Beranda blog Halaman 124

OPPO dan Discovery Channel Kolaborasi Dokumentasikan Budaya Global

0

Telset.id – OPPO bekerja sama dengan Discovery Channel melalui inisiatif Culture in a Shot untuk mendokumentasikan 15 budaya berbeda di seluruh dunia. Program yang diluncurkan sejak 2024 ini mengambil tema Celebrate the Moment pada 2025, dengan fokus pada festival budaya seperti Karnaval Venesia, Nauryz di Kazakhstan, dan sepak bola Brasil.

Kolaborasi ini tidak hanya menampilkan keindahan visual, tetapi juga mengungkap narasi di balik tradisi tersebut. OPPO menggunakan perangkat seperti OPPO Find X7 Pro dan Reno11 Pro untuk menangkap momen-momen penting dengan teknologi Hyperlight Image Engine dan rekaman 8K.

Karnaval Venesia: Revolusi Sosial di Balik Topeng

OPPO menyoroti Karnaval Venesia sebagai festival yang awalnya eksklusif untuk bangsawan, kini menjadi panggung demokratis. Marco Bianchi, kurator festival, mengatakan, “Generasi Z Venesia menggunakan platform digital untuk menjual karya mereka ke seluruh dunia. Smartphone menjadi alat preservasi yang tak terduga.”

Nauryz di Kazakhstan: Filosofi di Balik Tujuh Bahan

Di Kazakhstan, OPPO mendokumentasikan Nauryz, perayaan tahun baru Persia kuno yang bertahan selama 3.000 tahun. Hidangan simbolis nauryz-kozhe menjadi metafora harmoni sosial. Aisulu, influencer kuliner Kazakhstan, mengatakan, “Dulu nenek saya mencatat resep di buku. Sekarang saya bagikan proses memasak melalui Reels.”

Perayaan Nauryz di Kazakhstan dengan hidangan tradisional

Program ini juga sejalan dengan inisiatif OPPO dalam dunia pendidikan, seperti donasi tablet bersama UNESCO. Untuk lebih memahami tren fotografi mobile, simak rekomendasi HP kamera terbaik 3 jutaan.

Brasil: Sepak Bola sebagai Ritual Budaya

Di Brasil, OPPO mendefinisikan ulang konsep festival melalui sepak bola. Mario, pemain jalanan berusia 19 tahun, mengatakan, “Setiap gol adalah doa, setiap assist adalah cerita.” Teknologi portrait mode OPPO Find N3 Flip berhasil menangkap emosi yang tak terucapkan dalam permainan tersebut.

Sepak bola jalanan di Brasil yang didokumentasikan OPPO

Di penghujung 2025, OPPO berencana menerbitkan buku digital interaktif berisi 100 cerita budaya terpilih. Inisiatif ini membuktikan bahwa pelestarian budaya bisa dilakukan secara kolektif dengan bantuan teknologi.

ACERUN: Ajang Lari Berbasis AI Pertama di Indonesia

0

Telset.id – Acer Indonesia resmi meluncurkan ACERUN, ajang lari pertama di Tanah Air yang mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan (AI). Acara ini akan digelar pada 3 Agustus 2025 sebagai bagian dari Road to Acer Day 2025 dengan tema “Break a Limit”.

Leny Ng, President Director Acer Indonesia, mengatakan ACERUN bukan sekadar kompetisi lari biasa. “Kami ingin menunjukkan bahwa AI bisa menjadi partner ideal untuk mencapai tujuan kebugaran,” ujarnya dalam peluncuran resmi, Selasa (21/5/2025).

ACERUN menghadirkan berbagai inovasi berbasis AI, termasuk pelacakan performa real-time, analisis data lari, dan rekomendasi latihan personal melalui aplikasi khusus. Sistem ini mampu mempelajari kebiasaan berlari peserta dan memberikan saran peningkatan secara otomatis.

Lebih dari Sekadar Lari

Acara ini juga menawarkan Acer AI Playground, area interaktif tempat peserta bisa mencoba teknologi mutakhir seperti panduan virtual coach dan tantangan berbasis AI. Selain itu, terdapat kompetisi konten video bertema lari dengan memanfaatkan teknologi AI, bekerja sama dengan sejumlah AI artist ternama.

Cara Berpartisipasi

Pendaftaran ACERUN sudah dibuka sejak 21 Mei 2025 melalui situs resmi acerid.com/run dengan biaya registrasi Rp250.000 untuk kategori lari 5K. Pembeli produk Acer selama periode promosi berkesempatan mendapatkan 200 tiket gratis.

Event ini menandai babak baru dalam dunia kebugaran di Indonesia, di mana teknologi dan gaya hidup aktif semakin terintegrasi. Seperti halnya inovasi di sektor teknologi lainnya, ACERUN menjadi bukti percepatan transformasi digital di berbagai aspek kehidupan.

