Beranda blog Halaman 161

Misteri Galaksi Andromeda: Satelitnya Mengarah ke Bima Sakti

0

Telset.id – Bayangkan jika seluruh bulan di tata surya tiba-tiba berbaris rapi mengarah ke satu planet. Itulah yang terjadi di galaksi Andromeda (M31), tetangga terdekat Bima Sakti. Studi terbaru di Nature Astronomy mengungkapkan 36 dari 37 galaksi satelitnya tersusun asimetris—hampir semuanya mengarah ke kita!

Pascal TORDEUX/Gamma-Rapho via Getty Images

Kosuke Jamie Kanehisa dari Leibniz Institute for Astrophysics Potsdam menyebut ini fenomena langka. “Peluangnya hanya 0,3% berdasarkan simulasi kosmologi standar,” katanya kepada Space.com. Temuan ini mempertanyakan teori pembentukan galaksi yang selama ini dipegang.

Teori vs Realitas: Ketika Dark Matter Tak Bisa Dijadikan Alasan

Model kosmologi modern menyebut galaksi besar terbentuk dari merger galaksi kecil yang ditarik oleh halo dark matter. Proses ini seharusnya acak, tetapi Andromeda menunjukkan pola terorganisir:

  • 97% satelitnya berada dalam sudut 107° dari garis pandang Bima Sakti
  • Separuhnya mengorbit dalam satu bidang datar, mirip planet di tata surya

Analogi sederhananya? Seperti menemukan 36 dari 37 bulan Jupiter tiba-tiba mengitari ekuatornya dan menunjuk ke Bumi. “Ini tidak stabil secara gravitasi,” tegas Kanehisa.

3 Hipotesis yang Bikin Ilmuwan Garuk-Garuk Kepala

Tim peneliti mengajukan beberapa penjelasan:

  1. Keterbatasan observasi: Mungkin ada ratusan satelit lain yang belum terdeteksi, seperti kasus “bintang gagal” yang ditemukan Teleskop Webb.
  2. Sejarah unik Andromeda: Tabrakan dahsyat 2-3 miliar tahun lalu bisa mengacak distribusi satelitnya.
  3. Kesalahan model kosmologi: Dark matter mungkin berperilaku berbeda dari prediksi.

Yang menarik, teknologi seperti chip tahan radiasi bisa membantu observasi lebih detail di masa depan. “Kita butuh data satelit galaksi lain untuk memastikan ini anomali atau bukan,” pungkas Kanehisa.

Fenomena ini mengingatkan pada “kemacetan” galaksi yang pernah diamati NASA. Alam semesta ternyata masih menyimpan banyak kejutan—dan Andromeda mungkin baru permulaan.

AI Gagal Total Saat Jalankan Perusahaan Virtual, Ini Buktinya

0

Telset.id – Jika Anda khawatir kecerdasan buatan (AI) akan mengambil alih pekerjaan manusia dalam waktu dekat, penelitian terbaru dari Carnegie Mellon University (CMU) mungkin bisa membuat Anda sedikit lega. Dalam sebuah eksperimen unik, para peneliti menciptakan perusahaan perangkat lunak virtual yang sepenuhnya dijalankan oleh agen AI—dan hasilnya jauh dari kata sukses.

Getty Images

Perusahaan virtual bernama TheAgentCompany ini diisi oleh berbagai model AI dari raksasa teknologi seperti Google, OpenAI, Anthropic, dan Meta. Mereka diberi peran sebagai analis keuangan, insinyur perangkat lunak, manajer proyek, bahkan departemen SDM dan kepala teknologi. Tujuannya? Menguji sejauh mana AI bisa menangani tugas-tugas kompleks layaknya manusia di dunia nyata.

Hasilnya? Sungguh memprihatinkan. Claude 3.5 Sonnet dari Anthropic menjadi “karyawan” terbaik dengan tingkat keberhasilan hanya 24% dari tugas yang diberikan. Itu pun dengan biaya rata-rata $6 per tugas dan memerlukan hampir 30 langkah untuk menyelesaikannya. Sementara itu, Gemini 2.0 Flash dari Google hanya berhasil menyelesaikan 11,4% tugas, dan Nova Pro v1 dari Amazon benar-benar gagal dengan tingkat keberhasilan 1,7%.

Mengapa AI Masih Jauh dari Menggantikan Manusia?

Menurut para peneliti CMU, kegagalan ini disebabkan oleh beberapa faktor krusial:

  • Kurangnya akal sehat: AI sering membuat keputusan yang tidak logis dalam situasi kompleks.
  • Keterampilan sosial yang lemah: Interaksi antar-AI berantakan karena ketidakmampuan memahami dinamika tim.
  • Kesalahan navigasi internet: AI kesulitan mencari informasi relevan secara mandiri.
  • Self-deception: AI menciptakan solusi instan yang justru memperburuk masalah.

Contoh nyata? Salah satu agen AI gagal menemukan rekan yang tepat di obrolan perusahaan, lalu dengan “kreatif” mengganti nama pengguna lain agar sesuai dengan targetnya. Alih-alih menyelesaikan masalah, langkah ini justru membuat kekacauan baru.

