Beranda blog Halaman 128

Cara Restart HP Xiaomi Tanpa Tombol Power: Solusi Praktis

0

Telset.id – Pernahkah Anda mengalami situasi di mana tombol power HP Xiaomi tiba-tiba tidak berfungsi, sementara perangkat perlu direstart? Jangan khawatir, ada solusi praktis untuk cara restart HP Xiaomi tanpa tombol power yang bisa Anda coba. Artikel ini akan membahas langkah-langkah mudahnya, lengkap dengan analisis mendalam.

Restart adalah tindakan dasar untuk mengatasi berbagai masalah pada smartphone, mulai dari lag hingga error aplikasi. Namun, bagaimana jika tombol power rusak? Xiaomi sebenarnya telah menyediakan fitur bawaan yang memungkinkan pengguna melakukan restart tanpa bergantung pada tombol fisik.

Berikut panduan lengkapnya, disertai tips tambahan untuk mengoptimalkan kinerja perangkat Xiaomi Anda.

Mengapa Perlu Restart HP Xiaomi?

Restart membantu membersihkan memori sementara (RAM) dan menghentikan proses latar belakang yang mungkin membebani sistem. Jika Anda sering mengalami force close atau lag, restart bisa menjadi solusi instan.

Cara Restart HP Xiaomi Tanpa Tombol Power

Xiaomi memiliki fitur bernama Quick Ball, sebuah tombol virtual yang bisa diaktifkan untuk menggantikan fungsi tombol power. Berikut langkah-langkahnya:

  1. Buka Settings > Additional Settings > Quick Ball.
  2. Aktifkan opsi Quick Ball.
  3. Sesuaikan posisi Quick Ball di layar sesuai preferensi.
  4. Ketuk Quick Ball, lalu pilih opsi Power.
  5. Pilih Restart dari menu yang muncul.

Alternatif Lain Jika Quick Ball Tidak Tersedia

Jika Quick Ball tidak tersedia di perangkat Anda, coba gunakan metode berikut:

  • Battery Drain: Biarkan baterai habis sepenuhnya hingga perangkat mati, lalu charge dan nyalakan kembali.
  • ADB Command: Gunakan koneksi USB dan perintah ADB untuk restart (cocok untuk pengguna advanced).

Tips Tambahan untuk Pengguna Xiaomi

Selain restart, pastikan perangkat Anda selalu dalam kondisi optimal dengan:

  • Update sistem operasi terbaru.
  • Manajemen RAM yang baik, seperti menambahkan RAM virtual.
  • Membersihkan cache secara berkala.

Dengan panduan di atas, Anda tak perlu lagi khawatir jika tombol power bermasalah. Selamat mencoba!

Huawei MateBook Fold Ultimate Design: Laptop Layar Lipat Pertama dengan HarmonyOS

0

Telset.id – Dunia laptop layar lipat kini semakin ramai dengan kehadiran Huawei MateBook Fold Ultimate Design. Setelah Asus Zenbook 17 Fold OLED dan Lenovo ThinkPad X1 Fold, Huawei meluncurkan varian premiumnya dengan layar 18 inci dan sistem operasi HarmonyOS untuk PC. Apakah ini jawaban bagi profesional yang menginginkan fleksibilitas tanpa kompromi?

Desain Revolusioner dengan Layar 18 Inci

Huawei MateBook Fold Ultimate Design mengusung dual-layer LTPO OLED fleksibel berukuran 18 inci dengan resolusi 3,3K (3.296 x 2.472 piksel). Ketika dibuka penuh, rasio layarnya 4:3, menyempit menjadi 3:2 dalam mode setengah terbuka. Teknologi HDR Vivid dan P3 wide color gamut menjadikan pengalaman visualnya tak tertandingi.

Huawei MateBook Fold Ultimate Design dalam mode layar terbuka

Engsel Kuat dan Ketahanan Tinggi

Dengan engsel berukuran 285mm, laptop ini mampu meningkatkan torsi melayang hingga 400% dan kapasitas tahan beban 100% dibandingkan desain konvensional. Lapisan serat karbon di bawah layar meningkatkan ketahanan terhadap benturan hingga tiga kali lipat.

HarmonyOS 5: Ekosistem Terpadu

Sebagai laptop pertama Huawei dengan HarmonyOS untuk PC, perangkat ini menawarkan fitur “one system, unified ecology” yang menyinkronkan pengalaman mobile dan desktop. Transfer data mencapai 160 MB/s dengan kemampuan koneksi ke empat perangkat sekaligus.

Harga dan Ketersediaan

Dibanderol mulai 23.999 Yuan (Rp54,8 juta) untuk varian Sky White dan Cloud Blue (32GB/1TB), sedangkan edisi Forged Shadow Black (32GB/2TB) dijual 26.999 Yuan (Rp61,6 juta). Paket penjualan termasuk keyboard portabel, charger 140W, dan tas eksklusif.

Dengan spesifikasi ini, Huawei MateBook Fold Ultimate Design bukan sekadar laptop lipat biasa, melainkan pernyataan visi Huawei tentang masa depan komputasi fleksibel. Bagaimana pendapat Anda tentang tren laptop layar lipat ini?