Acer Swift Edge 14 AI: Laptop Super Ringan dengan Performa Gahar di Computex 2025

0

Telset.id – Acer memperkenalkan Swift Edge 14 AI, laptop super ringan dengan performa tinggi yang dilengkapi teknologi AI terbaru. Produk ini menjadi salah satu sorotan utama di ajang Computex 2025 yang berlangsung di Taipei, Taiwan.

Swift Edge 14 AI (SFE14-51/T) termasuk dalam kategori Copilot+ PC dengan berat hanya 0,99 kg. Laptop ini dibekali prosesor Intel Core Ultra 200V Series terbaru yang dilengkapi Neural Processing Unit (NPU) terintegrasi untuk kinerja AI yang optimal.

Acer Swift Edge 14 AI

Layarnya menggunakan panel OLED 3K 14 inci dengan edge-to-edge glass yang mendukung 100% DCI-P3 dan sertifikasi VESA Display HDR True Black 600. Acer mengklaim layar ini memiliki kualitas visual yang sangat tajam dan cemerlang.

Fitur unggulan lainnya adalah lapisan Corning Gorilla Matte Pro yang mampu mengurangi pantulan layar hingga 95% dibanding permukaan kaca anti silau lainnya. Teknologi ini juga diklaim meningkatkan rasio kontras untuk kedalaman gambar dan ketajaman warna yang lebih baik.

Dengan prosesor Intel Core Ultra 9 288V, Swift Edge 14 AI mampu menjalankan aplikasi berat seperti pemrosesan gambar, interpretasi teks, dan pengurangan noise. Laptop ini juga dilengkapi GPU Intel Arc untuk peningkatan visual dan kinerja pembuatan AI generatif yang lebih cepat.

Fitur AI pada laptop ini termasuk NPU dengan kinerja lebih dari 40 TOPS yang menawarkan pengalaman seperti Recall (preview), Click to Do (preview), pencarian Windows yang lebih baik, Cocreator, Live Captions, dan Windows Studio Effects.

Acer Swift Edge 14 AI

Dari sisi desain, Swift Edge 14 AI memiliki touchpad dengan indikator AI Activity yang menyala ketika NPU digunakan atau Copilot diaktifkan. Sasisnya dibuat dari paduan magnesium aluminium yang lebih tahan lama dibanding aluminium biasa.

Untuk spesifikasi, laptop ini menawarkan memori LPDDR5X hingga 32 GB dan penyimpanan PCIe Gen 4 hingga 1 TB. Daya tahan baterainya mencapai 21 jam, sementara konektivitasnya mencakup dua port Thunderbolt 4, dua port USB-A, jack headphone, dan port HDMI 2.1.

Laptop ini juga telah bersertifikasi Military Grade (MIL-STD 810H) untuk ketahanan yang lebih baik. Harga Swift Edge 14 AI diperkirakan sekitar USD 1.800 di Eropa, namun belum ada informasi resmi mengenai ketersediaan dan harga di Indonesia.

Elon Musk Tegaskan Komitmen Pimpin Tesla 5 Tahun ke Depan

0

Telset.id – Elon Musk menyatakan komitmennya untuk tetap memimpin Tesla setidaknya selama lima tahun ke depan. Pernyataan ini disampaikan dalam wawancara virtual di Qatar Economic Forum yang digelar Bloomberg, Selasa (21/5/2025). Musk muncul sebagai figur futuristik dengan latar belakang yang terkesan dystopian.

“Tidak ada keraguan sama sekali?” tanya pewawancara saat Musk terlihat melayang di layar. “Ya, saya akan mati,” jawab Musk dengan nada khasnya. Pernyataan ini muncul di tengah kebingungan publik mengenai perannya di DOGE dan tanggung jawabnya kepada pemegang saham Tesla.

Gugatan Gaji dan Komitmen Musk

Pemegang saham Tesla sebelumnya mengusulkan dua paket gaji untuk Musk senilai $56 miliar, namun keduanya ditolak oleh hakim Delaware, Kathaleen McCormick. Musk tidak ragu mengkritik keputusan tersebut. “Saya yakin apa pun yang dilakukan aktivis yang berpura-pura menjadi hakim di Delaware tidak akan memengaruhi kompensasi masa depan,” ujarnya sarkastik.

Financial Times melaporkan bahwa Tesla telah membentuk “komite khusus” untuk meninjau gaji Musk yang sebagian besar berbentuk opsi saham. Ketika ditanya apakah nilai gajinya memengaruhi keputusannya tetap di Tesla, Musk menjawab, “Itu bukan topik untuk forum ini.”

Kinerja Tesla dan Proyek Tertunda

Komitmen Musk datang di saat penjualan Tesla anjlok 13% pada kuartal pertama 2025—penurunan terbesar dalam sejarah perusahaan. Proyek robotaxi juga terus tertunda, sementara Model Y kesulitan menarik pembeli. Lebih dari 10.000 unit Cybertruck belum terjual dan menumpuk di gudang.

Di sisi lain, Musk mengonfirmasi bahwa gugatannya terhadap OpenAI masih berlanjut. Tujuannya adalah mempertanyakan perubahan OpenAI menjadi perusahaan profit. Namun, banyak yang menduga motif tersembunyi Musk adalah persaingan xAI, perusahaannya, dengan ChatGPT.