Meskipun AI seperti ChatGPT atau Gemini bisa menangani tugas-tugas sederhana dengan baik, penelitian ini membuktikan bahwa untuk pekerjaan kompleks yang membutuhkan pemecahan masalah adaptif, manusia masih jauh lebih unggul. Faktanya, teknologi yang kita sebut “kecerdasan buatan” saat ini lebih mirip predictive text canggih daripada entitas yang benar-benar berpikir.

Jadi, sebelum perusahaan seperti Microsoft atau TSMC mengklaim AI akan menggantikan pekerja manusia, mungkin mereka perlu melihat hasil penelitian CMU ini terlebih dahulu. Kecuali jika Anda bekerja sebagai penulis konten generik atau analis data sederhana, karir Anda masih aman—setidaknya untuk beberapa tahun ke depan.

China Kuasai Robotika Global, AS Tertinggal Jauh

0

Telset.id – Jika Anda mengira Amerika Serikat masih menjadi raja di dunia robotika, bersiaplah untuk terkejut. Laporan terbaru mengungkapkan bahwa China telah melesat jauh di depan, membangun pasukan robot industri yang membuat AS, Jerman, bahkan Jepang sekalipun, tertinggal di belakang.

StringerAnadolu via Getty Images

Menurut The New York Times, China kini menjadi salah satu negara paling terotomatisasi di dunia. Negeri Tirai Bambu itu memiliki lebih banyak robot per pekerja dibandingkan negara mana pun—kecuali Korea Selatan dan Singapura. Dengan skala otomatisasi yang masif, pabrik-pabrik China mampu memproduksi barang konsumen dan industri dengan biaya semakin rendah, sambil terus meningkatkan kualitas produk.

Di sisi lain, AS justru kian tertinggal. Industri manufaktur Amerika telah beralih dari barang konsumen ke produk berteknologi tinggi seperti pesawat terbang, perangkat medis, dan mesin canggih. Masalahnya, produk-produk ini membutuhkan keahlian khusus yang sulit digantikan oleh robot—setidaknya, tanpa mengubah arah industri robotika AS dari startup yang terlalu idealis ke upaya manufaktur yang lebih praktis.

Strategi “Made in China 2025”

China tidak mencapai posisinya sekarang secara kebetulan. Pada 2015, pemerintah meluncurkan strategi nasional bernama Made in China 2025, yang menetapkan target ambisius untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas manufaktur. Salah satu tujuannya? Memproduksi 100.000 robot industri per tahun, seperti dilaporkan oleh China Daily.

Hasilnya luar biasa. Laporan International Federation of Robotics menyebutkan bahwa antara 2022 dan 2023, China memasang lebih dari 276.000 robot—lebih dari separuh total robot yang dipasang di seluruh dunia. Ini menjadi penyebaran robot industri terbesar kedua yang pernah tercatat dalam sejarah.

Perang Dagang dan Logam Tanah Jarang

Persaingan semakin rumit karena China menguasai pasokan logam tanah jarang—bahan penting untuk manufaktur teknologi tinggi, termasuk robotika. AS sangat bergantung pada impor logam ini, memberikan China keunggulan strategis dalam perang dagang yang dipicu oleh Donald Trump.

Baru-baru ini, China menghentikan ekspor logam tanah jarang ke AS sebagai respons terhadap tarif Trump. Langkah ini memicu protes dari Elon Musk, yang mengeluh bahwa kebijakan itu akan menghambat upaya robotikanya. Beberapa minggu kemudian, Trump mengumumkan rencana untuk menurunkan tarif secara signifikan—pertanda bahwa China berhasil memainkan kartunya dengan baik.

Jika AS ingin kembali bersaing di dunia manufaktur, satu hal jelas: mereka harus berhenti bertengkar dan mulai belajar dari China, sang pemenang perlombaan robotika global.

StringerAnadolu via Getty Images

China tidak hanya unggul dalam robot industri. Mereka juga memimpin inovasi di berbagai bidang, seperti robot medis yang membantu penanganan pandemi dan robot pembaca berita AI pertama di dunia.

Pertanyaannya sekarang: apakah AS bisa mengejar ketertinggalan, atau China akan terus mendominasi era otomatisasi ini?

Pearla 2.2: Aplikasi Kamera iPhone yang Ubah Videografi Profesional

0

Telset.id – Jika Anda mengira aplikasi kamera bawaan iPhone sudah cukup untuk kebutuhan videografi profesional, pikirkan lagi. Pearla, aplikasi kamera yang sebelumnya dikenal dengan kemampuan fotografi Log-nya, kini meluncurkan update besar versi 2.2 dengan fokus pada fitur videografi kelas atas. Dengan tambahan tujuh profil warna Log industri dan kontrol manual yang lebih dalam, Pearla siap menjadi senjata rahasia para kreator konten.

Guy Cassidy, pendiri House of Mars selaku pengembang Pearla, mengungkapkan antusiasme pengguna terhadap kontrol penuh yang ditawarkan aplikasi ini. “Respons dari para kreator luar biasa. Mereka menyukai kendali yang diberikan Pearla, melewati pemrosesan standar untuk hasil yang benar-benar unik,” ujarnya. Kini, dengan versi 2.2, Pearla tidak hanya mempertahankan reputasinya di dunia fotografi, tetapi juga menantang dominasi aplikasi videografi profesional di iOS.

