Beranda blog Halaman 144

Netflix Uji Coba AI Chatbot untuk Rekomendasi Konten Lebih Personal

0

Telset.id – Jika Anda sering kebingungan memilih tontonan di Netflix, kabar baik datang dari raksasa streaming tersebut. Netflix mengumumkan pengujian fitur AI chatbot baru yang akan membantu pengguna menemukan konten dengan lebih mudah menggunakan bahasa alami.

Dalam rilis resminya, Netflix menyebut fitur ini sebagai “beta kecil yang opsional” untuk pengguna iOS. Chatbot ini memungkinkan Anda mencari film dan serial dengan frasa percakapan sehari-hari. Misalnya, Anda bisa mengetik “Saya ingin sesuatu yang lucu dan menyenangkan” dan AI akan memberikan rekomendasi sesuai permintaan.

Antarmuka AI chatbot Netflix untuk rekomendasi konten

Fitur ini diprediksi akan cepat menjadi andalan di aplikasi Netflix baik untuk iOS maupun Android jika mendapat respons positif dari pengguna. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan dihadirkan juga di versi TV.

Perubahan Besar di Antarmuka Netflix

Selain chatbot AI, Netflix juga melakukan beberapa perubahan signifikan pada antarmukanya. Perusahaan mengatakan mereka “menempatkan semua informasi yang Anda butuhkan untuk membuat pilihan tontonan di bagian paling depan”. Ini termasuk penanda seperti “Pemenang Emmy Award” atau “#1 di Serial TV”.

Fitur Pencarian dan Daftar Saya juga dipindahkan ke bagian atas halaman di versi TV karena dianggap lebih mudah terlihat. Sementara rekomendasi di beranda diklaim menjadi “lebih responsif terhadap suasana hati dan minat Anda saat ini”.

Desain Baru yang Lebih Modern

Netflix juga memperkenalkan desain beranda baru yang disebut “bersih dan modern” serta “lebih mencerminkan pengalaman premium yang diharapkan pengguna”. Untuk aplikasi mobile khususnya, dalam beberapa minggu ke depan akan muncul feed vertikal berisi klip film dan serial untuk memudahkan penemuan konten baru.

Dukungan HDR10+ Netflix di TV Samsung 2025

Pengguna bisa langsung mengetuk klip untuk menonton keseluruhan konten, menambahkannya ke Daftar Saya, atau membagikannya ke teman. Fitur ini dirancang untuk membuat penelusuran konten menjadi “mudah dan menyenangkan”.

Seperti yang pernah kami bahas dalam artikel tentang komentar Bos OpenAI tentang Apple Vision Pro, integrasi AI dalam platform hiburan memang sedang menjadi tren besar tahun ini.

Masa Depan Hiburan yang Lebih Personal

Kehadiran AI chatbot di Netflix menandai babak baru dalam personalisasi konten streaming. Bayangkan jika Anda bisa menggambarkan karakter atau adegan dari film yang tidak Anda ingat judulnya, dan AI bisa menemukannya untuk Anda – itulah yang ditawarkan teknologi ini.

Kenaikan harga Netflix setelah kesuksesan Squid Game 2

Seperti yang terjadi pada aplikasi untuk ngabuburit yang semakin canggih, Netflix tampaknya berusaha keras mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar streaming dengan inovasi teknologi terkini.

Meski demikian, beberapa pengguna mungkin khawatir dengan potensi pembatasan fitur seperti yang terjadi di platform lain. Netflix sendiri belum memberikan timeline pasti kapan fitur chatbot AI ini akan tersedia untuk semua pengguna.

Yang jelas, langkah Netflix ini menunjukkan komitmen mereka untuk terus berinovasi dalam menghadirkan pengalaman menonton yang lebih personal dan intuitif bagi pengguna setianya di seluruh dunia.

Aluminium Cetak 3D: Solusi Kuat dan Murah untuk Industri Otomotif

0

Telset.id – Bayangkan jika komponen mesin mobil bisa dibuat lebih ringan namun tetap kuat, dengan biaya produksi yang lebih rendah. Mimpi ini kini semakin dekat dengan hadirnya sistem paduan aluminium cetak 3D terbaru hasil riset Carnegie Mellon University dan MIT.

Aluminium selama ini menjadi primadona di industri transportasi berkat rasio kekuatan-terhadap-berat yang mengesankan. Namun, ketika berbicara aplikasi ekstrem seperti piston mesin pembakaran atau bilah kipas jet, material ini seringkali tak mampu menahan dislokasi pada suhu tinggi. Solusi selama ini? Beralih ke paduan titanium yang harganya nyaris dua kali lipat.

Printable aluminum alloy designed to balance strength and cost

Revolusi Material dengan Cetak 3D

Tim peneliti yang dipimpin Asisten Profesor Mohadeseh Taheri-Mousavi berhasil merancang sistem paduan Al-Ni-Er-Zr-Y (aluminium-nikel-erbium-zirkonium-itrium) melalui simulasi komputasi canggih. Teknik rapid solidification dalam pencetakan 3D laser memungkinkan pembentukan fase metastabil yang meningkatkan kekuatan material secara signifikan.

