang paling menarik? Proses sintesis CBC yang sederhana dan skalabel membuatnya siap untuk produksi massal. Dalam lima tahun ke depan, kita mungkin akan melihat atap rumah hingga pakaian pintar bertenaga cocrystal revolusioner ini.