Musk juga mengumumkan rencana mengurangi donasi politik setelah sebelumnya mendanai kampanye sayap kanan. “Saya rasa saya sudah cukup,” katanya. Pernyataan ini menambah daftar kontroversi yang mengikuti sosok Musk belakangan ini.

Dengan berbagai tantangan yang dihadapi Tesla dan proyek-proyeknya, komitmen Musk untuk tetap memimpin perusahaan menjadi sorotan utama. Apakah kepemimpinannya akan membawa Tesla keluar dari krisis atau justru memperburuk situasi, masih harus dibuktikan.

Qualcomm Luncurkan Adreno Control Panel untuk Optimalkan GPU Snapdragon X

0

Telset.id – Para gamer dan pengguna laptop berbasis Snapdragon X Elite kini punya alasan untuk tersenyum. Qualcomm baru saja meluncurkan Adreno Control Panel dalam versi beta, sebuah tool yang memungkinkan pengguna melakukan tweak pada GPU untuk meningkatkan performa gaming.

Ini adalah langkah serius Qualcomm dalam menantang dominasi Nvidia dan AMD di pasar GPU laptop. Dengan tool ini, pengguna bisa mengoptimalkan pengaturan grafis sesuai kebutuhan, mirip dengan fitur yang sudah lama ditawarkan oleh NVIDIA Control Panel dan AMD Adrenalin.

Adreno Control Panel bukan sekadar tool biasa. Qualcomm menyebutnya sebagai solusi komprehensif untuk pengalaman grafis yang lebih baik. “Ini adalah komitmen kami untuk menghadirkan pengalaman gaming terbaik di platform Snapdragon,” jelas juru bicara Qualcomm.

Fitur Unggulan Adreno Control Panel

Tool baru ini menawarkan beberapa fitur menarik:

  • Kustomisasi pengaturan grafis per game
  • Kontrol anisotropic filtering untuk kualitas tekstur
  • Pembatasan frame rate sesuai kebutuhan
  • Informasi sistem lengkap
  • Update driver Adreno graphics

Yang menarik, pengguna bisa membuat profil khusus untuk setiap game. Ini berarti Anda bisa memiliki pengaturan berbeda untuk game kompetitif yang butuh frame rate tinggi dan game story-driven yang mengutamakan kualitas visual.

Dampak bagi Pengembang dan Gamer

Kehadiran Adreno Control Panel bisa menjadi game changer bagi ekosistem Snapdragon X. Selama ini, banyak game Windows yang masih kesulitan berjalan optimal di platform ARM melalui emulasi.

“Dengan tool ini, pengembang bisa melakukan fine-tuning lebih baik untuk game mereka,” ujar seorang analis industri. “Ini juga memberi kontrol lebih besar bagi gamer serius yang ingin memaksimalkan pengalaman bermain.”

Qualcomm tampaknya serius ingin menjadikan Snapdragon X sebagai platform gaming yang viable. Beberapa waktu lalu, mereka bahkan meluncurkan kampanye iklan yang secara terang-terangan menantang Intel.

Cara Mendapatkan Adreno Control Panel

Bagi yang ingin mencoba, Adreno Control Panel beta bisa diunduh langsung dari situs developer Qualcomm. Namun, Anda perlu membuat akun terlebih dahulu untuk mengaksesnya.

Tool ini khusus dirancang untuk perangkat dengan Snapdragon X Elite, seperti beberapa model laptop terbaru dari Asus dan vendor lainnya yang mulai beralih ke platform ini.

Dengan langkah ini, persaingan di pasar GPU laptop semakin panas. Nvidia dan MediaTek dikabarkan juga sedang mempersiapkan senjata baru untuk merespons tantangan dari Qualcomm.

Pertanyaannya sekarang: Akankah Snapdragon X dengan Adreno Control Panel-nya bisa benar-benar menyaingi dominasi Nvidia dan AMD di dunia gaming laptop? Waktu yang akan menjawab.

OpenAI Luncurkan Codex, Agen Koding AI yang Klaim Lebih Efisien

0

Telset.id – Di tengah sorotan terhadap kemampuan kecerdasan buatan (AI) dalam menulis kode, OpenAI meluncurkan Codex, agen koding khusus yang diklaim lebih efisien dibanding model generik seperti ChatGPT. Namun, apakah ini solusi atau sekadar gimmick baru?

Sejak awal tahun, performa AI dalam tugas pemrograman menjadi bahan perdebatan. OpenAI sendiri mengakui dalam whitepaper bahwa model AI terbaik sekalipun masih gagal menyelesaikan mayoritas tantangan koding. CEO Sam Altman sempat berkomentar bahwa AI akan “sangat berbeda dalam rekayasa perangkat lunak pada akhir 2025”, namun tanpa bukti konkret.