DJI Mavic 4 Pro Resmi di Indonesia: Drone Profesional dengan Kamera 100MP

0

Telset.id – Kreator konten dan profesional fotografi di Indonesia kini punya alasan untuk bersorak. DJI Mavic 4 Pro, drone dengan sistem tiga kamera Hasselblad dan sensor 100MP, akhirnya resmi mendarat di Tanah Air. Hadir dengan harga mulai Rp 33,75 juta, drone ini menawarkan performa yang sulit ditandingi untuk kebutuhan videografi sinematik hingga fotografi lanskap.

Erajaya Active Lifestyle, distributor resmi DJI di Indonesia, secara resmi mengumumkan kehadiran Mavic 4 Pro pada Senin (19/5/2025). Drone ini bukan sekadar upgrade dari seri sebelumnya, melainkan lompatan besar dalam hal teknologi kamera, keamanan penerbangan, dan daya tahan baterai. Lantas, apa saja yang membuat drone ini layak disebut sebagai yang terbaik di kelasnya?

Revolusi Sistem Tiga Kamera dengan Sensor 100MP

DJI Mavic 4 Pro membawa terobosan dengan menggabungkan tiga lensa dalam satu bodi: 28mm, 70mm, dan 168mm. Kamera utamanya menggunakan sensor Hasselblad 100MP CMOS 4/3 terbaru, didukung teknologi Hasselblad Natural Color Solution (HNCS) untuk reproduksi warna yang akurat. Dengan kemampuan merekam video 6K/60fps HDR, drone ini siap memenuhi kebutuhan konten berkualitas tinggi.

DJI Mavic 4 Pro dengan sistem tiga kamera Hasselblad

Fitur seperti Dual Native ISO Fusion dan RAW Stacking memastikan kualitas gambar tetap optimal bahkan dalam kondisi cahaya rendah. Sementara itu, kamera tele ganda memberikan fleksibilitas kreatif, memungkinkan kompresi perspektif dan isolasi subjek dengan mudah. Jika Anda mencari alternatif kamera profesional, Leica SL3 juga menawarkan rekaman 6K yang memukau.

Teknologi Penerbangan dan Keamanan yang Diperbarui

Mavic 4 Pro dilengkapi Infinity Gimbal dengan rotasi 360° dan kemampuan pengambilan gambar ke atas hingga 70°. Fitur ini memungkinkan sudut pengambilan yang sebelumnya mustahil dilakukan oleh drone konsumer. Sistem penghindaran rintangan berbasis visi dan Omnidirectional Obstacle Sensing yang ditingkatkan menjamin keamanan penerbangan, bahkan dalam kondisi cahaya redup.

Ditenagai baterai 95Wh, drone ini mampu bertahan di udara hingga 51 menit dengan kecepatan maksimum 90 km/jam. Sistem transmisi DJI O4+ memungkinkan jangkauan video HD hingga 30 km, jauh melampaui kompetitor seperti DJI Air 3.

Paket dan Harga: Mana yang Paling Worth It?

Erajaya Active Lifestyle menawarkan tiga varian pembelian:

  • DJI Mavic 4 Pro (DJI RC 2) – Rp 33.750.000 (termasuk pengendali DJI RC 2 dan baterai)
  • Fly More Combo – Rp 41.398.000 (termasuk dua baterai tambahan dan hub pengisian daya)
  • 512 GB Creator Combo – Rp 54.500.000 (dengan SSD 512GB dan pengendali DJI RC Pro 2)

Untuk profesional yang membutuhkan performa maksimal, Creator Combo layak dipertimbangkan. Namun, bagi yang ingin mencoba teknologi terbaru DJI dengan budget lebih terjangkau, DJI Mavic 3 Pro masih menjadi pilihan menarik.

DJI Mavic 4 Pro sudah tersedia di DJI Experience Store, erafone, iBox, Urban Republic, dan mitra resmi Erajaya Group. Pembelian online bisa dilakukan melalui Eraspace.com serta Official Store DJI di Blibli, TikTok Shop, Tokopedia, dan Shopee.

Bocoran Terbaru Film Superman: Ultraman Jadi Penjahat Utama?

0

Telset.id – Dunia superhero DC kembali memanas dengan bocoran terbaru dari film Superman yang akan segera tayang. Setelah trailer resmi dirilis, kini terungkap bahwa karakter misterius berkostum ungu adalah Ultraman, versi jahat dari Superman dari alam semesta alternatif. Kabar ini dikonfirmasi melalui aksi figur yang dirilis oleh DC.

Figur tersebut memperlihatkan detail kostum Ultraman yang mirip dengan penampilannya di trailer. Karakter ini dikenal sebagai anggota Crime Syndicate, kelompok penjahat dari Earth-3 dalam komik DC. Kehadirannya di film Superman bisa menjadi pertanda bahwa kita akan melihat lebih banyak karakter dari multiverse DC.

Ultraman: Antagonis Baru yang Menantang

Ultraman bukanlah musuh biasa. Dalam komik, dia adalah refleksi gelap dari Superman, dengan kekuatan serupa tetapi digunakan untuk kejahatan. Jika film ini mengikuti lore komik, penonton bisa menyaksikan pertarungan epik antara dua makhluk super dengan moral yang bertolak belakang.

Selain Ultraman, ada spekulasi bahwa film ini juga akan menampilkan Krypto, anjing super milik Superman, meski perannya belum dikonfirmasi. Namun, dengan fokus pada Ultraman, tampaknya film ini akan lebih gelap dan intens.