“Paduan ini menawarkan 95% kekuatan material benchmark dengan penghematan biaya hingga 15%,” jelas Taheri-Mousavi. Bahkan untuk aplikasi suhu ruang, versi lain dari desain ini mampu menyamai kekuatan paduan konvensional dengan penghematan biaya mencapai 80%.

Masa Depan Industri Otomotif

Dengan pendekatan Integrated Computational Materials Engineering (ICME) dan machine learning, para peneliti mampu mengeksplorasi ribuan kombinasi material secara virtual sebelum uji fisik. Metode ini tidak hanya menghemat waktu dan biaya, tetapi juga membuka pintu bagi penemuan material baru yang lebih berkelanjutan.

Inovasi ini berpotensi mengubah lanskap industri otomotif global. Seperti yang terjadi pada Lenovo Yoga Slim 7i Pro OLED yang membuktikan bahwa ringan tidak harus berarti lemah, paduan aluminium cetak 3D ini menawarkan solusi nyata untuk tantangan berat industri.

Penelitian yang dipublikasikan di Journal of the Mechanics and Physics of Solids ini bukan hanya sekadar terobosan akademis. Dalam waktu dekat, kita mungkin akan melihat komponen mesin dengan stiker “Made with 3D-Printed Aluminum” menghiasi bengkel-bengkel resmi.

Telkom Dorong Pendidikan Inklusif lewat Innovillage di Hari Pendidikan Nasional 2025

0

Telset.id – Tahukah Anda bahwa hanya 37,76% anak penyandang disabilitas di Indonesia yang bisa mengakses pendidikan formal? Angka dari BPS 2023 ini menjadi alarm keras tentang betapa besarnya kesenjangan yang masih harus dijembatani. Di Hari Pendidikan Nasional 2025, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) menjawab tantangan ini dengan program Innovillage, sebuah gerakan inovasi digital yang menyasar pendidikan inklusif, khususnya bagi kelompok rentan seperti penyandang disabilitas.

Mengusung tema “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua”, peringatan Hardiknas tahun ini bukan sekadar seremoni. Ini adalah seruan aksi nyata—dan Telkom memimpin dengan solusi konkret. “Kami menghadirkan Innovillage sebagai wadah bagi generasi muda untuk menciptakan solusi berbasis teknologi digital,” tegas Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah. Program ini telah melahirkan dua terobosan krusial: TUTUR dan talkBook, yang dirancang khusus untuk anak-anak dengan hambatan komunikasi.

Ketika Teknologi Menjadi Suara bagi yang Tak Bersuara

TUTUR, karya mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, adalah aplikasi komunikasi visual berbasis Picture Exchange Communication System (PECS). Aplikasi ini dirancang untuk anak tunarungu, tuna grahita, dan autisme yang mengalami kesulitan berbahasa. “Kami mengadopsi metode Augmentative and Alternative Communication (AAC) agar mereka bisa belajar dan berinteraksi,” papar Muhammad Ahsani Taqwim, ketua tim pengembang. Yang menarik, TUTUR tidak sekadar alat bantu—ia juga berfungsi sebagai media edukasi yang bisa dikustomisasi sesuai kurikulum sekolah.

Sementara itu, talkBook dari Telkom University menawarkan pendekatan berbeda. Dengan format buku digital interaktif, inovasi ini mengoptimalkan pembelajaran melalui kombinasi audio, teks, dan visual. “Kami fokus pada respons emosional dan kemampuan reseptif anak, terutama untuk penyandang autisme atau cerebral palsy,” jelas tim pengembang. Kedua solusi ini sejalan dengan prinsip kolaborasi lintas sektor dalam membangun ekosistem pendidikan digital.

SDGs dan Masa Depan Pendidikan Tanpa Diskriminasi

Inisiatif Telkom ini bukan tanpa konteks. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin ke-4 dan ke-10 menegaskan pentingnya pendidikan inklusif dan pengurangan ketimpangan. Namun, jalan masih panjang. Anak-anak dengan disabilitas kerap terpinggirkan bukan karena kemampuan mereka, melainkan kurangnya fasilitas pendukung. Di sinilah peran teknologi—seperti yang dihadirkan Innovillage—menjadi krusial.

Seperti revolusi AI yang mendemokratisasi akses informasi, inovasi-inovasi ini membuktikan bahwa teknologi bisa menjadi equalizer. Namun, tantangan terbesar justru ada di tingkat implementasi. “Kami butuh dukungan pemerintah dan masyarakat untuk mengadopsi solusi ini secara masif,” tambah Ririek. Pelajaran dari kesuksesan Minecraft sebagai media edukasi menunjukkan bahwa desain yang berpusat pada pengguna adalah kunci.

Hari Pendidikan Nasional 2025 harus menjadi titik balik. Dengan semangat #ElevatingYourFuture, Telkom dan Innovillage mengajak semua pihak untuk bertindak. Karena pendidikan bermutu bukan hak eksklusif—melainkan hak setiap anak Indonesia, tanpa terkecuali.

Microsoft-Activision Blizzard: Kemenangan Besar di Pengadilan AS

Telset.id – Jika Anda mengira drama akuisisi Microsoft dan Activision Blizzard sudah berakhir, pikirkan lagi. Pengadilan Banding AS baru saja mengukuhkan kemenangan Microsoft dalam pertarungan hukum yang bisa mengubah wajah industri game selamanya.