Kini, Codex hadir sebagai jawaban atas keterbatasan tersebut. Berbeda dengan ChatGPT yang bersifat generalis, Codex dirancang khusus sebagai “agen rekayasa perangkat lunak berbasis cloud” yang dapat menangani banyak tugas secara paralel.

Spesialisasi vs Generalisasi

Menurut OpenAI, Codex dapat membantu insinyur perangkat lunak dengan menulis fitur baru, debugging kode, hingga menjawab pertanyaan terkait kode sumber. Yang menarik, model ini diklaim menghasilkan kode yang “lebih mencerminkan gaya manusia dan preferensi PR”.

Klaim ini menuai skeptisisme. Seperti dilaporkan sebelumnya dalam AI Generasi Baru: Kode Lebih Akurat Tanpa Batas Bahasa, pelatihan model AI untuk pemrograman seringkali melibatkan kontroversi hak cipta. OpenAI sendiri pernah berurusan dengan masalah serupa saat membantu pengembangan Copilot milik Microsoft.

Masalah Hak Cipta yang Belum Terjawab

OpenAI menyatakan Codex beroperasi sepenuhnya di cloud tanpa akses internet, sehingga tidak bisa mencari data dari web seperti ChatGPT. Namun, pertanyaan besar tetap menganga: dari mana data pelatihannya berasal?

Seperti dibahas dalam Robot AI Kini Bantu Ilmuwan Jalankan Eksperimen Secara Mandiri, industri AI masih bergumul dengan isu sumber data pelatihan. Dengan tren gugatan hak cipta yang meningkat, masa depan Codex mungkin akan diuji di pengadilan.

Antara Janji dan Realita

OpenAI menegaskan Codex hanya berinteraksi dengan kode yang secara eksplisit disediakan melalui repositori GitHub dan dependensi yang dikonfigurasi pengguna. Namun, tanpa transparansi penuh tentang data pelatihan, klaim ini sulit diverifikasi.

Di tengah perkembangan pesat teknologi AI seperti Mahasiswa Tanpa Pengalaman Pemerintahan Gunakan AI untuk Reformasi Regulasi HUD, Codex muncul sebagai upaya menjawab kebutuhan spesifik dunia pemrograman. Namun, apakah ini solusi permanen atau sekadar tambal sulut keterbatasan AI saat ini? Waktu yang akan menjawab.

Siswa SMA AS Ciptakan Robot Ular untuk Lindungi Landasan Udara dari Satwa Liar

0

Telset.id – Inovasi tak mengenal usia. Buktinya, sekelompok siswa SMA di California berhasil menciptakan solusi cerdas untuk masalah nyata yang dihadapi Angkatan Udara AS. Mereka merancang robot ular pintar yang dirancang khusus untuk mengamankan landasan pacu dari gangguan satwa liar.

Peristiwa ini terjadi dalam acara Phoenix Spark STEAM Event yang digelar di Delta Breeze Convention Center pada 9 Mei 2025. Tujuh tim siswa dari empat distrik sekolah di Solano County berkompetisi memberikan solusi kreatif untuk dua tantangan utama yang dihadapi pangkalan udara Travis.

US high school teens design robot snake to guard Air Force runways from wildlife

Robot Ular vs Salamander Langka

Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana melindungi salamander harimau California yang terancam punah di sekitar landasan pacu. Solusi yang diajukan siswa sungguh di luar ekspektasi.

“Tim kami merancang robot ular yang bisa menakut-nakuti salamander tanpa melukai mereka,” jelas Daniel Barbieri dari Buckingham High School, anggota tim pemenang. Robot ini dirancang untuk bergerak seperti ular asli dan mengarahkan salamander menjauh dari zona berbahaya.

Selain robot ular, muncul berbagai ide kreatif lain seperti:

  • Spons beraroma citronella sebagai pengusir alami
  • Sistem pipa PVC sebagai jalur evakuasi aman
  • Tiang logam bergetar untuk mengarahkan pergerakan satwa

Merekrut Generasi Muda dengan Cara Kekinian

Tantangan kedua yang dihadapi siswa adalah bagaimana membuat karir di Angkatan Udara lebih menarik bagi generasi muda. Solusi yang muncul mencerminkan pemahaman mendalam tentang psikologi remaja.

“Orang sering berpikir Angkatan Udara hanya tentang pesawat dan pilot,” kata Judah Schoenrock dari Deanza High School. “Kami ingin menunjukkan ada banyak peran lain yang tak kalah menarik.”

Beberapa inovasi yang diajukan antara lain:

  • Buku komik yang menjelaskan berbagai profesi di AU
  • Kampanye media sosial yang menargetkan remaja
  • Konten digital yang menampilkan keragaman karir militer

Kolaborasi Pendidikan dan Militer

Acara ini merupakan bagian dari inisiatif Phoenix Spark Angkatan Udara AS yang bertujuan:

  1. Mendorong inovasi di kalangan muda
  2. Mendukung pendidikan STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics)
  3. Memperkuat hubungan dengan komunitas lokal

“Ini membangun pemahaman siswa bahwa mereka bisa berkontribusi di luar kelas,” ujar Carlos Montanez, pensiunan perwira AL yang kini mengajar di Turlock High School.