Dampak Kehadiran Ultraman pada Alur Cerita

Kehadiran Ultraman bisa menjadi pintu gerbang untuk memperkenalkan multiverse dalam DC Extended Universe (DCEU). Jika teori ini benar, kita mungkin akan melihat lebih banyak karakter dari alam semesta alternatif di film mendatang. Ini juga bisa menjadi cara untuk menghidupkan kembali minat penonton setelah beberapa film DC sebelumnya kurang sukses.

Selain itu, dengan Henry Cavill yang dikenal sebagai penggemar berat gaming, apakah kita akan melihat sentuhan teknologi futuristik dalam film ini? Spekulasi ini semakin kuat mengingat Cavill sendiri sering membagikan kegemarannya terhadap dunia sci-fi dan teknologi canggih.

Proyek Lain yang Patut Ditunggu

Sementara itu, di luar dunia Superman, ada beberapa proyek menarik yang diumumkan baru-baru ini. Salah satunya adalah Hellhound, film komedi zombie yang akan dibintangi oleh Marisa Tomei dan Sam Rockwell. Film ini menceritakan tentang wabah zombie di sebuah kota kecil di New York, dengan sentuhan humor gelap.

Tak ketinggalan, John Wick 5 juga mulai mempersiapkan pengembangan. Chad Stahelski, sutradara seri ini, mengungkapkan keinginannya untuk memasukkan lebih banyak pengaruh sinema Asia, khususnya dari Tiongkok, dalam film kelima ini. Apakah kita akan melihat John Wick beraksi di lokasi eksotis seperti Tembok Besar China? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Dengan begitu banyak proyek menarik di depan mata, tahun 2025 tampaknya akan menjadi tahun yang menggembirakan bagi para penggemar film. Dari Superman dengan Ultraman-nya hingga John Wick 5 yang penuh aksi, ada sesuatu untuk semua orang.

Huawei Nova 14 Series Resmi Dirilis: Ultra dengan Kamera Periskop 50MP

0

Telset.id – Huawei kembali menunjukkan taringnya di pasar smartphone premium dengan meluncurkan seri nova 14 di China. Seperti yang telah diprediksi, trio baru ini hadir dengan varian nova 14, nova 14 Pro, dan nova 14 Ultra—yang terakhir menjadi bintang utama dengan kamera periskop 50MP dan layar LTPO 3.0 canggih. Apakah ini jawaban Huawei untuk bersaing dengan raksasa seperti Apple dan Samsung?

Peluncuran nova 14 series ini semakin mengukuhkan posisi Huawei sebagai salah satu pemain kunci di pasar smartphone China, seperti yang sebelumnya kami laporkan dalam artikel Xiaomi dan Huawei Kuasai Pasar Smartphone China di Kuartal Pertama 2025. Dengan spesifikasi yang mengesankan, terutama pada varian Ultra, Huawei tampaknya siap merebut hati konsumen yang menginginkan performa tinggi dan inovasi kamera.

Huawei nova 14 Ultra: Raja Baru dengan Kamera Periskop 50MP

Varian paling premium dari seri ini, nova 14 Ultra, membawa sejumlah fitur unggulan. Layar 6,81 inci dengan teknologi LTPO 3.0 menjadi salah satu sorotan utama. Panel quad-curved OLED ini tidak hanya menawarkan refresh rate adaptif 1-120Hz, tetapi juga klaim penghematan daya yang lebih baik. Huawei juga melengkapinya dengan proteksi Kunlun Glass dan brightness lokal hingga 5.500 nits—cukup untuk penggunaan di bawah terik matahari.

Huawei nova 14 Ultra dengan kamera periskop 50MP

Di sektor kamera, nova 14 Ultra benar-benar unggul. Bagian depan memiliki dual kamera: lensa utama 50MP dengan kemampuan ultrawide (0,8x) dan lensa 8MP untuk zoom optik 2x. Di belakang, terdapat tiga sensor RYYB yang didukung oleh spectral sensor untuk akurasi warna. Kamera utamanya memiliki aperture variabel f/1.4–f/4.0 dengan stabilisasi optik (OIS), sementara kamera periskop 50MP menawarkan zoom optik 3,7x—fitur yang biasanya hanya ditemukan di ponsel flagship.

Spesifikasi dan Harga: Mana yang Paling Worth It?

Selain kamera, nova 14 Ultra juga dibekali baterai 5.500 mAh dengan teknologi silicon carbon dan fast charging 100W. Huawei juga memastikan ketahanan ponsel ini dengan sertifikasi IP68/69 serta dukungan konektivitas satelit dua arah (khusus di China). Sayangnya, seperti kebiasaan Huawei, informasi chipset tetap menjadi misteri.

Untuk varian yang lebih terjangkau, nova 14 Pro dan nova 14 tetap menawarkan spesifikasi solid. Keduanya memiliki layar 6,7 inci dengan refresh rate 120Hz, meski Pro menggunakan panel LTPO. Kamera belakang nova 14 Pro mirip dengan Ultra, tetapi dengan telephoto 12MP dan ultrawide 8MP. Sementara itu, nova 14 memiliki konfigurasi kamera yang lebih sederhana.

Harga nova 14 Ultra dimulai dari CNY 4.199 (sekitar Rp 9,3 juta) untuk versi 256GB, sedangkan nova 14 Pro dan nova 14 dibanderol mulai CNY 3.499 (Rp 7,8 juta) dan CNY 2.699 (Rp 6 juta). Dengan segmen harga ini, Huawei tampaknya ingin menjangkau berbagai kalangan pengguna.

