Telset.id, Jakarta – Tobi Walsh, seorang pakar sekaligus akademisi dari Universitas New South Wales, Australia mengatakan butuh waktu sekitar 50 tahun bagi AI atau Artificial Intelligence untuk bisa sama pintarnya dengan manusia. Ia menyebut, tahun 2062 akan menjadi tahun ketika ciptaan manusia mulai melampaui tuan mereka.
Peneliti ini mengaku bahwa perkiraan itu tidak membuatnya tenang dan mendesak manusia untuk segera membuat persiapan guna menghadapi era kebangkitan mesin.
“Saya mulai sedikit gugup dengan perkembangannya dan menentukan pilihan penting yang harus kita buat,” katanya dalam sebuah acara yang disebut Festival of Dangerous Ideas.
Dia juga mengaku takut akan munculnya robot pembunuh otonom, yang sengaja dirancang untuk membunuh dan melukai tanpa perlu dikendalikan oleh manusia.
“Mesin tidak memiliki moral, mereka bukan makhluk hidup, mereka tidak merasakn kesakitan dan mereka tidak dapat dihukum,” kata Walsh sepeti dilansir Metro.co.uk.
“Ini membawa kita ke wilayah hukum baru, mengenai siapa yang akan bertanggung jawab, dan tidak ada jawaban yang sederhana. Mesin-mesin otonom ini sepenuhnya akan secara radikal mengubah sifat peperangan dan akan menjadi revolusi ketiga dalam peperangan,” katanya.
Walsh mengingatkan soal malapetaka dan kesuraman akibat AI. Dia mengatakan bahwa kiamat tidak selalu tak terhindarkan. Masa depan tidak tetap, dia terus berkembang.
“Ada gagasan bahwa teknologi akan membentuk masa depan kita dan bahwa kita harus menghadapinya. Tetapi ini adalah gambaran yang salah, masyarakat harus mendorong dan mengubah teknologi,” jelasnya.
Elon Musk dan almarhum Profesor Stephen Hawking adalah beberapa ahli yang telah memperingatkan tentang konsekuensi dari pengembangan AI lebih lanjut.
Awal tahun ini, Musk mengatakan tidak ada cara untuk mengetahui bagaimana AI akan berkembang setelah ‘singularitas’, yang merupakan titik di mana komputer mencapai kecerdasan super dan mulai melampaui kecakapan intelektual manusia. [BA/IF]