Kemenangan diraih oleh tim yang menggabungkan tiang bergetar dengan jalur alternatif untuk salamander, serta tim yang mengembangkan kampanye digital tentang keragaman karir di AU. Kedua solusi dinilai efektif, ramah lingkungan, dan mudah diimplementasikan.

Inisiatif semacam ini menunjukkan bagaimana kolaborasi antara dunia pendidikan dan militer bisa menghasilkan solusi inovatif untuk tantangan nyata. Siapa sangka, robot ular karya siswa SMA bisa menjadi penjaga landasan pacu masa depan?

Samsung dan Ilmuwan AS Capai 100% Efisiensi Pendinginan Tanpa Refrigeran

0

Telset.id – Bayangkan pendingin ruangan atau kulkas yang bekerja tanpa bahan kimia berbahaya, tanpa suara bising, dan dengan efisiensi energi sempurna. Mimpi ini kini menjadi kenyataan berkat terobosan kolaborasi antara Samsung dan ilmuwan dari Johns Hopkins Applied Physics Laboratory (APL) di AS. Mereka berhasil menciptakan teknologi pendinginan termoelektrik dengan efisiensi 100%—tanpa menggunakan refrigeran sama sekali.

Teknologi pendinginan konvensional selama ini bergantung pada sistem kompresor yang menggunakan refrigeran berbahan kimia. Meski efektif, sistem ini boros energi, menghasilkan emisi karbon, dan berpotensi merusak lapisan ozon. Dengan pemanasan global yang semakin mengkhawatirkan, pencarian alternatif yang lebih ramah lingkungan menjadi kebutuhan mendesak.

Di sinilah teknologi termoelektrik berbasis material nano hadir sebagai solusi revolusioner. Dengan memanfaatkan pergerakan elektron untuk memindahkan panas, sistem ini tidak memerlukan bagian bergerak atau bahan kimia berbahaya. Hasilnya? Perangkat pendingin yang lebih kompak, andal, dan berkelanjutan.

Material Nano CHESS: Rahasia di Balik Efisiensi 100%

Tim peneliti APL mengembangkan material bernama Controlled Hierarchically Engineered Superlattice Structures (CHESS), sebuah lapisan tipis yang dirancang melalui rekayasa nano. Material ini mampu meningkatkan efisiensi pendinginan hingga dua kali lipat dibandingkan material termoelektrik konvensional.

US scientists, Samsung team hit 100% cooling efficiency with no refrigerants

“Ini adalah lompatan besar dalam teknologi pendinginan,” ujar Rama Venkatasubramanian, Kepala Teknologi Termoelektrik di APL. “Kami tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga membuka jalan untuk aplikasi skala besar, mulai dari perangkat medis hingga sistem pendingin gedung.”

Yang mengejutkan, setiap unit pendingin hanya membutuhkan material awal sebesar butiran pasir—sekitar 0,003 cm³. Artinya, teknologi ini tidak hanya efisien secara energi tetapi juga hemat bahan baku, menjadikannya solusi yang sangat ekonomis untuk diterapkan secara massal.

Mengapa Ini Penting untuk Masa Depan?

Pendinginan menyumbang sekitar 10% dari total konsumsi listrik global. Dengan populasi dunia yang terus bertambah dan suhu bumi yang meningkat, permintaan akan pendinginan diperkirakan akan melonjak tiga kali lipat pada 2050. Teknologi CHESS bisa menjadi jawaban untuk tantangan ini.

Selain itu, teknologi ini juga membuka peluang untuk aplikasi baru, seperti pendinginan non-invasif dalam terapi medis atau sistem HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning) yang lebih cerdas untuk gedung-gedung modern. Bahkan, seperti dikatakan Venkatasubramanian, potensi skalanya bisa menyamai kesuksesan baterai lithium-ion yang kini digunakan dari ponsel hingga mobil listrik.

Refrigerant based cooling

Proses Produksi yang Terbukti dan Terukur

Tim APL menggunakan metode Metal-Organic Chemical Vapor Deposition (MOCVD) untuk memproduksi material CHESS. Teknik ini sudah terbukti dalam industri semikonduktor untuk membuat sel surya efisiensi tinggi dan lampu LED komersial.

“MOCVD adalah metode yang scalable, hemat biaya, dan mendukung produksi volume besar,” jelas Jon Pierce, insinyur riset senior di APL. Ini berarti teknologi pendinginan revolusioner ini bisa segera diproduksi massal tanpa kendala teknis yang berarti.

Penemuan ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications, menandai babak baru dalam teknologi pendinginan. Dengan dukungan Samsung, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, kulkas dan AC di rumah Anda akan menggunakan teknologi yang sama sekali berbeda dari yang ada saat ini.