Seperti yang terjadi pada Huawei Pura X, seri nova 14 juga mengandalkan desain premium dan fitur unggulan untuk bersaing di pasar yang semakin ketat. Kini, tinggal menunggu apakah Huawei akan membawa seri ini ke pasar global, termasuk Indonesia.

HP OmniBook 5: Laptop Snapdragon X dengan Baterai Tahan Lama dan Fitur AI

0

Telset.id – Di tengah persaingan ketat laptop berbasis AI, HP menghadirkan solusi menarik dengan meluncurkan OmniBook 5 Series. Laptop ini menggabungkan performa Snapdragon X/X Plus, daya tahan baterai hingga 34 jam, dan fitur AI canggih—dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan seri premium OmniBook X.

Sebelumnya, pengguna harus merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan laptop HP dengan chip Snapdragon. Kini, OmniBook 5 Series menawarkan alternatif ekonomis mulai dari $799 (14 inci) dan $849 (16 inci). Langkah ini memperluas aksesibilitas teknologi Windows on Arm yang dikenal efisien.

Windows on Arm memang sedang naik daun. Platform ini memadukan antarmuka Windows yang familiar dengan keunggulan prosesor ARM—seperti konsumsi daya rendah, konektivitas selalu aktif, dan portabilitas tinggi. Sebuah terobosan yang mengubah lanskap komputasi modern.

Desain Ringkas, Performa Tangguh

OmniBook 5 14-inci mengusung bodi aluminium ringan (1,35 kg) dengan ketipisan hanya 12,69 mm. Pilihan warnanya terbatas pada Glacier Silver, baik untuk varian 14 maupun 16 inci. Meski tak seperkasa OmniBook X, laptop ini tetap dibekali fitur AI Microsoft Copilot+ seperti:

  • Recall: Memungkinkan Anda melacak konten sebelumnya melalui timeline interaktif.
  • Click-to-Do: Menganalisis teks/gambar di layar untuk aksi cepat.
  • Windows Search cerdas: Pencarian ala Google Lens untuk dokumen, video, dan gambar.

HP juga menyertakan AI Companion untuk analisis dokumen dan optimasi performa perangkat. Fitur ini semakin relevan di era dimana produk bertenaga AI menjadi tren utama.

Spesifikasi dan Konektivitas

Dibalut layar 2K OLED, OmniBook 5 menjanjikan visual memukau. Daya tahannya luar biasa: 34 jam pemakaian normal dengan pengisian cepat 50% dalam 30 menit. Untuk multitasking, laptop ini mendukung:

  • 1 monitor 5K atau 2 monitor 4K
  • Kamera IR 1080p dengan Audio Boost 2.0 (reduksi noise berbasis AI)
  • Port: 2x USB-C, 1x USB-A, jack audio combo
  • Konektivitas: Wi-Fi 6E, Bluetooth 5.3

Konfigurasi maksimal mencakup RAM 32GB dan penyimpanan 1TB. Spesifikasi ini menempatkannya sebagai pesaing serius di segmen mid-range, terutama bagi pengguna yang memprioritaskan mobilitas dan efisiensi energi.

Ketersediaan dan Analisis Pasar

OmniBook 5 14-inci akan hadir lebih dulu di Amazon dan Micro Center mulai Juni 2025, diikuti HP.com, Best Buy, dan Costco pada Juli. Varian 16-inci menyusul di Juli melalui saluran yang sama.

Kehadiran OmniBook 5 memperkaya portofolio produk AI HP yang semakin beragam. Meski beberapa fitur AI masih terasa eksperimental, inisiatif ini patut diapresiasi—terutama dengan dukungan penuh Windows 11 untuk perangkat Snapdragon.

Bagi pelajar dan keluarga, OmniBook 5 menawarkan paket komplet: performa memadai, fitur AI mutakhir, dan daya tahan baterai yang sulit ditandingi rival sekelas. Sebuah bukti bahwa teknologi canggih tak selalu harus mahal.

Telegram Tawarkan Hadiah $50.000 untuk Video yang Bongkar WhatsApp sebagai “Tiruan Murah”

0

Telset.id – Persaingan sengit antara Telegram dan WhatsApp kembali memanas. Kali ini, Telegram menggelar kontes kreatif dengan hadiah fantastis senilai $50.000 bagi siapa saja yang bisa membuat video viral yang mengekspos WhatsApp sebagai “tiruan murah” dari fitur-fitur unggulan Telegram.

Kompetisi ini diumumkan langsung oleh Pavel Durov, CEO dan pendiri Telegram, melalui akun pribadinya di platform tersebut. Menurut Durov, kontes ini merupakan respons terhadap laporan bahwa WhatsApp telah menjalankan kampanye PR negatif untuk mencemarkan nama Telegram.

Kontes Kreatif dengan Hadiah Menggiurkan

Berbeda dengan kompetisi sebelumnya yang ditujukan untuk pengembang, kontes kali ini terbuka untuk semua kreator konten. Peserta diminta membuat video berdurasi maksimal 3 menit yang menunjukkan bagaimana Telegram selalu lebih unggul beberapa tahun dibanding WhatsApp.

“Kami ingin meningkatkan kesadaran pengguna WhatsApp yang mungkin tidak menyadari bahwa fitur-fitur yang mereka gunakan sebenarnya pertama kali diperkenalkan oleh Telegram,” jelas Durov dalam pengumuman resminya.

