Telset.id, Jakarta – Berapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk Facebook, Instagram, Snapchat atau jenis jejaring sosial lainnya dalam sehari? Jika itu terlalu banyak, dan Anda mulai merasa kecanduan atau mengalami FOMO (Fear Of Missing Out), mengurangi kebiasaan tersebut mungkin ada baiknya.
Mengacu pada sebuah penelitian yang akan dipublikasikan dalam Journal of Social and Clinical Psychology, membatasi diri dari penggunaan media sosial, misalnya Facebook dan Instagram, setidaknya 10 menit dalam sehari, akan sangat bermanfaat. Ini terbukti setelah dilakukan pengujian terhadap 143 pengguna media sosial selama tiga minggu.
Peserta secara acak membuat kelompok eksperimental yang membatasi atau mengurangi waktu mereka dengan Facebook, Snapchat, dan Instagram, hingga 10 menit per platform per hari.
Hasilnya, mereka yang membatasi keterlibatan di media sosial mengaku lebih sedikit mengalami FOMO, kecemasan, depresi, dan kesepian.
“Hasil dari eksperimen kami sangat menyarankan bahwa membatasi penggunaan media sosial memang memiliki dampak langsung dan positif terhadap kesejahteraan subjektif dari waktu ke waktu, terutama sehubungan dengan penurunan kesepian dan depresi,’ jelas para peneliti dari University of Pennsylvania.
Penelitian ini bertujuan untuk membangun hubungan kausal yang jelas antara pengurangan penggunaan media sosial, dan perbaikan dalam kesepian dan depresi. Sungguh ironis, namun ternyata mengurangi penggunaan media sosial akan membantu seseorang berhubungan dengan orang lain, dan membantu orang yang kesepian dan tertekan.
Tampaknya, bahkan Facebook sendiri sadar bahwa terus menggunakan media sosial mungkin bukan hal baik.
“Singkatnya, penelitian kami dan literatur akademis lainnya menunjukkan bagaimana Anda menggunakan media sosial yang penting ketika menyangkut kesejahteraan Anda,” tulis direktur penelitian Facebook, David Ginsberg dan peneliti Facebook, Moira Burke, tahun lalu.
Menariknya, meskipun penelitian Pennsylvania mengungkapkan bahwa orang akan memiliki lebih sedikit FOMO ketika mengurangi penggunaan media sosial, para peneliti tidak menjelaskan alasannya. Hal ini kemungkinan karena orang kerap membandingkan dirinya dengan orang lain, dan lebih sering fokus pada hal negatif ketimbang positif.
Penelitian serupa oleh University of Derby, yang ditulis bersama oleh Dr Zaheer Hussain, seorang dosen senior di bidang psikologi, mengatakan bahwa ‘kepuasan hidup’ dapat dipengaruhi oleh berbagai pengalaman terkait jejaring sosial. Studi ini didasarkan pada sampel dari 196 pengguna Facebook, dengan usia rata-rata 31 tahun, yang mengikuri survei online yang terdiri dari berbagai tes psikometrik untuk menilai kemampuan mental dan gaya perilaku mereka.
“Dalam penelitian kami, pengikut pasif di Facebook adalah hal yang umum di antara para peserta,” kata Dr. Hussein.
“Pasif berikut tidak berkontribusi pada komunikasi di antara pengguna, dan hanya memberikan perasaan terhubung. Satu penjelasan untuk pengikut yang pasif bisa jadi teman-teman online yang Anda tuju tidak selalu orang yang Anda inginkan untuk tetap berhubungan,” katanya.
Hal ini, kata Hussein, terutama berlaku bagi mereka yang hanya menggunakan Facebook untuk tujuan profesional. Mereka ingin agar karya mereka ditampilkan kepada sebanyak mungkin orang, termasuk mereka yang mungkin tidak ingin diajak berteman. [BA/IF]