Lupa Password
Bagaikan pepatah tak ada gading yang tak retak, begitulah yang terjadi pada Jon Koum. Walaupun dikenal sangat pintar dan ahli pemrograman dan enkripsi dengan belajar sendiri alias otodidak, namun dia tetap memiliki kekurangan yang cukup memalukan, yakni pelupa. Bahkan Koum mengaku bahwa dirinya sering sekali lupa password ketika akan login ke suatu layanan.
Misalnya ketika akan login ke akun Skype miliknya, Dia sampai mencoba beberapa kali untuk login, namun itu sia-sia. Kaoum juga nampaknya malas untuk me-reset kembali password akun miliknya.
Tak seperti orang lain, kekurangan ini justeru menjadi senjata mematikan, yang nantinya berguna untuk terus bersaing dalam kompetisi di dunia persilatan media sosial. Bagaimana caranya? Dengan membuat aplikasi yang aman namun tidak memakai kata sandi alias password untuk mengaksesnya.
Sebagai gantinya, WhatsApp menggunakan nomor telepon pengguna untuk masuk atau login. Cara ini dianggap menjadi terobosan baru karena menjadikan aplikasi ini sangat mudah diakses, tidak seperti Skype atau Gtalk yang mewajibkan penggunanya mendaftar terlebih dulu menggunakan akunt.
BBM sebenarnya juga melakukan hal yang sama, tapi hanya terbatas pada perangkat BlackBerry sehingga membuat pengguna tidak merasa puas karena hanya terbatas pada perangkat satu merek.
Setelah bercokol di App Store, pada Januari 2010 WhatsApp muncul di BlackBerry Store disusul Play Store untuk Android pada Agustus tahun yang sama.
Meskipun status WhatsApp telah diubah dari gratis ke berbayar, popularitas WhatsApp tetap melesat cepat di hampir semua platform. Pada Februari 2013, pengguna aktif WhatsApp tercatat mencapai angka 200 juta.
Angka ini membengkak dua kali lipat pada Desember dan naik lagi menjadi 500 juta pada April 2014. Pada September 2015, pengguna aktif WhatsApp naik hampir dua kali lipat hingga tercatat mencapai 900 juta.
Kinerja aplikasi super moncer ini pastinya menarik perhatian para perusahaan raksasa internet, termasuk Facebook. Bak cerita drama sinetron, WhatsApp Inc menerima pinangan Facebook dengan mahar sebesar USD 19 miliar atau mencapai Rp 265 triliun.
Padahal perusahaan pimpinan Mark Zuckerberg itu telah menolak lamaran kerja Koum dan Acton ta lama setelah berhenti dari Yahoo.
Pasca berganti kepemilikan perusahan, Facebook tidak melakukan banyak perubahan pada WhatsApp. Pemasangan aplikasi ini tetap dipatok banderol per tahun dan tanpa iklan, tak seperti yang ditakutkan oleh banyak orang. [WS/HBS]