Pengadilan Banding Sirkuit Kesembilan AS menegaskan keputusan pengadilan rendah bahwa akuisisi Microsoft atas Activision Blizzard senilai $68,7 miliar tidak melanggar hukum antitrust. Federal Trade Commission (FTC) gagal membuktikan bahwa merger ini akan merugikan kompetisi di pasar game.

Pengadilan AS memutuskan Microsoft-Activision Blizzard tidak melanggar antitrust

Kekalahan Beruntun FTC

FTC telah berulang kali mencoba menggagalkan akuisisi ini sejak pertama kali diumumkan tahun 2022. Argumen utama mereka? Microsoft akan memblokir akses ke franchise populer seperti Call of Duty di platform kompetitor. Namun, hakim Daniel P. Collins dengan tegas menolak klaim ini.

“Semua produsen besar telah melakukan praktik eksklusivitas,” tulis Collins dalam opininya. Microsoft justru disebut semakin membuka game eksklusifnya ke platform lain—strategi yang mungkin membuat FTC akhirnya menyerah.

Masa Depan Game di Tangan Microsoft

Akuisisi yang resmi ditutup Oktober 2023 ini memberi Microsoft kendali penuh atas waralaba game legendaris seperti World of Warcraft, Diablo, dan tentu saja Call of Duty. Dengan pengadilan terakhir ini, Microsoft bisa fokus mengintegrasikan Activision Blizzard ke ekosistem Xbox dan Game Pass.

FTC sempat mengkhawatirkan dampak merger terhadap layanan cloud gaming dan langganan game. Namun pengadilan menemukan bukti yang bertolak belakang—justru akuisisi ini bisa mempercepat inovasi di sektor tersebut.

Kasus ini mengingatkan pada pertarungan hukum lain di dunia teknologi. Seperti upaya AS membatalkan larangan TikTok atau kekalahan Apple di pengadilan antitrust yang membuka era baru kebebasan aplikasi.

Dengan kemenangan ini, Microsoft kini memegang salah satu posisi terkuat dalam industri game global. Pertanyaannya sekarang: bagaimana raksasa teknologi ini akan menggunakan kekuatan barunya? Apakah ini awal dari dominasi Microsoft di dunia gaming, atau justru akan memicu gelombang konsolidasi baru di industri bernilai miliaran dolar ini?

Battlefield Baru Bakal Rilis Sebelum April 2026, EA Konfirmasi

Telset.id – Kabar gembira untuk para penggemar game first-person shooter (FPS): Electronic Arts (EA) secara resmi mengumumkan bahwa seri terbaru Battlefield akan diungkap musim panas ini dan dirilis sebelum April 2026. Pengumuman ini disampaikan dalam laporan keuangan kuartal IV dan tahun fiskal 2025 perusahaan.

Andrew Wilson, CEO EA, menyebut game ini sebagai “langkah penting dalam menghadirkan hiburan blockbuster generasi berikutnya.” Ia juga menegaskan komitmen EA untuk merilis game tersebut dalam tahun fiskal 2026, yang berarti paling lambat Maret 2026. Namun, sumber internal mengindikasikan peluncuran akan dilakukan lebih awal, memberi jarak sebelum kehadiran Grand Theft Auto 6 yang dijadwalkan 26 Mei 2026.

Ilustrasi pertempuran dalam game Battlefield

Strategi Peluncuran dan Kompetisi

EA tampaknya belajar dari peluncuran Battlefield 2042 pada 2021, yang sempat menuai kritik karena masalah teknis. Untuk menghindari bentrok dengan GTA 6, Wilson sebelumnya mengisyaratkan kesediaannya menunda rilis game lain. “Kami tidak ingin bersaing langsung dengan titel raksasa yang sudah memiliki basis penggemar masif,” ujarnya dalam sebuah wawancara awal tahun ini.

Selain itu, EA telah meluncurkan Battlefield Labs, sebuah inisiatif pengujian komunitas di mana pemain terdaftar bisa memberikan masukan tentang mekanik inti seperti pertempuran, penghancuran lingkungan, kendaraan, dan desain peta. Langkah ini menunjukkan upaya EA untuk melibatkan komunitas lebih dalam dalam pengembangan game.

Harga Tetap Stabil

Di tengah tren kenaikan harga game oleh Xbox dan Nintendo (yang menetapkan harga $80 untuk Mario Kart World di Switch 2), EA memastikan tidak akan menaikkan harga game mereka dalam waktu dekat. Keputusan ini bisa menjadi angin segar bagi gamer yang khawatir dengan inflasi harga game AAA.

Dengan persaingan ketat di industri FPS, termasuk game seperti Call of Duty dan judul PC gratis lainnya, Battlefield baru ini diharapkan bisa membawa inovasi segar. Apakah EA akan kembali ke formula klasik atau menghadirkan mekanik baru? Jawabannya akan terungkap musim panas ini.

Sony Resmi Akuisisi teamLFG, Studio Baru untuk Game Multiplayer Ambisius

Telset.id – Sony kembali memperkuat barisan PlayStation Studios dengan mengakuisisi teamLFG, studio baru yang berfokus pada pengembangan game multiplayer ambisius. Studio ini merupakan hasil spin-off dari Bungie, pengembang terkenal di balik seri Destiny dan Halo. Kabar ini menandai langkah strategis Sony dalam memperluas portofolio game live-service, meski sebelumnya mereka sempat mengalami kegagalan dengan proyek serupa.