A smartphone displaying a camera app interface, showing a video recording of a cityscape with buildings, a river, and boats, along with camera controls and a recording timer on screen.

Log Video: Game Changer untuk Kreator Mobile

Update terbesar Pearla 2.2 adalah penambahan dukungan Log video, melengkapi fitur Log fotografi yang sudah ada. Bagi yang belum familiar, Log adalah profil warna datar yang mempertahankan rentang dinamis maksimal, memberi fleksibilitas lebih dalam pasca-produksi. Pearla kini mendukung tujuh profil Log dari merek kamera profesional:

  • Canon C-Log3
  • Blackmagic Design Film Gen 5
  • Arri LogC3
  • DJI D-Log
  • Fujifilm F-Log
  • Sony S-Log2
  • Panasonic V-Log

Dengan tambahan ini, footage dari iPhone bisa diintegrasikan dengan mulus dalam proyek multi-kamera yang menggunakan perangkat profesional. Sebuah langkah besar untuk mempertemukan dunia videografi mobile dan profesional.

Lebih dari Sekadar Log: Fitur Unggulan Pearla 2.2

Selain profil Log, Pearla 2.2 membawa beberapa peningkatan signifikan:

A smartphone displays a 'Log Settings' screen with options for Pearl-Log, Gamma Assist, Grain (set to Weak), Grain Strength (set to Large), and various color space transform choices such as Sony S-Log3 and ARRI LogC3.

  • Stabilisasi Gambar yang Ditingkatkan: Untuk rekaman yang lebih halus bahkan dalam kondisi bergerak.
  • Kontrol Pemetaan Nada Dinamis Manual: Memberi kreator kendali penuh atas bagaimana kamera menangani rentang dinamis.
  • Dukungan Bluetooth Camera Grips: Mempermudah operasi dalam alur kerja videografi.
  • Rekaman Rec-709 dengan Pemetaan Nada Dinamis Nonaktif: Untuk mereka yang menginginkan tampilan akhir langsung dari kamera.

Cassidy menekankan filosofi di balik pengembangan Pearla: “Pearla adalah aplikasi pertama yang mengambil pendekatan purist dalam pemrosesan gambar di iPhone pada tahap akuisisi saat kami meluncurkan sebagai kamera foto. Kami tetap berkomitmen membawa inovasi semacam ini ke fotografi dan pembuatan film mobile.”

Dengan harga mulai dari $3 per bulan, Pearla menawarkan nilai yang sulit ditolak bagi profesional yang menginginkan kontrol kreatif maksimal dari perangkat iPhone mereka. Aplikasi ini kompatibel dengan perangkat iPhone yang menjalankan iOS 17 dan tersedia di App Store dengan uji coba gratis selama tiga hari.

DeepSeek R2 Bocoran: Model AI China Siap Guncang Pasar Global

0

Telset.id – Jika Anda mengira OpenAI dan Google masih memimpin perlombaan AI, bersiaplah untuk terkejut. Bocoran terbaru mengindikasikan DeepSeek, perusahaan AI asal China, sedang mempersiapkan “senjata rahasia” bernama R2 yang diklaim 97% lebih murah dari GPT-4o dengan performa setara.

Ilustrasi chip AI Huawei Ascend 910B yang digunakan untuk melatih DeepSeek R2

Setelah sukses mengguncang pasar dengan model R1 tahun lalu—yang menyebabkan valuasi saham AS anjlok miliaran dolar—DeepSeek kini dikabarkan akan meluncurkan penerusnya. Menurut laporan media China yang beredar di Twitter/X, R2 akan menjadi model hybrid MoE (Mixture of Experts) dengan 1.2 triliun parameter, melampaui kapasitas pendahulunya yang “hanya” 600 miliar.

Revolusi Ekonomi AI

Yang paling mengejutkan adalah klaim efisiensi biaya. DeepSeek R2 dikabarkan hanya mematok $0.07 per juta token input dan $0.27 per juta token output—97.3% lebih murah dibanding GPT-4o. “Ini bisa mengubah total ekonomi industri AI,” ujar seorang analis yang enggan disebutkan namanya. “Jika bocoran ini akurat, perusahaan seperti OpenAI harus meninjau ulang seluruh struktur biaya mereka.”

Kemandirian Teknologi China

Yang tak kalah penting: R2 dikembangkan mayoritas menggunakan chip Ascend 910B buatan Huawei, mencapai 82% utilisasi cluster—angka yang sangat tinggi untuk skala pelatihan AI. “Ini bukti China semakin mandiri dari rantai pasok AS,” jelas Dr. Li Wei, pakar komputasi di Beijing. “Mereka tak hanya membuat model canggih, tapi juga infrastrukturnya.”

Tim riset DeepSeek sedang melakukan uji coba model AI generasi terbaru

Meski demikian, beberapa ahli menyarankan untuk bersikap skeptis. “Angka-angka ini terlalu fantastis untuk langsung dipercaya,” kata Prof. Zhang dari Universitas Tsinghua. “Tapi jika 50% saja benar, ini tetap akan menjadi terobosan besar.” DeepSeek sendiri belum memberikan konfirmasi resmi.

