Telset.id, Jakarta – Twitter menghapus lebih dari 10.000 akun yang diduga kuat telah memprovokasi warga negara Amerika Serikat (AS) agar golput pada pemilu. Kebijakan tersebut dilakukan pada akhir September dan awal Oktober 2018.
“Kami menindak akun dan aktivitas yang relevan di Twitter,” kata Jurubicara Twitter dalam pesan email, seperti dikutip Telset.id dari Reuters, Minggu (4/11/2018).
Informasi menyebut, jumlah akun yang dihapus itu masih rendah ketimbang sebelumnya. Beberapa waktu lalu, Twitter menghapus jutaan akun yang menyebarkan hoaks terkait pemilihan presiden AS pada 2016.
Penghapusan tersebut dinilai sebagai kemenangan awal terhadap upaya pantang menyerah Komite Kampanye Kongres Partai Demokrat, partai politik yang mendukung kandidat maju sebagai anggota legislatif AS.
Komite Kampanye Kongres Partai Demokrat meluncurkan program itu pada tahun ini sebagai respons atas ketidakmampuan menghadapi jutaan akun di Twitter dan platform media sosial lain yang menyebarkan berita bohong tentang Hillary Clinton saat Pilpres 2016.
Sejauh ini, kampanye melalui pemberitaan hoaks belum terlalu ramai meski pemilihan legislatif tinggal berlangsung 6 November 2018 besok. Partai Demokrat berharap, pembersihan akun bisa membantu mengantisipasi berita palsu.
Dua sumber Reuters mengungkapkan bahwa terdapat kicauan dari simpatisan Partai Demokrat yang mengajak orang lain untuk golput. Tujuannya, tak lain untuk menghilangkan suara dari kaum perempuan AS.
Untuk mengantisipasinya, dikembangkanlah sistem indentifikasi untuk melaporkan akun-akun jahat secara otomatis di media sosial. Sistem tersebut dikenal sebagai Hoaxley dan Batometer yang dikembangkan oleh peneliti komputer di Universitas Indiana. [SN/IF]