Berdasarkan informasi resmi, teamLFG berkantor pusat di Bellevue, Washington—lokasi yang sama dengan markas Bungie. Namun, beberapa anggota tim bekerja secara remote dari berbagai wilayah di AS dan Kanada. Studio ini terdiri dari campuran talenta baru dan veteran industri yang pernah terlibat dalam proyek besar seperti League of Legends, Fortnite, dan Roblox. Nama “LFG” sendiri merupakan singkatan dari “looking for group,” istilah populer di kalangan pemain game multiplayer yang mencari tim.

Proyek Pertama: Dunia Fantasi-Sains yang Penuh Humor

Proyek pertama teamLFG dikabarkan berlatar di “dunia baru yang penuh mitos, fantasi-sains, dan nuansa komedi ringan.” Studio ini menggabungkan inspirasi dari berbagai genre, termasuk platformer, MOBA, life simulation, dan fighting games, untuk menciptakan pengalaman multiplayer yang unik. Namun, karena masih dalam tahap inkubasi, game ini diperkirakan masih membutuhkan waktu lama sebelum rilis.

Ilustrasi game multiplayer teamLFG

Keputusan Sony mengakuisisi teamLFG tidak lepas dari restrukturisasi besar-besaran yang dilakukan Bungie tahun lalu. Saat itu, Bungie memutuskan memfokuskan sumber dayanya pada Destiny dan proyek baru Marathon, sehingga beberapa proyek inkubasi dipisahkan—termasuk teamLFG yang akhirnya diambil alih Sony.

Tantangan Sony di Pasar Live-Service

TeamLFG menyatakan misinya untuk membuat “game aksi yang bisa dipelajari, dimainkan, dan dikuasai pemain selama berjam-jam.” Ini jelas mengindikasikan arah live-service, segmen yang sedang Sony gencar garap namun belum menuai kesuksesan. Beberapa proyek live-service mereka, seperti The Last of Us Online, bahkan terpaksa dibatalkan di tengah jalan. Belum lagi kegagalan Concord yang sempat menjadi sorotan.

Dengan pengalaman para veteran di teamLFG, Sony berharap bisa menghadirkan game multiplayer yang lebih matang dan tahan lama. Apakah ini akan menjadi titik balik bagi strategi live-service PlayStation? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Jika Anda penasaran dengan ekspansi Sony di dunia gaming, jangan lewatkan kabar terbaru mereka tentang rencana membawa game PlayStation ke smartphone dan proyek adaptasi game ke layar lebar.

ASUS Expert Series TKDN 40%+ untuk Digitalisasi Pemerintah

0

Telset.id – Jika Anda mengira komitmen ASUS di Indonesia hanya sebatas produk konsumen, bersiaplah untuk melihat sisi lain dari raksasa teknologi ini. Baru-baru ini, ASUS meluncurkan tiga produk Expert Series terbaru—ExpertBook BG1409CVA, ExpertCenter DG500MER, dan ExpertCenter AiO EG3408WVA—dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 40%. Tak sekadar memenuhi regulasi, langkah ini adalah bagian dari strategi besar mendukung kedaulatan teknologi nasional.

Peluncuran di Batam pada 8 Mei 2025 ini bukan sekadar seremoni. Kolaborasi dengan PT Sat Nusapersada Tbk menandai babak baru produksi lokal ASUS yang berfokus pada sektor pemerintahan dan B2B. Yulianto Hasan, Director of Commercial Products ASUS Indonesia, menegaskan, “Ini adalah komitmen jangka panjang kami untuk memperkuat ekosistem teknologi Indonesia.”

ExpertBook BG1409CVA: Laptop Tangguh Berstandar Militer

Bayangkan laptop yang bisa bertahan dari jatuh 1,2 meter, tahan tekanan 50 kg, dan keyboard anti-tumpahan cairan hingga 66cc. ExpertBook BG1409CVA bukan sekadar perangkat biasa—ia telah lolos uji MIL-STD-810H, standar ketahanan militer AS. Dengan bobot 1,4 kg dan prosesor Intel® Core generasi ke-13, laptop ini dirancang untuk mobilitas tinggi pegawai pemerintah.

“Kami memahami pekerja lapangan butuh perangkat yang tak hanya ringan, tapi juga tahan banting,” tambah Yulianto. Fitur seperti spill-resistant keyboard dan solid-state drive (SSD) yang tahan guncangan membuatnya ideal untuk survei lapangan atau kerja di daerah terpencil.

ExpertCenter DG500MER: Desktop dengan Daya Tahan Ekstrim

Untuk kebutuhan komputasi berat di kantor pemerintah, ASUS menghadirkan ExpertCenter DG500MER. Desktop ini dibekali prosesor Intel® Core™ i7 Generasi ke-14 dan RAM hingga 64GB DDR5—spesifikasi yang mampu menangani pengolahan data besar atau simulasi kompleks. Yang menarik, desain tool-less-nya memudahkan upgrade tanpa alat khusus.