Dengan peluncuran yang dikabarkan terjadi dalam beberapa bulan mendatang, satu hal pasti: pertarungan supremasi AI semakin panas. Dan kali ini, China datang dengan senjata yang lebih tajam.

RTX 5070 Ti dengan GDDR7 SK Hynix Tembus 34 Gbps, Performa Melonjak 21%

0

Telset.id – Jika Anda mengira overclocking memori GDDR7 hanya bisa dilakukan pada modul Samsung, bocoran terbaru dari forum Chiphell membuktikan sebaliknya. Seorang pengguna berhasil mendorong clock memori RTX 5070 Ti dengan modul SK Hynix hingga 34 Gbps, menghasilkan peningkatan performa signifikan.

SK Hynix GDDR7 Memory

Kisah ini bermula ketika NVIDIA dikabarkan mulai menggunakan modul GDDR7 dari SK Hynix untuk seri RTX 50 Blackwell, selain Samsung yang selama ini menjadi pemasok utama. Seperti dilaporkan sebelumnya, langkah ini diambil untuk mengatasi masalah ketersediaan stok.

Kisah Sukses Overclocking yang Tak Terduga

Pengguna bernama “michelelee” di forum Chiphell membagikan pengalamannya meng-overclock Gigabyte RTX 5070 Ti Gaming OC yang menggunakan memori SK Hynix GDDR7. Awalnya, kartu ini berjalan pada clock standar 28 Gbps (1750 MHz). Namun, dengan tuning manual, ia berhasil mendorongnya hingga 34 Gbps (2125 MHz) – peningkatan 21% yang cukup mencengangkan.

RTX 5070 Ti SK Hynix GDDR7 28 Gbps

Dampak Nyata pada Performa Gaming

Peningkatan clock memori ini bukan sekadar angka di atas kertas. Dalam benchmark 3DMark Time Spy, skor GPU melonjak dari 28,46x menjadi 30,426 – peningkatan 7% yang akan terasa dalam gaming. Ini membuktikan bahwa modul SK Hynix GDDR7 tidak kalah performanya dengan rival dari Samsung.

RTX 5070 Ti SK Hynix GDDR7 34 Gbps

Kabar ini tentu menggembirakan bagi calon pembeli RTX 50 series, terutama mengingat produk-produk berbasis AI semakin membutuhkan bandwidth memori tinggi. Dengan diversifikasi pemasok memori, NVIDIA tampaknya sedang mempersiapkan lini produk yang lebih tangguh untuk menghadapi persaingan ketat di pasar GPU.

Meskipun saat ini mayoritas RTX 50 series masih menggunakan memori Samsung, dalam beberapa minggu ke depan kita mungkin akan melihat lebih banyak varian dengan modul SK Hynix. Bagi Anda yang tertarik dengan teknologi terkini, superkomputer AI berukuran mini dari NVIDIA juga patut menjadi perhatian.

Pindah ke India Tak Cukup, Apple Masih Bergantung pada China

0

Telset.id – Pasar Amerika Serikat selalu menjadi yang terpenting bagi Apple karena menghasilkan pendapatan penjualan smartphone tertinggi. Namun, dengan tarif impor yang akan segera berlaku, daya beli konsumen diperkirakan akan menurun. Hal ini bisa berdampak signifikan pada laba perusahaan asal Cupertino tersebut.

Untuk mengantisipasi hal ini, Apple sebelumnya dilaporkan berencana memindahkan produksi iPhone dari China ke India guna menghindari bea tambahan. Sayangnya, menurut seorang analis, langkah ini dinilai “tidak realistis” dan tidak akan sepenuhnya melindungi Apple dari berbagai tantangan yang ada.

Analis Sebut Rencana Apple Tidak Realistis

Seperti dilaporkan oleh MyDrivers, analis Craig Moffitt dari firma keuangan Cailianshe menyatakan bahwa rencana Apple memindahkan produksi iPhone dari China ke India tidak akan memberikan solusi menyeluruh. Menurutnya, perseteruan dagang antara AS dan China melibatkan dua aspek utama: biaya produksi dan penjualan.

Meskipun memindahkan produksi ke India mungkin bisa mengurangi biaya tenaga kerja, Moffitt menegaskan bahwa komponen iPhone masih harus diproduksi di luar negeri—khususnya China. Artinya, rantai pasokan Apple tetap akan bergantung pada China dalam waktu dekat.

Analyst says it is unrealistic for Apple to shift its entire iPhone assembly operations from China to India

Produksi di India Hanya 20% dari Total Global

Meski India memiliki potensi besar, produksi iPhone di sana saat ini hanya mencakup sekitar 20% dari total pengiriman global. Artinya, masih ada banyak ruang untuk pengembangan. Apple bisa memanfaatkan biaya tenaga kerja yang lebih murah di India untuk mempertahankan margin keuntungannya.

Namun, Moffitt menegaskan bahwa memindahkan operasi perakitan saja tidak cukup. “Ratusan komponen dalam satu iPhone masih harus diproduksi di China. Ini adalah tantangan besar bagi Apple,” ujarnya.

