Telset.id,Jakarta – Sepertinya ungkapan yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang diciptakan ke dunia ini bermanfaat benar adanya. Bahkan air seni atau urin sekalipun. Percaya tidak percaya, para peneliti dari Universitas Cape Town bahkan telah mengembangkan biokimia pertama di dunia yang terbuat dari urin manusia.
Dari hasil studi ini, diketahui bahwa kelak rumah kita dapat dibangun dengan menggunakan batu bata yang terbuat dari air seni atau urin manusia. Batu bata ini dibuat melalui proses alami, yang disebut presipitasi karbonat mikroba.
Dalam proses ini, seperti dilaporkan Mirror, Sabtu (3/11/2018), pasir akan dijajah oleh bakteri, yang secara alami menghasilkan enzim yang disebut urease. Urease ini memecah urea dalam urin, dan menghasilkan kalsium karbonat, yang akan membentuk pasir menjadi bentuk yang diinginkan.
Hebatnya, seluruh proses pembuatan batu bata dari urin ini dapat dilakukan pada suhu kamar. Tentu saja ini merupakan kabar baik bagi lingkungan dan pemanasan global.
Jika digunakan sebagai bahan bangunan, klien dapat memilih seberapa kuat batu bata yang mereka inginkan.
“Jika seorang klien menginginkan batu bata yang 40 persen lebih kuat dari batu bata kapur, ia hanya perlu membiarkan bakteri itu untuk membuat padatan lebih kuat dengan ‘menumbuhkannya’ lebih lama,” kata Dr Dyllon Randall, seorang anggota tim yang bekerja pada proyek ini.
“Semakin lama Anda mengizinkan bakteri kecil untuk membuat semen, semakin kuat produk yang akan dihasilkan. Kami dapat mengoptimalkan proses itu,” ujarnya.
Dia menambahkan, dalam proses pembuatan batu bata juga menghasilkan nitrogen dan kalium yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk komersial. Secara keseluruhan, kata Dr Randall, ini akan secara efektif menghasilkan zero waste, alias bebas sampah.
Dia mengtatakan, selama ini belum banyak yang melihat urin manusia sebagai sebuah potensi yang dapat menghasilkan produk yang berguna. Tantangan berikutnya adalah bagaimana melakukannya secara optimal sehingga keuntungan dapat diperoleh dari pengolahan air seni manusia ini.
Tidak hanya itu saja, saat ini rintangan terbesar adalah pada penerimaan sosial tentang pengunaan urin manusia. “Saat ini kami hanya mengumpulkan urin dari urinal pria karena itu diterima secara sosial. Tapi bagaimana dengan separuh populasi lainnya?” imbuhnya. [BA/IF]