Keamanan data menjadi prioritas dengan fitur TPM 2.0 dan Kensington Lock. “Ini solusi untuk instansi yang mengelola data sensitif seperti keuangan atau kependudukan,” jelas Yulianto. Dengan sertifikasi MIL-STD-810H, DG500MER juga tahan terhadap kondisi operasional ekstrim.

Content image for article: ASUS Expert Series TKDN 40%+ untuk Digitalisasi Pemerintah

ExpertCenter AiO EG3408WVA: Solusi All-in-One untuk Efisiensi Ruang

Bagi instansi pemerintah yang ingin menghemat ruang tanpa mengorbankan performa, ExpertCenter AiO EG3408WVA layak dipertimbangkan. Dengan layar IPS NanoEdge 23,8 inci dan dukungan Wi-Fi 6E, perangkat ini ideal untuk front office atau ruang rapat. Port lengkap—termasuk HDMI In/Out dan USB Type-C—memudahkan integrasi dengan perangkat lain.

“Kami melihat banyak instansi pemerintah masih menggunakan PC konvensional yang memakan tempat. AiO ini menawarkan solusi elegan dengan keamanan enterprise-grade,” papar Yulianto. Fitur seperti TPM 2.0 dan Kensington Lock menjadikannya cocok untuk lingkungan kerja dengan data sensitif.

Tak hanya hardware, ASUS juga menyediakan layanan purna jual komprehensif: garansi 3 tahun, perlindungan kerusakan tak disengaja (1 tahun), dan dukungan 140+ service center di Indonesia. Dengan ASUS Control Center, instansi besar bisa mengelola seluruh perangkat secara terpusat.

Peluncuran produk dengan TKDN tinggi ini sekaligus menjadi bukti nyata komitmen ASUS dalam mendukung industri lokal. “Kami ingin memperkuat rantai pasok dalam negeri sekaligus menciptakan lapangan kerja,” tegas Yulianto. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang lini produk ASUS lainnya, Anda bisa menyimak Asus ProArt Series 2024 yang mengandalkan spesifikasi AI atau Zenbook Duo dengan 5 mode layar fleksibel.

Prabowo dan Bill Gates Bahas Vaksin TBC hingga MBG di Indonesia

Telset.id – Pertemuan bersejarah antara Presiden Prabowo Subianto dan pendiri Microsoft sekaligus filantrop dunia, Bill Gates, di Istana Merdeka pada 7 Mei 2025, menyimpan sejumlah agenda strategis. Dari rencana uji klinis vaksin TBC hingga peninjauan program Makan Bergizi Gratis (MBG), kolaborasi ini menandai babak baru kerja sama Indonesia dengan Gates Foundation.

Kedatangan Bill Gates yang disambut langsung oleh Prabowo di halaman Istana Merdeka bukan sekadar kunjungan formal. Ini adalah pertemuan ketiga Gates di Indonesia, namun yang pertama kali memiliki agenda konkret dalam bidang kesehatan dan teknologi. “Kami melihat potensi besar Indonesia sebagai mitra strategis dalam pengembangan solusi global,” ujar Gates dalam pernyataannya.

Presiden Prabowo Subianto dan Bill Gates meninjau program MBG di SDN Jati 03

1. Terobosan Vaksin TBC untuk Indonesia

Prabowo mengungkapkan bahwa salah satu fokus utama pertemuan adalah rencana uji klinis vaksin tuberkulosis (TBC) yang didanai Gates Foundation. “Setiap tahun, hampir 100.000 warga Indonesia meninggal karena TBC. Uji coba ini menjadi harapan baru,” tegas Presiden.

Bill Gates menjelaskan bahwa Indonesia dipilih sebagai salah satu lokasi uji klinis bersama Afrika dan India karena beban penyakit TBC yang tinggi. “Vaksin ini dirancang untuk negara-negara dengan prevalensi TBC tinggi. Hasil uji coba di Indonesia akan sangat berharga,” tambahnya.

2. MBG: Program Prioritas yang Diakui Dunia

Usai pertemuan di Istana, Prabowo mengajak Gates meninjau langsung program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 03 Jati, Jakarta Timur. Kedatangan mereka disambut antusias warga sekitar. “Program ini contoh nyata komitmen kami terhadap generasi penerus,” kata Prabowo saat berbincang dengan para siswa.

Gates Foundation sendiri telah menyuntikkan dana lebih dari $159 juta ke berbagai sektor di Indonesia sejak 2009, dengan alokasi terbesar di bidang kesehatan. “Investasi di bidang kesehatan dan gizi anak adalah fondasi pembangunan berkelanjutan,” ujar Gates.

Hari Batik Nasional

3. Bintang Kehormatan untuk Kontribusi Global

Prabowo mengungkapkan rencana pemberian tanda kehormatan tertinggi kepada Bill Gates pada September 2025 di New York. “Atas nama bangsa Indonesia, kami ingin menghargai kontribusi luar biasa Gates Foundation,” tegasnya.

Penghargaan ini dinilai pantas mengingat kontribusi yayasan tersebut dalam pengembangan vaksin dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu pencapaiannya adalah membantu Bio Farma menjadi produsen 2 miliar dosis vaksin per tahun yang digunakan di 42 negara.