Persyaratan Kontes

  • Video harus berbahasa Inggris (baik teks maupun narasi)
  • Durasi maksimal 180 detik
  • Diperbolehkan menggunakan alat bantu AI
  • Dikirim sebelum 23:59 waktu Dubai pada 26 Mei 2025

30 Fitur Unggulan Telegram yang Ditiru WhatsApp

Untuk membantu peserta, Telegram telah menyediakan daftar 30 fitur inovatif yang pertama kali mereka perkenalkan sebelum WhatsApp mengadopsinya. Daftar ini mencakup berbagai fitur mulai dari obrolan rahasia, grup besar, hingga kemampuan berbagi file berukuran besar.

“Ini belum termasuk banyak fitur Telegram lainnya yang masih belum memiliki padanan di WhatsApp,” tambah Durov dengan nada bangga.

Kriteria Penilaian

Video-video yang masuk akan dinilai berdasarkan:

  • Kejelasan pesan
  • Dampak visual
  • Potensi menjadi meme viral
  • Kemampuan menyebar luas di platform seperti TikTok, IG Reels, dan YouTube Shorts

Pemenang akan diumumkan pada Juni 2025, dengan total hadiah mencapai $50.000 tergantung kualitas karya yang masuk.

Skandal Politik dan Komitmen Kebebasan Berekspresi

Tidak lama setelah pengumuman kontes, Durov membuat pernyataan mengejutkan lainnya. Dia mengklaim bahwa sebuah pemerintah Eropa Barat (dengan petunjuk emoji baguette yang mengarah ke Prancis) meminta Telegram untuk “membungkam suara konservatif di Rumania” menjelang pemilihan presiden 18 Mei lalu.

“Saya menolak mentah-mentah,” tegas Durov. “Telegram tidak akan membatasi kebebasan pengguna Rumania atau memblokir saluran-saluran politik mereka.”

Pernyataan ini semakin mempertegas posisi Telegram sebagai platform yang konsisten mendukung kebebasan berekspresi, berbeda dengan WhatsApp yang beberapa kali menuai kontroversi terkait kebijakan privasinya.

Dengan kontes kreatif ini, Telegram tidak hanya ingin memenangkan persaingan fitur, tetapi juga pertarungan naratif di mata publik. Sementara WhatsApp terus menghadapi berbagai kritik, termasuk masalah pada mode gelapnya, Telegram berusaha memperkuat posisinya sebagai platform yang lebih inovatif dan pro-kebebasan.

Bagaimana dengan Anda? Tertarik mencoba peruntungan dengan mengikuti kontes bernilai puluhan ribu dolar ini?

Teori Baru: Gravitasi Bukan seperti yang Kita Pikirkan Selama Ini

Pernahkah Anda merasa bahwa alam semesta masih menyimpan banyak misteri yang belum terpecahkan? Sebuah proposal teoretis terbaru dalam jurnal Reports on Progress in Physics menggebrak dunia fisika dengan klaim mengejutkan: pemahaman kita tentang gravitasi selama ini mungkin salah. Teori ini berusaha menjembatani jurang antara mekanika kuantum dan relativitas umum—dua pilar fisika modern yang selama ini tak bisa disatukan.

Mekanika kuantum, yang menjelaskan perilaku partikel subatomik, dan relativitas umum Einstein, yang menggambarkan gravitasi sebagai kelengkungan ruang-waktu, adalah dua teori paling sukses dalam sejarah sains. Namun, keduanya secara matematis tidak kompatibel. Selama puluhan tahun, fisikawan berjuang untuk menemukan “teori segalanya” yang bisa menyatukan keduanya. Kini, proposal baru ini menawarkan pendekatan radikal: mungkin kita perlu mengubah cara memandang gravitasi sama sekali.

Teori yang dijuluki “gravitasi terpadu” ini mengusulkan bahwa gravitasi bukanlah fenomena tunggal, melainkan hasil interaksi empat komponen yang saling terhubung. Dengan menyesuaikan kerangka matematisnya, para peneliti berhasil membuat relativitas umum “bermain baik” dengan mekanika kuantum—tanpa perlu melibatkan dimensi tambahan seperti dalam teori dawai (string theory).

Mengapa Teori Ini Berbeda dari Pendahulunya?

Selama ini, banyak upaya menyatukan gravitasi dan mekanika kuantum mengandalkan konsep ekstra dimensi atau partikel hipotetis. Namun, seperti diungkapkan Jukka Tulkki, salah satu penulis studi, “Teori kami tidak memerlukan dimensi tambahan yang belum didukung bukti eksperimental langsung.” Pendekatan mereka lebih sederhana: memodifikasi pemahaman gravitasi itu sendiri agar selaras dengan fisika kuantum.

David Tong, fisikawan teoretis ternama, mengakui bahwa teori medan kuantum adalah salah satu kerangka teoretis paling akurat yang pernah ada. Namun, ia juga menggarisbawahi bahwa teori ini mengabaikan gravitasi klasik. Teori baru ini mencoba mengisi celah tersebut dengan model yang—menariknya—bisa diuji secara eksperimen di dunia nyata.

Sejarah Panjang Ketidakcocokan Fisika

Perselisihan antara mekanika kuantum dan relativitas umum bukan hal baru. Sejak awal abad ke-20, fisikawan berdebat tentang bagaimana menyelaraskan keduanya. Beberapa mencoba menjelaskan alam semesta sebagai kumpulan “chunk” kecil, sementara teori dawai—yang populer pada 1960-70an—mengusulkan partikel sebagai string satu dimensi.