Titan Robot: Solusi Revolusioner untuk Industri Berat dengan Presisi 1mm

0

Telset.id – Dunia industri sedang menghadapi tantangan besar: bagaimana mengatasi pekerjaan berat, kotor, dan berbahaya tanpa mengorbankan efisiensi? Jawabannya mungkin datang dari RoboForce, startup AS yang baru saja meluncurkan Titan—robot industri tangguh dengan presisi 1 milimeter yang siap mengubah segalanya.

Dalam beberapa tahun terakhir, industri manufaktur dan konstruksi telah menjadi ajang inovasi robotika. Seperti yang pernah kami bahas dalam artikel Midea Group: Robot yang Memproduksi Robot, revolusi industri 4.0 memang tak terelakkan. Namun, Titan membawa pendekatan baru yang lebih spesifik untuk lingkungan kerja ekstrem.

US startup unveils rugged Titan robot with 1mm precision for tough industrial work

Spesifikasi yang Mengagumkan

Titan bukan robot biasa. Dengan kemampuan mengangkat beban hingga 40 kg (88 pon) dan jangkauan lengan 1100 mm (43 inci), robot ini dirancang untuk pekerjaan industri yang paling menantang. Presisi 1 milimeternya memungkinkannya melakukan tugas-tugas rumit seperti:

  • Pemasangan komponen presisi tinggi
  • Operasi pengelapan otomatis
  • Perakitan mesin kompleks

Yang lebih mengesankan, Titan bisa bekerja terus-menerus selama 8 jam penuh—sesuatu yang sulit dilakukan pekerja manusia di lingkungan ekstrem seperti pertambangan atau konstruksi energi terbarukan.

Kecerdasan Buatan yang Membuatnya Berbeda

Tidak seperti robot industri konvensional, Titan didukung oleh kecerdasan buatan domain-spesifik yang memungkinkannya beradaptasi dengan berbagai situasi kerja. Sistem AI-nya terintegrasi penuh dengan perangkat keras modular, termasuk:

  • Basis roda atau trek untuk mobilitas
  • End-effector yang dapat dipertukarkan
  • Sistem penglihatan komputer canggih

Leo Ma, pendiri dan CEO RoboForce, menjelaskan: “Titan hanyalah permulaan. Kami berkomitmen untuk mengangkat manusia dari pekerjaan yang membosankan, kotor, dan berbahaya.”

Dampak Ekonomi yang Signifikan

Menurut perhitungan RoboForce, Titan menawarkan penghematan biaya hingga 66% dibanding tenaga manusia. Robot ini dapat:

  • Beroperasi 24/7 tanpa kelelahan
  • Dipasang hanya dalam 4 minggu (vs 52 minggu proses rekrutmen manusia)
  • Mengurangi ketidakpastian operasional hingga 90%

Inovasi ini sangat relevan mengingat tantangan yang dihadapi industri seperti yang pernah kami bahas dalam artikel tentang Qualcomm yang juga sedang gencar masuk ke industri robotika.

Masa Depan Industri yang Lebih Aman

RoboForce secara khusus menargetkan sektor-sektor dengan kondisi kerja ekstrem seperti pertambangan, manufaktur, energi surya, dan bahkan ruang angkasa. Dengan Titan, perusahaan-perusahaan ini dapat:

  • Mengurangi cedera pekerja
  • Mempercepat proyek konstruksi terpencil
  • Meningkatkan produktivitas secara signifikan

Seperti yang terjadi pada Toyota yang sedang berekspansi ke industri robot, jelas bahwa masa depan industri akan semakin otomatis. Dengan tambahan pendanaan $5 juta (total $15 juta), RoboForce siap memimpin transformasi ini.

Titan bukan sekadar robot—ia adalah solusi revolusioner yang menjawab tantangan nyata di lapangan. Dengan presisi, daya tahan, dan kecerdasannya, robot ini siap menulis babak baru dalam sejarah industri berat.

AMD Radeon RX 9060 XT: GPU Murah yang Siap Goyang Dominasi Nvidia

0

Telset.id – Pasar GPU gaming murah siap diguncang! AMD baru saja meluncurkan Radeon RX 9060 XT, senjata terbaru mereka untuk merebut pangsa pasar dari cengkeraman Nvidia. Dengan harga mulai $299 (sekitar Rp4,8 juta), GPU ini menjanjikan performa 1440p yang mulus tanpa menguras kantong.

Peluncuran di Computex 2025 ini menjadi babak baru persaingan sengit antara dua raksasa grafis tersebut. AMD sengaja memposisikan RX 9060 XT sebagai alternatif lebih terjangkau dibanding RTX 5060 series milik Nvidia, terutama untuk gamer yang ingin upgrade tanpa merogoh kocek terlalu dalam.

Lantas, apa saja keunggulan GPU baru ini? Dan yang lebih penting, bisakah AMD benar-benar mengganggu dominasi Nvidia di segmen menengah?

Spesifikasi dan Harga yang Menjanjikan

AMD Radeon RX 9060 XT GPU baru dengan harga kompetitif

AMD menawarkan dua varian RX 9060 XT: versi 8GB GDDR6 seharga $299 dan 16GB dengan harga $349. Keduanya akan tersedia mulai 5 Juni 2025, tepat bersaing dengan RTX 5060 ($299) dan RTX 5060 Ti ($429) dari Nvidia.