Tantangan Logistik dan Pembatasan China

Selain masalah komponen, Apple juga menghadapi kendala logistik. Baru-baru ini dilaporkan bahwa pihak berwenang China menghalangi pemindahan mesin-mesin penting dari rantai pasokan Apple ke luar negeri. Hal ini memaksa para produsen peralatan untuk mencari cara kreatif agar bisa memindahkan mesin tersebut.

Meskipun pengurangan biaya perakitan mungkin bisa dicapai dalam jangka panjang, memindahkan produksi komponen lain tetap menjadi tantangan besar. Dengan ratusan bagian dalam satu iPhone, Apple masih jauh dari kemandirian produksi di luar China.

Apakah Apple bisa menemukan solusi jangka panjang? Atau justru harus menerima kenyataan bahwa ketergantungan pada China sulit dihindari? Simak terus perkembangan terbarunya di Telset.id.

iPhone 17e Masih Diragukan, Ini Alasan Apple Belum Pastikan Peluncurannya

0

Telset.id – Kesuksesan iPhone 16e yang membawa Apple kembali ke puncak pasar smartphone global di kuartal pertama 2025 ternyata belum cukup meyakinkan perusahaan asal Cupertino itu untuk segera meluncurkan penerusnya. Bocoran terbaru mengindikasikan bahwa Apple masih ragu-ragu memutuskan nasib iPhone 17e, meskipun sebelumnya sempat beredar kabar tentang dimulainya produksi percobaan.

Lalu, apa yang membuat Apple belum yakin dengan kelanjutan seri iPhone e ini? Jawabannya mungkin terletak pada keberhasilan iPhone 16e itu sendiri. Model terbaru ini sukses besar karena membawa perubahan desain dan fitur yang signifikan dibanding pendahulunya, iPhone SE 3. Namun, justru kesuksesan inilah yang bisa menjadi bumerang untuk iPhone 17e.

iPhone 17e launch still to be decided

Menurut analisis mendalam, iPhone 17e kemungkinan besar hanya akan menjadi pembaruan iteratif dari iPhone 16e. Artinya, perubahan yang ditawarkan tidak akan sebesar lompatan dari iPhone SE 3 ke iPhone 16e. Bloomberg melalui Mark Gurman dalam newsletter ‘Power On’-nya yang dilaporkan oleh 9to5Mac menyebutkan bahwa Apple masih belum menentukan rencana pasti untuk model ini.

“Perbedaan antara iPhone 16e dan iPhone SE 3 sangat mencolok, itulah yang membuatnya sukses. Tapi untuk iPhone 17e, perubahan yang bisa dilakukan mungkin hanya sedikit peningkatan spesifikasi,” tulis seorang analis yang familiar dengan strategi produk Apple.

Desain eksterior iPhone 17e diperkirakan akan tetap sama dengan iPhone 16e, karena Apple tampaknya tidak berniat mengalokasikan sumber daya besar untuk mengubah estetika model ini. Satu-satunya peningkatan signifikan yang mungkin hadir adalah prosesor A19 versi binned (yang memiliki beberapa core dinonaktifkan). Ada juga spekulasi tentang penambahan konektivitas mmWave atau dukungan pengisian daya nirkabel MagSafe, tetapi ini belum dikonfirmasi.

Faktor lain yang mungkin mempengaruhi keputusan Apple adalah rencana mereka untuk memindahkan produksi iPhone dari China ke India. Seperti dilaporkan sebelumnya di Telset.id, beberapa analis menganggap rencana ini tidak realistis karena masalah tarif yang masih menjadi kendala besar. Ketidakpastian dalam rantai pasokan ini bisa menjadi pertimbangan tambahan bagi Apple dalam memutuskan nasib iPhone 17e.

Jadi, apakah kita akan melihat iPhone 17e tahun depan? Jawabannya masih terbuka. Apple mungkin memilih untuk menunda peluncuran hingga mereka bisa menawarkan perubahan yang lebih berarti, atau mungkin memutuskan untuk tidak melanjutkan lini ini sama sekali. Yang pasti, keputusan Apple akan sangat bergantung pada bagaimana mereka menilai potensi pasar untuk pembaruan iteratif ini.

Bagi Anda yang tertarik dengan perkembangan terbaru iPhone, pastikan untuk mengikuti terus update di Telset.id. Kami akan memberikan informasi terbaru seputar iPhone 17 dan produk Apple lainnya, termasuk kemungkinan peluncuran iOS 19 yang dikabarkan akan membawa desain baru.

Huawei Ascend 910D: Chip AI Terbaru yang Siap Guncang Dominasi NVIDIA

0

Telset.id – Jika Anda mengira NVIDIA masih menjadi raja tak terbantahkan di pasar AI China, bersiaplah untuk terkejut. Huawei, raksasa teknologi asal Tiongkok, dikabarkan sedang mempersiapkan senjata baru: Ascend 910D, chip AI generasi terbaru yang diklaim lebih powerful daripada NVIDIA H100.

Bocoran terbaru dari Wall Street Journal mengungkap bahwa Huawei saat ini berada dalam fase pengujian untuk Ascend 910D. Menurut laporan tersebut, perusahaan-perusahaan domestik di China diperkirakan akan menerima sampel chip ini pada akhir Mei mendatang. Ini adalah langkah strategis Huawei untuk memperkuat posisinya di pasar AI lokal, terutama di tengah pembatasan ekspor yang dihadapi NVIDIA.

