Telset.id, Jakarta – Anda yang merasa terganggu oleh rekan kerja di ruang kantor terbuka yang bisa melihat semuanya, sepertinya tidak sendirian. Dibandingkan dengan ruang kantor tradisional, interaksi tatap muka di ruang kantor jenis ini justru turun 70 persen diiringi dengan merosotnya tingkat produktivitas.
Hal ini diungkapkan oleh survei canggih para peneliti Universitas Harvard dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Philosophical Transactions of the Royal Society B bulan ini, seperti dilansir techcrunch, Sabtu (15/7/2018).
Dalam studi tersebut, para ahli meneliti dua perusahaan dalam kategori Fortune 500 yang dirahasiakan, selama masa transisi antara ruang kantor tradisional ke lingkungan terbuka. Mereka menggunakan sensor yang disebut lencana sosiometrik atau sosiometric badge, berbentuk seperti kartu Identitas perusahaan, untuk mencatat informasi rinci tentang jenis interaksi karyawan di kedua jenis ruang kantor.
Studi ini mengumpulkan informasi dalam dua tahap, yakni selama beberapa minggu sebelum renovasi dan yang selama beberapa minggu setelahnya. Konsep dibalik ruang kantor terbuka sendiri ditujukan untuk mendorong interaksi informal dan kolaborasi di antara karyawan.
Hasilnya, peneliti menemukan bahwa kedua kelompok karyawan yang dimonitor (52 untuk satu perusahaan dan 100 untuk perusahaan lain) memiliki penurunan dalam interaksi tatap muka. Sebaliknya, jumlah e-mail yang dikirim meningkat antara 20 hingga 50 persen dan eksekutif perusahaan melaporkan penurunan produktivitas secara kualitatif.
“(perusahaan) Mengubah arsitektur kantor mereka menjadi ruang terbuka dengan maksud untuk menciptakan lebih banyak interaksi (tatap muka) dan dengan demikian menciptakan lingkungan kerja yang lebih hidup,” kata Peneliti Ethan Bernstein dan Stephen Turban.
“(tetapi) Apa yang mereka dapatkan, seperti yang ditangkap oleh artikel berita yang menyatakan kematian kantor terbuka, adalah hamparan terbuka dimana kemungkinan karyawan memilih untuk mengisolasi diri sebaik mungkin (misalnya dengan memakai headphone besar) sambil tampil sesibuk mungkin (karena semua orang bisa melihatnya)” tambah mereka.
Walaupun ini bukan studi pertama yang menuding desain ruang kantor terbuka, para peneliti mengklaim ini adalah studi pertama dari jenis yang sama untuk mengumpulkan data kualitatif tentang perubahan dalam lingkungan kerja, daripada mengandalkan survei karyawan.
baca juga: Survei: Pengguna ‘Medsos’ Belum Merasa Kecanduan
Dari hasil ini, para peneliti memberikan tiga peringatan. Pertama ruang kantor terbuka tidak benar-benar mempromosikan interaksi. Sebaliknya, ini menyebabkan karyawan mencari privasi di mana pun mereka dapat menemukannya.
Kedua, ruang terbuka ini bisa menciptakan kabar buruk untuk kecerdasan perusahaan kolektif atau dengan kata lain ruang kantor yang menyusut atau hilang menciptakan penurunan produktivitas organisasi.
Sedangkan ketiga adalah tidak semua saluran interaksi akan berpengaruh sama dalam perubahan tata ruang terbuka.
Walaupun jumlah e-mail yang dikirim dalam penelitian itu meningkat, studi ini menemukan bahwa kekayaan interaksi ini tidak sama dengan yang hilang dalam interaksi tatap muka. [WS/IF]
Sumber: Techcrunch