Berikut spesifikasi teknisnya:

  • Arsitektur: RDNA 4 (sama dengan seri RX 9070)
  • Compute Units: 32 (vs 56 pada RX 9070)
  • Boost Clock: 3.13GHz
  • Konsumsi Daya: 150W-182W
  • Port: DisplayPort 2.1a dan HDMI 2.1b

Menurut klaim AMD, varian 16GB mampu mengungguli RTX 5060 Ti sekitar 6% dalam gaming 1440p berdasarkan pengujian internal terhadap 40 game berbeda. Angka yang cukup signifikan mengingat harganya $80 lebih murah.

Debat 8GB: Masih Relevankah di 2025?

Keputusan AMD meluncurkan varian 8GB menuai kontroversi. Komunitas gaming kerap mengkritik GPU modern dengan VRAM terbatas, terutama untuk gaming 1440p dimana beberapa game AAA sudah melebihi kapasitas 8GB.

“Ini langkah mundur,” komentar salah satu reviewer tech di YouTube. “Game seperti Cyberpunk 2077 dengan ray tracing sudah membutuhkan lebih dari 8GB VRAM di 1440p.”

AMD tampaknya berusaha menyeimbangkan antara harga dan performa. Varian 8GB memang lebih terjangkau, tetapi berpotensi ketinggalan dalam game-game berat tahun depan. Sementara 16GB lebih future-proof meski dengan harga sedikit lebih tinggi.

Strategi AMD Menggoyang Nvidia

Ini bukan pertama kali AMD memainkan kartu harga. Sebelumnya, mereka sukses merebut pasar menengah dengan RX 7000 series yang menawarkan performa setara dengan harga lebih rendah. Kini, RX 9060 XT hadir dengan strategi serupa.

Menariknya, Nvidia merilis RTX 5060 sehari sebelum pengumuman AMD—tetapi tanpa menyediakan driver untuk reviewer. Langkah tidak biasa ini memicu spekulasi bahwa Nvidia khawatir dengan perbandingan performa.

Persaingan ini menguntungkan konsumen. Seperti yang terjadi pada kolaborasi AMD dengan Samsung untuk chipset Exynos, kompetisi ketat memaksa kedua perusahaan untuk terus berinovasi.

Pertanyaan besarnya: bisakah AMD mempertahankan stok dan harga mendekati MSRP setelah peluncuran? Kekurangan stok dan kenaikan harga eceran sering menjadi masalah utama produk AMD sebelumnya.

Dengan RX 9060 XT, AMD memberi opsi menarik bagi gamer 1440p yang ingin upgrade tanpa membayar mahal. Namun, pilihan antara varian 8GB dan 16GB akan menjadi pertimbangan penting tergantung kebutuhan dan anggaran.

Trump Umumkan “Golden Dome” Senilai $175 Miliar untuk Lindungi AS dari Rudal Hipersonik dan Luar Angkasa

0

Telset.id – Dalam langkah besar untuk memperkuat pertahanan nasional, mantan Presiden AS Donald Trump mengumumkan proyek ambisius bernama “Golden Dome”. Sistem pertahanan rudal senilai $175 miliar ini dirancang untuk melindungi Amerika Serikat dari ancaman rudal hipersonik dan serangan luar angkasa.

Pengumuman resmi dilakukan Trump di Oval Office pada Selasa (20/5/2025). Golden Dome disebut-sebut sebagai lompatan transformatif dalam sistem pertahanan rudal AS yang selama ini dianggap belum mampu mengimbangi perkembangan senjata canggih dari negara-negara seperti Rusia dan China.

“Tidak ada sistem seperti ini sebelumnya,” tegas Trump dengan penuh keyakinan. “Golden Dome akan mampu menangkal rudal yang diluncurkan dari belahan dunia mana pun, bahkan dari luar angkasa.”

Trump unveils $175B ‘Golden Dome’ to shield US from space and hypersonic missiles

Teknologi Canggih Multi-Lapis

Terinspirasi dari Iron Dome Israel, Golden Dome akan beroperasi dalam skala yang jauh lebih besar dan kompleks. Sistem ini mengintegrasikan berbagai lapisan pertahanan, termasuk:

  • Sensor berbasis luar angkasa untuk deteksi dini
  • Interceptor canggih untuk menembak jatuh rudal
  • Kemampuan menetralisir ancaman di berbagai fase: sebelum peluncuran, saat penerbangan, dan bahkan dari platform orbit

Golden Dome khusus dirancang untuk menghadapi tantangan baru seperti rudal hipersonik yang bergerak melebihi kecepatan suara dan sistem pengeboman orbital fraksional (FOBS) yang bisa meluncurkan hulu ledak dari luar angkasa.