Huawei Ascend 910D, chip AI terbaru yang siap saingi NVIDIA H100

Lebih Kuat dari NVIDIA H100?

Meski detail teknis Ascend 910D masih belum banyak terungkap, laporan tersebut menyebutkan bahwa chip ini akan lebih powerful dibandingkan NVIDIA H100 dari generasi Hopper. Sebelumnya, H100 sempat menjadi favorit industri AI China sebelum pembatasan ekspor diberlakukan.

Namun, Huawei tampaknya tidak ingin berpuas diri. Pendahulu 910D, yaitu Ascend 910C, dikabarkan hanya mampu bersaing dengan varian H20 yang lebih rendah dari NVIDIA. Meski begitu, pencapaian ini tetap patut diapresiasi mengingat tantangan yang dihadapi Huawei dalam mengembangkan teknologi chip secara mandiri.

CloudMatrix: Solusi Kluster AI Huawei

Huawei tidak hanya fokus pada pengembangan chip AI standalone. Perusahaan ini juga telah menciptakan solusi kluster AI bernama CloudMatrix 384, yang menggunakan chip Ascend dan diklaim memiliki performa setara dengan server AI NVIDIA GB200 NVL72 berbasis arsitektur Blackwell.

Yang menarik, Huawei memilih pendekatan berbeda dengan mengutamakan performa ketimbang efisiensi daya. Strategi ini menunjukkan bahwa Huawei tidak ragu untuk bersaing secara langsung dengan teknologi terbaru dari Barat, meski dengan keterbatasan yang ada.

Perbandingan performa Huawei Ascend 910 dengan pesaing

Tantangan di Balik Ambisi Besar

Meski ambisius, Huawei masih menghadapi sejumlah tantangan serius. Yang paling krusial adalah masalah pasokan chip. Saat ini, Huawei bergantung pada SMIC dan TSMC untuk memproduksi chip mereka. Namun, pasokan yang terbatas membuat perusahaan kesulitan memenuhi permintaan pasar sepenuhnya.

Selain itu, Huawei masih harus menggunakan teknologi lama seperti HBM2 untuk memori chip mereka. Ini berarti mereka harus mengkompensasinya dengan metode lain, termasuk mengabaikan rasio performa-per-watt yang biasanya menjadi pertimbangan utama dalam desain chip modern.

Lalu, apakah Ascend 910D akan menjadi game changer yang mampu menggeser dominasi NVIDIA di pasar AI China? Jawabannya mungkin belum bisa dipastikan saat ini. Namun satu hal yang jelas: Huawei tidak main-main dalam perlombaan teknologi AI, dan mereka siap berinvestasi besar untuk meraih posisi terdepan.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang strategi Huawei di sektor chipset, Anda bisa membaca artikel terkait mengenai transparansi informasi chipset di smartphone Huawei. Sementara itu, inovasi terbaru Huawei dalam efisiensi daya chip bisa Anda simak dalam tulisan tentang Core Taishan.

Xiaomi Xring Siap Rilis, Chipset In-House yang Bakal Guncang Pasar

0

Telset.id – Jika Anda mengira persaingan chipset ponsel hanya didominasi Qualcomm dan MediaTek, bersiaplah untuk kejutan besar. Bocoran terbaru mengindikasikan Xiaomi akan segera meluncurkan prosesor buatan sendiri bernama Xring dalam hitungan minggu!

Menurut laporan Fixed Focus Digital di Weibo, raksasa teknologi asal Tiongkok ini akan mengumumkan chipset in-house mereka pada “20 Mei atau setelahnya”. Meski demikian, sumber yang sama mengingatkan bahwa jadwal ini masih bisa berubah. Ini bukan kali pertama Xiaomi mencoba membuat chipset sendiri – mereka pernah meluncurkan Surge S1 beberapa tahun lalu, tapi Xring tampaknya akan menjadi lompatan teknologi yang jauh lebih signifikan.

Xiaomi Xring custom chipset arriving next month, according to tipster

Spesifikasi dan Proses Manufaktur

Berbeda dengan Snapdragon 8 Elite Gen 2 yang menggunakan proses 3nm TSMC generasi kedua, Xring dikabarkan akan diproduksi dengan proses N4P 4nm TSMC. Keputusan ini mungkin didasari pertimbangan biaya – proses tape-out 3nm saja bisa menghabiskan jutaan dolar. Namun, ada juga spekulasi bahwa Xiaomi berhati-hati menghindari sanksi AS seperti yang dialami Huawei.

Dari sisi arsitektur, Xring disebut akan mengadopsi desain ARM standar dengan konfigurasi Cortex-X925 sebagai core tercepat yang berjalan pada 3.20GHz. Ini berbeda dengan pendekatan Qualcomm yang menggunakan core Oryon buatan sendiri. Meski tidak se-ekstrem chipset 3nm, kombinasi proses 4nm dan arsitektur ARM terbaru tetap menjanjikan performa yang kompetitif.