4. Kolaborasi Masa Depan dengan Danantara

Pertemuan ini juga membuka peluang kerja sama baru. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengajak Gates bergabung dalam dewan penasihat Danantara, badan pengelola investasi pemerintah. “Kami melihat potensi besar kolaborasi di bidang kesehatan digital,” ujar Budi.

Rosan Roeslani, CEO Danantara, menambahkan bahwa mereka sedang menjajaki kerja sama dengan Gates Foundation untuk mengelola dana abadi (trust fund). “Ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai hub inovasi kesehatan global,” pungkasnya.

Film Dokumenter Bill Gates

Misteri Energi Gelap: Apakah Alam Semesta Sedang Melambat?

Telset.id – Apa yang terjadi jika kekuatan misterius yang mempercepat ekspansi alam semesta tiba-tiba melemah? Temuan terbaru astronom mengindikasikan hal itu mungkin sedang terjadi—dan bisa mengubah segalanya tentang cara kita memahami kosmos.

Selama dua dekade, model standar kosmologi (Lambda-Cold Dark Matter/LCDM) mengasumsikan energi gelap sebagai konstanta kosmologis Einstein—gaya tak terlihat yang mendorong pemuaian alam semesta secara stabil. Tapi data dari Dark Energy Spectroscopic Instrument (DESI) di Arizona dan analisis Maret 2025 mengungkapkan keanehan: energi gelap mungkin berevolusi dan kehilangan kekuatannya.

Ilustrasi alam semesta dengan energi gelap yang melemah

Quintessence: Teori Baru yang Mengguncang

Tim ilmuwan pimpinan Yashar Akrami dari Autonomous University of Madrid mengusulkan revisi radikal: energi gelap mungkin adalah “medan quintessence”—entitas dinamis yang berinteraksi dengan gravitasi. Konsep ini, jika terbukti, bisa menjadi jembatan antara kosmologi dan teori string yang selama ini sulit diuji.

“Ini seperti menemukan rem tersembunyi di mobil yang melaju kencang,” analogi Pedro Ferreira, astrofisikawan Oxford. “Kami selalu mengira alam semesta hanya dipercepat oleh satu pedal, tapi mungkin ada tuas lain yang tak terlihat.”

Tantangan Besar: Mencari “Gaya Kelima”

Model quintessence memprediksi adanya gaya fundamental kelima selain gravitasi, elektromagnetik, dan nuklir. Tapi seperti diungkapkan dalam penelitian 100 planet kecil di tepi tata surya, bukti langsung masih nihil. Euclid Satellite milik ESA dan DESI mungkin menjadi penentu—dengan pengukuran presisi pada galaksi jauh.

Akrami mengakui jalan panjang menanti: “Ini seperti memperdebatkan warna dinding di ruangan gelap. Tapi setidaknya sekarang kita punya senter baru.” Sementara Ferreira pesimistis: “Kita mungkin hanya akan terus berdebat tanpa kesimpulan final.”

Satu hal pasti: alam semesta ternyata lebih aneh dari yang kita bayangkan. Dan seperti planet berlian yang tampak biasa, kebenaran mungkin tersembunyi di depan mata—menunggu teknologi yang tepat untuk mengungkapnya.

Samsung Galaxy S25 Edge Bakal Rilis di Unpacked 12 Mei: Apa yang Bisa Ditunggu?

Telset.id – Jika Anda penggemar berat smartphone flagship, mark your calendar! Samsung baru saja mengonfirmasi akan menggelar acara Unpacked virtual pada 12 Mei pukul 20.00 ET (13 Mei pukul 07.00 WIB). Acara ini akan disiarkan langsung di Samsung Newsroom dan kanal YouTube resmi perusahaan. Pertanyaannya: Apa yang akan diumumkan?

Dalam blog resminya, Samsung menjanjikan “evolusi berikutnya dari perangkat Galaxy” dan mengisyaratkan pengumuman “tambahan terbaru untuk seri Galaxy S”. Kode ini jelas merujuk pada Galaxy S25 Edge, smartphone ramping yang pertama kali di-teaser pada acara Unpacked Januari lalu. Tapi benarkah hanya itu? Atau ada kejutan lain?

Galaxy S25 Edge: Lebih Tipis, Lebih Cerdas

Samsung secara resmi mengkonfirmasi bahwa S25 Edge akan menjadi bintang utama acara ini. Smartphone ini sebelumnya sudah menjadi bahan rumor panjang sebelum akhirnya di-teaser beberapa bulan lalu. Beberapa spesifikasi kunci sudah dibocorkan:

  • Desain ultra-tipis – Lebih ramping dibanding varian S25 standar
  • Kamera 200MP – Sensor wide dengan resolusi tertinggi di kelasnya
  • Integrasi Galaxy AI – Diklaim mampu mengubah kamera menjadi “lensa cerdas” untuk menangkap momen penting

Galaxy S25 Edge render leak

Namun, detail teknis seperti chipset, kapasitas baterai, atau harga masih menjadi misteri. Blog Samsung penuh dengan hiperbola, menyebut S25 Edge sebagai “pendamping AI yang powerful dan keajaiban teknik” yang menggabungkan “kinerja flagship dengan portabilitas superior”. Apakah klaim ini berlebihan? Kita akan tahu jawabannya dalam hitungan hari.