Struktur Komando dan Pendanaan

Trump menunjuk Jenderal Michael Guetlein, Wakil Kepala Operasi Luar Angkasa di Angkatan Luar Angkasa AS, untuk memimpin proyek ini. Struktur komando terpusat ini diharapkan bisa menyelaraskan berbagai lapisan pertahanan untuk respons cepat terhadap ancaman rudal global.

Anggaran awal sebesar $25 miliar telah dialokasikan, meski perkiraan pemerintah menunjukkan total biaya bisa melonjak hingga $542 miliar dalam 20 tahun ke depan untuk komponen berbasis luar angkasa saja. Dana awal ini diambil dari RUU Pajak “One Big Beautiful Bill” Trump yang belum disahkan.

Minat Internasional dan Tantangan ke Depan

Kanada telah menyatakan minatnya untuk bergabung dalam inisiatif Golden Dome. Menteri Pertahanan Kanada saat itu, Bill Blair, menyebut proyek ini sebagai “kepentingan nasional” yang logis untuk diikuti negaranya.

Namun, para kritikus mempertanyakan kelayakan teknis dan finansial proyek sebesar ini. Beberapa ahli pertahanan meragukan kemampuan sistem untuk mencapai tingkat keberhasilan “mendekati 100%” seperti yang diklaim Trump.

Proyek Golden Dome muncul di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan perlombaan senjata canggih. Seperti dilaporkan sebelumnya di Telset.id, AS juga aktif mengembangkan senjata laser anti-rudal sebagai bagian dari sistem pertahanan berlapis.

Dengan Golden Dome, AS berambisi menciptakan “payung” pertahanan yang belum pernah ada sebelumnya – sebuah sistem yang bisa melindungi negara dari segala jenis ancaman rudal, di mana pun asalnya, termasuk dari orbit luar angkasa.

Realme Neo 7 Turbo Bakal Hadir dengan Chipset Dimensity 9400e dan Desain Semi-Transparan

Telset.id – Jika Anda mencari smartphone performa tinggi dengan harga terjangkau, Realme mungkin punya jawabannya. Perusahaan asal China ini bersiap meluncurkan Realme Neo 7 Turbo pada 29 Mei mendatang, dan bocoran resmi dari Presiden Realme China Xu Qi mengungkap beberapa spesifikasi menggiurkan.

Smartphone ini akan menjadi salah satu perangkat pertama yang ditenagai chipset MediaTek Dimensity 9400e. Prosesor flagship ini diproduksi dengan proses 4nm TSMC dan mengusung konfigurasi CPU all-big-core, terdiri dari satu inti Cortex-X4 berkecepatan 3.4GHz, tiga inti Cortex-X4 2.85GHz, dan empat inti Cortex-A720 2.0GHz. Tak ketinggalan, GPU Immortalis-G720 MC12 dan NPU 790 AI engine turut melengkapi paket performa tinggi ini.

Realme mengklaim skor benchmark perangkat ini mencapai angka fantastis 2.45 juta poin. Dengan rentang harga sekitar 2.500-3.000 Yuan (sekitar Rp5-6 juta), Neo 7 Turbo berpotensi menjadi salah satu smartphone paling bertenaga di kelasnya.

Realme Neo 7 Turbo dengan chipset Dimensity 9400e

Desain Unik dan Spesifikasi Mumpuni

Selain performa, Realme Neo 7 Turbo juga menawarkan daya tarik visual dengan panel belakang semi-transparan. Desain ini memberikan kesan premium sekaligus memamerkan komponen internal yang tersusun rapi.

Di sektor layar, smartphone ini dikabarkan mengusung panel flat 1.5K. Kapasitas baterai raksasa 7.000mAh dengan dukungan fast charging 100W siap memastikan perangkat tetap hidup seharian penuh. Konfigurasi memori juga tak main-main: LPDDR5X RAM dan UFS 4.0 storage dengan opsi hingga 16GB RAM dan 1TB penyimpanan.

Untuk fotografi, Realme Neo 7 Turbo dilengkapi kamera utama 50MP Sony IMX882 dengan stabilisasi optik (OIS), didukung lensa ultra-wide 8MP dan kamera telefoto 50MP. Spekulasi beredar bahwa ini mungkin versi rebrand dari Realme GT 7 yang akan diluncurkan minggu depan di pasar global.

Pesaing Baru di Segmen Mid-Range

Kehadiran Realme Neo 7 Turbo dengan chipset Dimensity 9400e bisa mengubah peta persaingan di segmen mid-range. Dengan skor benchmark yang mendekati flagship premium namun harga yang lebih terjangkau, perangkat ini berpotensi menarik minat gamer dan power user.

Bandingkan dengan Snapdragon 7+ Gen 2 yang mencapai 1 juta poin di AnTuTu, performa Dimensity 9400e di Neo 7 Turbo tampak jauh lebih unggul. Namun, kita perlu menunggu pengujian independen untuk memastikan klaim Realme.

Peluncuran pada 29 Mei nanti akan menjadi momen penting bagi Realme untuk memperkuat posisinya di pasar smartphone performa tinggi. Apakah Anda termasuk yang menantikan kehadiran Realme Neo 7 Turbo ini?