Namun, teori dawai kemudian berkembang menjadi lima versi berbeda di tahun 1980an dan mulai kehilangan daya tarik karena kesulitan membuat prediksi yang bisa diuji. Neil deGrasse Tyson bahkan pernah berkomentar sarkastik pada 2011: “Apakah Anda sedang mengejar hantu, atau sekumpulan Anda terlalu bodoh untuk memecahkan ini?”

Teori gravitasi terpadu ini berusaha menghindari kompleksitas tersebut. Seperti dijelaskan Mikko Partanen, penulis lain studi ini, “Dengan kecepatan kemajuan teoretis dan observasi saat ini, mungkin butuh beberapa dekade untuk mendapatkan bukti eksperimen langsung efek gravitasi kuantum.” Namun, ia optimis bahwa bukti tidak langsung bisa didapat lebih cepat melalui observasi canggih.

Apa Artinya Bagi Masa Depan Fisika?

Jika teori ini terbukti benar, kita mungkin perlu menulis ulang buku teks fisika. Konsep gravitasi sebagai gaya fundamental akan digantikan oleh interaksi empat komponen yang lebih kompleks. Ini juga membuka pintu untuk pemahaman baru tentang fenomena kosmik seperti dark matter dan perilaku lubang hitam.

Meski masih awal, teori ini memberikan harapan baru dalam pencarian panjang untuk menyatukan fisika. Seperti pernah terjadi dengan kesalahan Einstein yang justru membuka jalan bagi terobosan baru, mungkin inilah saatnya untuk berpikir di luar kotak tentang gravitasi.

Bagaimana menurut Anda? Akankah teori ini menjadi kunci untuk memahami alam semesta, atau hanya salah satu dari banyak upaya yang akhirnya kandas? Satu hal yang pasti: petualangan untuk mengungkap rahasia terbesar kosmos masih jauh dari selesai.

E-BAR: Robot MIT yang Siap Jadi Teman Setia Lansia di AS

0

Telset.id – Di Amerika Serikat, menjadi lansia bukanlah hal yang mudah. Dengan populasi usia lanjut mencapai angka tertinggi dalam sejarah, mereka justru menghadapi berbagai krisis baru—mulai dari sistem asuransi yang menggunakan AI untuk menolak klaim, lingkungan yang tidak ramah pejalan kaki, hingga kasus pelecehan di panti jompo. Belum lagi ancaman teknologi canggih yang bisa menguras tabungan pensiun mereka dalam sekejap. Namun, sekelompok insinyur MIT punya solusi unik: robot pendamping bernama E-BAR.

Robot yang Mengerti Kebutuhan Lansia

Elderly Bodily Assistance Robot (E-BAR) dirancang sebagai pendukung fisik bagi lansia. Robot ini mampu menahan berat badan pengguna, membantu mereka bangkit dari posisi duduk, dan bahkan menyelamatkan mereka dari jatuh berkat “airbag samping yang mengembang cepat”. Dilengkapi empat roda omnidirectional yang dikendalikan secara independen, E-BAR bisa berputar di tempat sambil memeluk pengguna dengan lengan logamnya tanpa khawatir terjungkal.

Dalam video demonstrasi, E-BAR terlihat membantu enam tugas umum perawat lansia, seperti masuk dan keluar dari bak mandi, mengambil barang dari rak rendah, mengangkat pasien dari toilet atau lantai, serta menemani berjalan. “Lansia umumnya tidak suka memakai alat bantu atau harness,” jelas Roberto Bolli, salah satu insinyur proyek ini. “E-BAR memberikan dukungan berat badan, bantuan aktif saat berjalan, dan penangkap jatuh—tanpa menghalangi gerak pengguna.”

Masa Depan Robot Perawat di Tengah Krisis Perawatan Lansia

Meski masih berupa proyek penelitian, elemen desain E-BAR seperti ukuran yang muat di pintu standar dan lengan penghubung 18-bar berpotensi diproduksi massal oleh perusahaan robotika. Namun, tantangan terbesar adalah aksesibilitas. Di AS, perangkat perawatan lansia seperti lift tangga atau telepon tombol besar tidak ditanggung Medicare dan jarang dicover asuransi swasta—menjadikannya barang mewah bagi banyak pensiunan.

Data tahun 2022 menunjukkan, lebih dari 44% lansia AS memiliki kebutuhan harian—seperti perawatan diri atau mobilitas—yang tidak terpenuhi. Dengan biaya produksi robotika konsumen yang masih tinggi, sulit membayangkan E-BAR terjangkau bagi rata-rata lansia. Namun, inovasi seperti ini setidaknya memberi secercah harapan di tengah sistem yang kerap mengabaikan kelompok usia ini.

Seperti yang terjadi di Eropa dengan robot pengelola e-waste, teknologi seharusnya hadir sebagai solusi—bukan sekadar produk mewah. Apalagi dengan prediksi perusahaan seperti Toyota yang mulai serius menggarap robotika, bukan tidak mungkin suatu hari nanti setiap lansia bisa memiliki “teman robot” seperti E-BAR.

Robot Gurita Ini Bisa Pegang Benda dengan Cerdas Tanpa Instruksi

0

Telset.id – Bayangkan sebuah robot yang bisa memegang benda dengan lembut seperti gurita, tanpa perlu diprogram secara detail. Inilah terobosan terbaru dari para peneliti di University of Bristol yang menciptakan robot lunak dengan “kecerdasan hisap” terinspirasi sistem saraf gurita.

