Viral Chat Audio WhatsApp Bisa Bobol Rekening? Ini Faktanya

REKOMENDASI

ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Pesan berantai di WhatsApp tentang bahaya mengklik chat audio yang bisa membobol rekening bank viral dalam beberapa hari terakhir. Namun, pakar keamanan siber menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar dan menyesatkan.

Pesan yang tersebar luas itu memperingatkan pengguna untuk tidak mengklik tombol “Gabung” dalam voice chat grup WhatsApp. Klaimnya, fitur tersebut bisa dimanfaatkan hacker untuk menguras rekening korban atau menjebak mereka dalam modus pinjaman uang. Beberapa versi bahkan menyebut perangkat akan di-hack permanen setelah mengklik.

Chat Audio WhatsApp

Alfons Tanujaya, pakar keamanan siber dari Vaksincom, membantah klaim tersebut. “Voice chat itu fitur resmi WhatsApp, bukan celah untuk hacker masuk ke rekening,” tegas Alfons kepada Telset.id. Ia menjelaskan, voice chat hanya tersedia untuk grup dengan lebih dari 32 anggota dan berfungsi seperti obrolan suara biasa.

“Kalau grupnya kecil, enggak muncul. Tapi kalau lebih dari 33 orang, maka voice chat tersedia. Tidak ada cara teknis bagi hacker untuk mengakses rekening bank hanya karena mengklik tombol ‘Gabung’,” jelas Alfons.

Meski fitur voice chat tidak berbahaya, Alfons mengingatkan pengguna untuk tetap waspada terhadap modus social engineering. Misalnya, akun yang menyamar sebagai teman lalu meminta pinjaman uang. “Kalau ada orang yang tiba-tiba minta pinjam uang, padahal nomornya sama dengan teman kita, itu yang harus diwaspadai. Itu akun yang diambil alih, bukan karena klik audio chat,” ujarnya.

Alfons juga menekankan bahwa perangkat yang benar-benar diretas biasanya tidak menunjukkan gejala mencolok. “Justru kalau kena hack malah tidak kelihatan sama sekali. Paling HP jadi lambat, baterai cepat habis – tapi itu sulit diidentifikasi dengan tepat,” jelasnya.

Menurutnya, yang lebih perlu diwaspadai adalah modus penipuan berbasis rekayasa sosial, seperti:

  • Mengaku dari kantor pajak dengan klaim tagihan pajak dan meminta korban mengklik tautan berbahaya.
  • Mengaku dari kepolisian untuk menakut-nakuti korban agar mengikuti arahan.
  • Mengaku dari Dukcapil, meminta pembayaran materai untuk update data kependudukan dengan tujuan mencuri kredensial mobile banking.

Kasus-kasus serupa seperti serangan ransomware pada server PDN atau kebocoran data GTA VI menunjukkan bahwa teknik rekayasa sosial masih menjadi ancaman utama di dunia siber.

Alfons menyarankan pengguna untuk selalu memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya dan tidak mudah percaya pada pesan berantai yang tidak jelas sumbernya. “Fokuslah pada penipuan yang lebih nyata dan sering terjadi, bukan pada rumor yang tidak berdasar,” pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI

HARGA DAN SPESIFIKASI