JAKARTA – Intelijen Amerika Serikat (AS) dan Intelijen Inggris baru-baru ini dituduh melakukan peretasan ke sejumlah pabrikan kartu SIM besar dunia. Menurut sebuah website di AS. Peretasan ini ditujukan untuk mencuri kode kartu SIM, sehingga dua intelijen ini bisa mencuri dengar semua percakapan pengguna kartu SIM melalui perangkat mobile di dunia.
Seperti dikutip dari BBC, (23/02/2015), laporan dari The Intercept menyebutkan bahwa rahasia ini bocor dari kontraktor intelijen AS dan disuarakan oleh Edward Snowden.
Pabrikan SIM yang dijadikan target operasi adalah perusahaan Belanda bernama Gemalto. Pihak Gemalto menilai hal ini merupakan hal serius yang harus ditangani.
Saat ini, Gemalto beroprasi di 85 negara dan memiliki lebih dari 40 fasilitas pabrik. Menurut The Intercept, dengan peretasan data ini, agen mata-mata Inggris dan AS bisa dengan mudah menelisik dan memonitor secara rahasia sebagian besar percakapan penduduk dunia, baik untuk komunikasi suara dan data.
Peretasan dilakukan dengan mencuri kunci enkripsi yang memudahkan agen mata-mata untuk melakukan kode ulang data yang melewati antara mobile phone dan menara telekomunikasi.
Menurut The Intercept, beberapa klien besar Gemalto antara lain beberapa perusahaan telekomunikasi besar di AS, yakni AT&T, T-Mobile, Verizon, dan Sprint. Selain itu, klien Gemalto juga mencakup 450 provider di seluruh dunia. [AI/IF]