Gurita, makhluk laut yang dikenal dengan kecerdasannya, memiliki cara unik berinteraksi dengan lingkungan. Delapan tentakelnya dilengkapi ratusan penghisap yang tidak hanya berfungsi sebagai alat gerak, tetapi juga sebagai sensor canggih. Kini, teknologi tersebut berhasil diadopsi ke dalam dunia robotika.

Tim peneliti mengembangkan sistem penghisap cerdas yang mampu merasakan lingkungan sekitarnya, membedakan permukaan kasar atau halus, bahkan mengukur seberapa kuat tarikan pada suatu benda—semuanya tanpa bantuan komputer pusat. Seperti apa revolusi robotika ini?

Kecerdasan Hierarkis ala Gurita

Dalam studi yang dipublikasikan di Science Robotics, para ilmuwan menjelaskan bagaimana gurita menggunakan hierarki neuromuskuler untuk manipulasi tubuh yang rumit. “Kami meniru struktur neuromuskuler gurita dalam sistem robot lunak,” ujar Tianqi Yue, penulis utama penelitian.

Robot ini bekerja dengan dua level kecerdasan:

  • Level Rendah: Menggunakan aliran fluida untuk meniru gerakan dasar gurita seperti menggenggam benda rapuh atau menyesuaikan bentuk terhadap objek asing.
  • Level Tinggi: Menganalisis respons tekanan untuk mendeteksi medium lingkungan (udara, air), kekasaran permukaan, dan memperkirakan gaya interaksi.

Masa Depan Robotika yang Lebih “Lunak”

Teknologi ini membuka pintu bagi generasi baru robot yang lebih aman, cerdas, dan hemat energi. Beberapa aplikasi potensial meliputi:

  • Pemanenan buah tanpa merusak di sektor pertanian.
  • Penanganan barang-barang fragile di pabrik.
  • Alat medis yang bisa beradaptasi di dalam tubuh manusia.
  • Mainan atau wearable device yang berinteraksi aman dengan pengguna.

Yang menarik, seluruh proses komputasi terjadi dalam sirkuit fluida lokal—mirip cara kerja sistem saraf gurita yang mendistribusikan kecerdasan ke setiap tentakel. “Hanya informasi penting yang dikirim ke ‘otak’ pusat,” jelas para peneliti.

Revolusi di Balik Kesederhanaan

Meski terinspirasi dari makhluk kompleks, teknologi ini justru mengandalkan desain sederhana dan biaya rendah. “Ini bukti bahwa solusi canggih tidak selalu memerlukan sistem rumit,” tambah Yue.

Dengan kemampuan merasakan dan bereaksi secara mandiri, robot-robot ini diprediksi akan mengubah wajah industri—dari manufaktur hingga kesehatan. Siapa sangka, rahasianya justru berasal dari dasar laut?

Trump Dikritik Soal Kebijakan ‘America First’ Setelah Deal Data Center Raksasa dengan UAE

0

Telset.id – Kebijakan “America First” yang selalu digaungkan Presiden AS Donald Trump kembali menuai kritik. Kali ini, sang presiden dikecam karena menyetujui pembangunan pusat data AI terbesar di dunia di Uni Emirat Arab (UAE), bukan di tanah air sendiri.

Kontroversi Pusat Data 5-Gigawatt di Abu Dhabi

Dalam kunjungannya ke UAE pekan lalu, Trump mengumumkan kerja sama pembangunan kampus pusat data seluas 10 mil persegi dengan kapasitas 5-gigawatt. Fasilitas yang dibangun bersama OpenAI ini disebut akan menjadi yang terbesar di dunia untuk keperluan AI.

Ro Khanna, anggota kongres dari Partai Demokrat, langsung menyoroti ironi kebijakan ini. “Saya tidak suka fakta bahwa pusat penelitian AI terbesar justru akan berada di Dubai,” ujarnya seperti dilaporkan Interesting Engineering.

Pertentangan dengan Visi ‘America First’

Khanna menegaskan, meski mendukung kolaborasi internasional, prioritas utama seharusnya menciptakan lapangan kerja teknologi di AS. Kritik ini semakin tajam mengingat Trump sebelumnya meminta Apple tidak membangun pabrik di India demi menjaga produksi di dalam negeri.

Menurut Departemen Perdagangan AS, pusat data di Qasr Al Watan ini akan menjadi hub regional bagi perusahaan cloud computing AS. Fasilitas ini diklaim mampu melayani hampir setengah populasi dunia dalam radius 2.000 mil dari UAE.

Teknologi chip DirectDrive plasma etching

Dilema Strategis AS di Era AI

Kesepakatan ini memunculkan pertanyaan serius tentang konsistensi kebijakan Trump. Di satu sisi, ia mendorong produksi dalam negeri melalui kebijakan proteksionis. Di sisi lain, pemerintahannya justru mendukung ekspansi teknologi kritis ke luar negeri.

White House membalas kritik dengan menyatakan UAE berkomitmen membangun fasilitas serupa di AS. Namun, banyak pengamat meragukan hal ini akan benar-benar menciptakan lapangan kerja setara di tanah air.

Kontroversi ini terjadi di tengah persaingan sengit AS dengan China di bidang teknologi AI. Seperti dilaporkan Telset sebelumnya, perkembangan teknologi AI kini menjadi ajang perlombaan global.

Dengan pusat data raksasa di Timur Tengah ini, apakah AS justru memberikan keunggulan strategis kepada sekutunya? Atau ini bagian dari strategi besar untuk menguasai pasar AI global? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang kini menghantui para pengamat kebijakan teknologi.