AI sebagai Game Changer

Yang menarik, Samsung tampaknya akan menjadikan AI sebagai senjata utama S25 Edge. Perusahaan menyebut kamera smartphone ini akan menggunakan AI untuk “mengenali apa yang penting untuk menciptakan kenangan baru”. Pertanyaannya: Apakah ini perangkat lunak kamera baru atau sekadar penyempurnaan dari fitur Visual AI yang sudah ada?

Spekulasi juga berkembang bahwa Samsung mungkin memperkenalkan alat AI baru di luar fitur kamera. Mengingat perusahaan baru saja meluncurkan Ballie, robot AI pendamping, bukan tidak mungkin kita akan melihat integrasi perangkat yang lebih dalam.

Kejutan Lain yang Mungkin Muncul

Meski S25 Edge dipastikan menjadi bintang utama, sejarah acara Unpacked menunjukkan Samsung sering menyisipkan kejutan. Beberapa kemungkinan yang patut diwaspadai:

  • Varian S25+ atau S25 Ultra – Untuk melengkapi lini flagship
  • Perangkat wearable baru – Seperti smartwatch atau earbuds generasi terbaru
  • Kemajuan teknologi XR – Mengingat kabar tentang headset XR Samsung yang beredar belakangan ini

Bagi fotografer mobile, kabar tentang kamera 200MP tentu menggoda. Jika Anda penasaran bagaimana memaksimalkan kamera flagship Samsung, simak tips fotografi arsitektur dengan Galaxy S25 series kami.

Jadi, siapkan notifikasi untuk siaran langsung Unpacked 12 Mei mendatang. Apakah S25 Edge akan memenuhi hype-nya? Atau Samsung punya kartu as lain di lengan? Tunggu saja hitungan hari lagi.

Stratolaunch Sukses Uji Terbang Pesawat Hipersonik, Ini Keunggulannya

0

Pernahkah Anda membayangkan pesawat yang bisa terbang lima kali kecepatan suara? Stratolaunch, perusahaan yang didirikan oleh mendiang Paul Allen—co-founder Microsoft—baru saja membuktikan bahwa hal tersebut bukan lagi sekadar mimpi. Dalam lima bulan terakhir, mereka berhasil meluncurkan pesawat hipersonik Talon-A2 dua kali, mencapai kecepatan lebih dari Mach 5, dan mendarat secara mandiri di Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg, California. Ini adalah pencapaian bersejarah, mengingat terakhir kali AS memiliki pesawat roket hipersonik yang bisa digunakan kembali adalah era X-15, 60 tahun silam.

Stratolaunch menggunakan pesawat terbesar di dunia, Roc, sebagai “induk” untuk meluncurkan Talon-A2. Setelah dilepaskan di atas Samudra Pasifik, pesawat sepanjang setengah bus sekolah ini menyalakan mesin roketnya dan melesat ke Vandenberg, sebuah pangkalan militer yang pernah dipertimbangkan NASA untuk pendaratan Pesawat Ulang-Alik. “Kemampuan terbang mandiri sangat krusial karena sistem hipersonik modern membutuhkan manuver di luar batas fisik pilot manusia,” jelas Zachary Krevor, CEO Stratolaunch.

Revolusi Uji Hipersonik dengan Talon-A

Talon-A bukan sekadar pesawat cepat. Ia adalah platform uji coba yang bisa digunakan berulang kali, dengan waktu persiapan antar-penerbangan yang dipangkas dari bulanan menjadi mingguan. George Rumford dari Test Resource Management Center menyebut ini sebagai “tonggak penting” untuk program MACH-TB Pentagon, yang bertujuan mempercepat pengembangan teknologi hipersonik. Meskipun detail muatan eksperimennya dirahasiakan, Krevor mengungkapkan bahwa pelanggan—termasuk militer AS—”sangat puas” dengan kemampuan pemulihan data pasca-penerbangan.

Perlombaan Teknologi Hipersonik Global

AS kini berusaha mengejar ketertinggalan dari China, yang sudah mengoperasikan senjata hipersonik sejak 2019. Rudal hipersonik—baik yang berbasis glide vehicle seperti Dark Eagle milik AS maupun scramjet ala China—sulit dilacak sistem pertahanan udara karena kemampuan manuvernya di lapisan atmosfer atas. “Lingkungan hipersonik sangat ekstrem, dengan suhu luar mencapai 1.100° Celsius,” tambah Krevor. Pentagon telah menggelontorkan $12 miliar sejak 2018 untuk riset ini, tetapi belum ada senjata yang siap tempur.

Stratolaunch sendiri telah melalui perjalanan panjang. Setelah kematian Paul Allen pada 2018, perusahaan sempat vakum sebelum dibeli Cerberus Capital Management dan beralih fokus dari peluncuran satelit ke uji hipersonik. Kini, dengan rencana penerbangan bulanan hingga akhir tahun—dan mingguan di masa depan—mereka siap menjadi tulang punggung uji coba Pentagon yang menargetkan 50 penerbangan hipersonik per tahun.

Mengapa ini penting? Selain alasan pertahanan, teknologi hipersonik membuka pintu untuk transportasi supercepat dan eksplorasi atmosfer. Talon-A3, varian terbaru Stratolaunch yang akan beroperasi akhir tahun ini, bahkan akan diluncurkan dari pesawat Boeing 747 bekas Virgin Orbit—memperluas jangkauan uji coba ke luar Pantai Barat AS. Jika Roc dulu disebut-sebut sebagai “Spruce Goose modern”, kini ia telah menemukan misi sejatinya: menjadi katalisator era hipersonik.