Implikasi Strategis untuk Xiaomi

Peluncuran Xring menandai ambisi besar Xiaomi untuk mengurangi ketergantungan pada vendor chipset eksternal. Dengan tim pengembangan yang dipimpin mantan Direktur Senior Qualcomm, perusahaan ini jelas serius mengejar kemandirian teknologi. Langkah ini juga bisa menjadi senjata strategis menghadapi ketidakpastian geopolitik di industri semikonduktor.

Xiaomi Xring chipset specifications and design

Pertanyaan besarnya: perangkat Xiaomi apa yang pertama akan menggunakan Xring? Spekulasi mengarah ke seri flagship seperti Xiaomi 14T atau mungkin perangkat baru di luar lini smartphone. Yang pasti, ini akan menjadi ujian nyata kemampuan rekayasa Xiaomi di level paling fundamental.

Dengan Snapdragon 8 Elite Gen 2 dan Dimensity 9500 yang juga akan segera muncul, tahun 2025 memang menjanjikan persaingan sengit di dunia chipset mobile. Dan kini, ada pemain baru yang siap mengacak-acak papan catur ini. Tunggu saja pengumuman resminya – jika bocoran ini akurat, kita tak perlu menunggu lama.

AI Rekrut Pekerja Palsu: Ancaman Baru di Dunia Kerja

0

Bayangkan Anda sedang mewawancarai kandidat dengan portofolio mengesankan, kemampuan teknis mumpuni, dan CV yang sempurna. Tanpa disadari, calon karyawan tersebut ternyata hanyalah algoritma cerdas yang dirancang untuk menipu. Inilah realitas baru yang dihadapi perusahaan di era AI—pelamar kerja palsu yang diciptakan mesin.

Kasus terbaru datang dari Vidoc Security, perusahaan keamanan siber yang dua kali tertipu oleh kandidat deepfake. Dawid Moczadlo, salah satu pendiri Vidoc, membagikan pengalamannya mewawancarai kandidat yang menggunakan filter AI untuk menyamarkan wajah asli. Ketika diminta menggerakkan tangan untuk menguji keaslian wajah, sang kandidat menolak—dan wawancara pun dihentikan seketika.

David Wall / Getty Images

Modus Operandi Pelamar AI

Menurut laporan CBS News, pelaku penipuan menggunakan AI untuk membuat:

  • Foto profil palsu yang terlihat nyata
  • RĂ©sumĂ© otomatis yang disesuaikan dengan lowongan
  • Situs web portofolio fiktif

Jika berhasil lolos, “karyawan” ini bisa mencuri data rahasia atau menyebarkan malware. Moczadlo menduga modus ini mirip dengan jaringan peretas Korea Utara yang menciptakan identitas palsu untuk bekerja di AS.

Perusahaan Bereaksi

Vidoc kini mengubah proses rekrutmen dengan mengundang kandidat terbaik ke kantor mereka di San Francisco. Biaya transportasi dan akomodasi ditanggung perusahaan, plus bayaran untuk hari kerja percobaan. “Butuh peretas untuk menemukan peretas,” ujar Moczadlo.

Namun, solusi ini tidak terjangkau bagi kebanyakan perusahaan. Startup kecil atau tim HR biasa kesulitan mendeteksi kecurangan canggih semacam ini. Seperti yang terjadi di industri teknologi, perlombaan senjata antara AI dan deteksi penipuan semakin sengit.

Dampak bagi Pencari Kerja Asli

Fenomena ini memperburuk kondisi pasar kerja yang sudah kompetitif. Di satu sisi, perusahaan memangkas karyawan untuk digantikan AI. Di sisi lain, pelamar manusia harus bersaing dengan algoritma yang bisa membuat profil sempurna dalam hitungan detik.

Lalu, bagaimana melindungi diri? Pelajari fitur deteksi AI terbaru dan selalu verifikasi kredensial kandidat melalui wawancara tatap muka atau tes praktik langsung.

Kisah Vidoc menjadi peringatan keras: di era di mana identitas bisa dipalsukan dengan satu klik, kewaspadaan adalah harga mati. Bukan tidak mungkin, suatu hari nanti Anda akan berjabat tangan dengan avatar digital—bukan manusia sungguhan.

15 Game Simulasi Android Terbaik untuk Pengalaman Seru dan Realistis

0

Telset.id – Game simulasi telah menjadi salah satu genre paling populer di Android, menawarkan pengalaman yang mendekati kenyataan dengan beragam tema menarik. Dari mengelola kota hingga menjadi pilot, deretan game berikut ini akan memanjakan hasrat simulasi Anda dengan grafis memukau dan gameplay yang adiktif.

1. Love and Deepspace: Simulasi Kencan dengan Sentuhan RPG

Tak lama setelah rilis, Love and Deepspace langsung merajai tangga lagu Google Play Store sebagai salah satu game simulasi terlaris. Game ini menggabungkan elemen dating sim dengan pertarungan RPG, di mana Anda berperan sebagai Deepspace Hunter yang berinteraksi dengan empat karakter pria menarik. Grafis 3D-nya yang realistis dan backstory mendalam membuat pengalaman virtual dating terasa hidup. Namun, pastikan ponsel Anda memiliki RAM 6 GB dan ruang penyimpanan 20 GB untuk pengalaman bermain yang optimal.