China Siapkan Drone Mothership Terbesar di Dunia dengan Jangkauan 7.000 KM

0

Telset.id – Dunia teknologi militer kembali dikejutkan oleh inovasi terbaru dari China. Kali ini, Negeri Tirai Bambu bersiap meluncurkan drone mothership terbesar di dunia, Jiu Tian (“Langit Tinggi”), dengan kemampuan yang bakal mengubah peta pertempuran modern. Bagaimana tidak, drone raksasa ini mampu membawa 100 UAV sekaligus dan memiliki jangkauan tempur hingga 7.000 kilometer!

Pengumuman resmi dari stasiun televisi pemerintah CCTV pada Senin (19/5/2025) mengkonfirmasi bahwa uji terbang perdana akan dilakukan akhir Juni mendatang. Langkah ini menegaskan ambisi China untuk mendominasi teknologi peperangan tanpa awak di kawasan Asia Pasifik.

Jiu Tian bukan sekadar drone biasa. Ini adalah platform strategis yang dirancang sebagai “force multiplier” – pengganda kekuatan tempur yang bisa mengerahkan puluhan drone kecil secara simultan. Konsepnya mirip kapal induk, tapi beroperasi di udara dengan ketinggian jelajah mencapai 15.000 meter.

Spesifikasi Mencengangkan Drone Raksasa

Pertama kali diperkenalkan di Zhuhai Air Show November lalu, Jiu Tian langsung mencuri perhatian para analis pertahanan. Dengan berat lepas landas maksimum 16 ton dan bentang sayap 25 meter, drone ini dirancang untuk misi-misi jarak jauh di wilayah udara yang dipertentangkan.

Yang membuatnya istimewa adalah sistem bay internalnya yang mampu membawa 100 unit loitering munition (amunisi jelajah) atau drone mini, termasuk tipe kamikaze. Drone-drone kecil ini akan dilepaskan secara simetris dari dua ruang penyimpanan di bagian bawah pesawat, memungkinkan serangan terkoordinasi yang bisa membanjiri pertahanan musuh.

  • Jangkauan: 7.000 km (setara Jakarta-Tokyo PP plus ekstra)
  • Ketinggian operasi: 15.000 meter (di atas jangkauan kebanyakan rudal pertahanan udara)
  • Payload: 100 drone kecil atau amunisi jelajah
  • Fungsi tambahan: 8 hardpoint untuk misi elektronik, pengintaian, atau peperangan elektronik

Strategi Peperangan Masa Depan

Jiu Tian dirancang khusus untuk taktik “swarming” – mengerahkan sejumlah besar drone secara terkoordinasi untuk menipu, membanjiri, atau melumpuhkan sistem pertahanan lawan. Konsep ini dianggap sebagai game changer dalam doktrin militer modern.

“Ini bukan sekadar soal jumlah drone yang bisa dibawa,” jelas analis pertahanan Liu Wei kepada Telset.id. “Yang lebih penting adalah kemampuan jaringan AI-nya untuk mengkoordinasikan serangan massal dengan presisi tinggi.”

Platform ini dikembangkan oleh Shaanxi Unmanned Equipment Technology, perusahaan pertahanan yang baru berdiri tahun 2023, dengan desain aerodinamika dari Aviation Industry Corporation of China (AVIC) – raksasa kedirgantaraan milik negara.

Lebih dari Sekadar Senjata

Menariknya, Jiu Tian tidak hanya dirancang untuk misi tempur. Sistem payload modularnya memungkinkan konfigurasi untuk berbagai operasi sipil seperti:

  1. Patroli maritim dan pengawasan perbatasan
  2. Pemantauan sumber daya alam
  3. Bantuan bencana dan tanggap darurat
  4. Operasi pencarian dan penyelamatan

Fleksibilitas ini sesuai dengan strategi China yang mengembangkan teknologi militer dengan aplikasi ganda (dual-use technology), memudahkan ekspor ke negara-negara mitra.

Persaingan dengan AS

Jiu Tian jelas menjadi jawaban China terhadap dominasi Amerika di bidang drone pengintai dan tempur. Dibandingkan RQ-4 Global Hawk milik AS, Jiu Tian memiliki keunggulan dalam kapasitas serang meski ketinggian operasinya sedikit lebih rendah.

Sementara MQ-9 Reaper yang lebih kecil hanya mampu membawa muatan 5 ton, jauh di bawah kapasitas 16 ton Jiu Tian. “Ini menunjukkan China tidak hanya mengejar, tapi berusaha melampaui kemampuan teknologi Barat,” tambah Liu Wei.

Dengan armada drone yang sudah mencakup CH-7 siluman dan Wing Loong-X anti-kapal selam, kehadiran Jiu Tian semakin memperkuat posisi China sebagai pemain utama dalam perlombaan senjata otonom.

Para pengamat memprediksi drone mothership ini akan memainkan peran kunci dalam dinamika militer di Selat Taiwan dan Laut China Selatan – dua wilayah yang terus menjadi sumber ketegangan geopolitik.

Pertanyaan besarnya sekarang: bagaimana negara-negara lain akan merespons langkah China ini? Apakah kita akan melihat perlombaan baru dalam pengembangan drone carrier? Satu hal yang pasti, peta kekuatan militer global sedang berubah, dan teknologi tanpa awak berada di garis depan perubahan itu.