Singapura Pimpin Kolaborasi Global untuk Keamanan AI, AS-China Diminta Bekerja Sama

0

Telset.id – Di tengah ketegangan geopolitik yang memanas, Singapura muncul sebagai penengah dalam upaya global untuk mengatasi risiko keamanan artificial intelligence (AI). Pemerintah kota pulau itu baru saja merilis cetak biru kolaborasi internasional untuk keselamatan AI, menandai babak baru dalam diplomasi teknologi.

Dokumen yang dijuluki “Singapore Consensus on Global AI Safety Research Priorities” ini lahir dari pertemuan para peneliti AI terkemuka dari AS, China, dan Eropa bulan lalu. Yang mengejutkan, inisiatif ini berhasil menyatukan pihak-pihak yang selama ini bersaing ketat di kancah AI global.

“Singapura adalah salah satu dari sedikit negara di planet ini yang memiliki hubungan baik dengan Timur dan Barat,” kata Max Tegmark, ilmuwan MIT yang membantu menyelenggarakan pertemuan tersebut. “Mereka sadar tidak akan membangun Artificial General Intelligence (AGI) sendiri—AGI akan dibangun oleh negara lain—jadi sangat penting bagi mereka agar negara-negara pembuat AGI ini berkomunikasi.”

Ketegangan AS-China dalam Perlombaan AI

Faktanya, AS dan China—dua negara yang dianggap paling mungkin mencapai AGI—justru terlibat dalam persaingan sengit. Ketika startup China DeepSeek merilis model AI mutakhir Januari lalu, Presiden Trump menyebutnya sebagai “peringatan bagi industri kita” dan menyerukan AS untuk “fokus bersaing untuk menang.”

Persaingan ini memicu kekhawatiran akan perlombaan senjata AI. Teknologi ini dianggap krusial untuk dominasi ekonomi dan militer. Pemerintah AS bahkan sedang mempertimbangkan langkah tambahan untuk membatasi kemampuan China dalam membangun AI canggih, melanjutkan kebijakan pembatasan ekspor chip AI sebelumnya.

Tiga Pilar Kolaborasi Global

Cetak biru Singapura menyerukan kolaborasi penelitian di tiga bidang utama: mempelajari risiko model AI terdepan, mengeksplorasi cara membangun model yang lebih aman, dan mengembangkan metode pengendalian sistem AI paling canggih. Pertemuan yang melahirkan konsensus ini digelar pada 26 April bersamaan dengan International Conference on Learning Representations (ICLR) di Singapura.

Yang menarik, pertemuan ini dihadiri oleh para pemain kunci dari kedua kubu. Perusahaan seperti OpenAI, Anthropic, Google DeepMind, xAI, dan Meta hadir bersama akademisi dari MIT, Stanford, Tsinghua, hingga Chinese Academy of Sciences. Lembaga keselamatan AI dari AS, Inggris, Prancis, Kanada, China, Jepang, dan Korea juga berpartisipasi.

“Di era fragmentasi geopolitik, sintesis komprehensif penelitian terdepan tentang keselamatan AI ini adalah tanda menjanjikan bahwa komunitas global bersatu dengan komitmen bersama untuk membentuk masa depan AI yang lebih aman,” kata Xue Lan, dekan Universitas Tsinghua.

Kekhawatiran Para “AI Doomer”

Perkembangan model AI yang semakin canggih—beberapa dengan kemampuan yang mengejutkan—telah memicu kekhawatiran para peneliti. Jika sebagian fokus pada bahaya jangka pendek seperti bias AI atau penyalahgunaan oleh kriminal, kelompok lain yang dijuluki “AI doomer” mengkhawatirkan ancaman eksistensial ketika AI mulai mengungguli manusia di berbagai domain.

Mereka memperingatkan kemungkinan AI menipu dan memanipulasi manusia untuk mencapai tujuannya sendiri. Tegmark bahkan mempresentasikan makalah teknis di Singapura yang menggugat asumsi tentang pembangunan AI yang aman. Beberapa peneliti sebelumnya beranggapan AI kuat bisa dikendalikan oleh AI yang lebih lemah, tetapi penelitian Tegmark menunjukkan skenario sederhana pun bisa gagal.

“Kami mencoba memberikan angka pada ini, dan secara teknis tidak bekerja pada tingkat yang diharapkan,” kata Tegmark. “Dan, Anda tahu, taruhannya cukup tinggi.”

Sementara itu, pemerintahan Trump cenderung mengecilkan risiko AI demi pendekatan yang lebih agresif dalam pengembangannya. Wakil Presiden JD Vance dalam pertemuan AI besar di Paris 2025 menyebut pemerintah AS menginginkan lebih sedikit pembatasan dan menilai pendekatan sebelumnya “terlalu menghindari risiko.”

Kini, para peneliti seperti Tegmark berusaha “mengubah arus setelah Paris” dengan mengembalikan fokus pada risiko AI yang semakin kuat. Inisiatif Singapura mungkin menjadi titik terang di tengah awan gelap persaingan teknologi global.