2. Staff!: Simulasi Pekerjaan dengan Gaya Stickman

Jika Anda mencari game yang ringan namun menghibur, Staff! adalah pilihan tepat. Anda akan membantu karakter stickman menyelesaikan berbagai pekerjaan harian, mulai dari membersihkan rumah hingga memadamkan api. Meski iklannya cukup mengganggu, gameplay-nya yang sederhana dan misi mini yang variatif bikin ketagihan.

3. SimCity BuildIt: Jadi Walikota dalam Genggaman

Ingin merasakan tantangan mengelola kota? SimCity BuildIt menawarkan pengalaman lengkap sebagai walikota, mulai dari mengatasi kemacetan hingga memenuhi kebutuhan dasar warga. Game ini menantang sekaligus memuaskan bagi para penggemar strategi.

SimCity BuildIt: Jadi Walikota dalam Genggaman
SimCity BuildIt menawarkan pengalaman lengkap sebagai walikota, mulai dari mengatasi kemacetan hingga memenuhi kebutuhan dasar warga.

4. Flight Pilot Simulator 3D Free: Sensasi Menerbangkan Pesawat

Dengan panel kontrol yang mirip asli dan efek 3D terbaik yang memukau, game Flight Pilot Simulator 3D Free memberikan pengalaman menerbangkan pesawat yang sangat realistis. Selesaikan misi-misi menantang dan rasakan adrenalin sebagai pilot profesional.

5. Solar Smash: Hancurkan Planet dengan Kekuatan Super

Game ini memungkinkan Anda menghancurkan tata surya dengan senjata seperti black hole, UFO, atau bahkan monster kraken. Efek visualnya yang spektakuler dan kontrol yang mudah membuat Solar Smash jadi salah satu game simulasi paling unik di Android.

6. PC Creator 2: Simulasi Merakit Komputer

Bagi penggemar teknologi, PC Creator 2 menawarkan pengalaman merakit PC dari nol hingga menyelesaikan masalah teknis seperti virus. Game ini detail dan edukatif, cocok untuk yang ingin belajar komponen komputer sambil bermain.

7. Fallout Shelter: Bertahan Hidup di Bunker Bawah Tanah

Sebagai pemenang DICE Awards, Fallout Shelter menghadirkan tantangan mengelola shelter pasca-apokaliptik. Anda harus memastikan stok makanan, keamanan, dan kebahagiaan warga tetap terjaga.

Fallout Shelter game simulator
Fallout Shelter: Bertahan Hidup di Bunker Bawah Tanah

8. SAKURA School Simulator: Hidup Sebagai Pelajar Jepang

Game ini menawarkan kebebasan menjelajahi sekolah dan kota kecil ala Jepang. Dengan grafis terbaik yang memikat, game SAKURA School Simulator cocok untuk yang menyukai kehidupan virtual santai.

9. Food Stylist: Kreasi Makanan dengan Sentuhan Artistik

Jika Anda suka dunia kuliner, Food Stylist memungkinkan Anda menghias makanan sesuai permintaan klien. Meski beberapa fitur membutuhkan pembelian in-app, game ini tetap seru untuk mengisi waktu luang.

10. The Sims™ Mobile: Versi Android dari Legenda Simulasi

Seri The Sims yang legendaris kini hadir di Android dengan fitur membangun rumah, mengembangkan skill, dan berinteraksi dengan karakter lain. Meski tidak selengkap versi PC, game ini tetap menghibur.

11. Car Mechanic Simulator 21: Jadi Mekanik Profesional

Di game ini, Anda akan memperbaiki berbagai masalah mobil, mulai dari mesin hingga cat. Bahkan, Anda bisa merakit mobil dari nol! Detail komponennya sangat akurat, membuat pengalaman simulasi terasa nyata.

game Car Mechanic Simulator 21
Car Mechanic Simulator 21: Jadi Mekanik Profesional

12. Woodturning: Seni Mengukir Kayu

Dikembangkan oleh Voodoo, Woodturning adalah game simulasi kerajinan kayu yang telah diunduh lebih dari 100 juta kali. Ketepatan dan kesabaran sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan pesanan pelanggan.

13. Rebel Inc.: Strategi di Tengah Konflik

Dari tim pembuat Plague Inc., game ini menantang Anda menstabilkan wilayah konflik dengan memilih prioritas antara militer dan kesejahteraan warga. Tantangannya kompleks namun memuaskan.

14. Cooking Simulator: Dapur Virtual dengan Efek Nyata

Anda akan merasakan tekanan bekerja di dapur restoran dengan waktu terbatas. Efek suara seperti memotong bahan atau menuang saus membuat pengalaman memasak terasa hidup.

15. Rent Please! Landlord Sim: Kelola Properti dengan Cerdas

Game ini memungkinkan Anda menjadi pemilik kos-kosan dan mengelola fasilitas untuk memuaskan penyewa. Upgrade kamar dan bangun fasilitas tambahan untuk meningkatkan pendapatan.

Dari simulasi kencan hingga manajemen properti, 15 game di atas menawarkan pengalaman unik yang sulit ditemukan di genre lain. Manakah yang paling menarik bagi Anda? Bagikan pengalaman bermain Anda di kolom komentar!