Twitter Cekal Botnet “Dracula” Propaganda Pro-China

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta  – Twitter telah menangguhkan atau membatasi hampir 3.000 akun yang ditautkan ke botnet “Drakula” yang mendorong propaganda politik pro-China. Jaringan akun itu kali pertama ditemukan oleh Graphika, grup riset media sosial.

Setiap akun botnet “Drakula” menggunakan kutipan dari novel karya Bram Stoker yang terbit pada 1897 untuk deskripsi dan dua cuitan pertama. Mereka mengatakan bahwa operasi tersebut hanya berhasil mengumpulkan tidak lebih dari 3.000 akun.

{Baca juga: Facebook Labeli Media yang Terafiliasi Pemerintah Rusia dan China}

Ben Nimmo, seseorang yang ikut melaporkan akun botnet dalam postingan blog Graphika, mengatakan bahwa akun-akun itu telah dihapus sejak 20 Agustus 2020 lalu. Demikian lapor New York Post, dikutip Telset.id, Minggu (30/8/2020).

Nimmo mengatakan, Twitter telah menghapus sebagian besar akun botnet “Drakula” dan membatasi orang lain untuk memposting konten baru. Tidak jelas apakah botnet ditangguhkan oleh algoritma Twitter. Mungkin media sosial itu intervensi secara manual.

Nimmo mengatakan, amplifikasi tersebut tidak mungkin menjangkau pengguna asli. Kendati demikian, mereka menyoroti cara di mana akun palsu dan spam  memengaruhi operasi secara tumpang tindih dan memperkuat satu sama lain.

“Akun palsu seperti ini adalah plankton di lautan disinformasi. Mereka tampak tidak signifikan secara individual, tetapi dapat memberi “makan” operasi yang lebih besar dan lebih canggih,” tulis Nimmo.

{Baca juga: Twitter Diminta Tutup Akun yang “Kotori” China}

“Mereka juga dapat mengungkapkannya jika sekumpulan akun tidak autentik yang memberikan amplifikasi komersial tiba-tiba berubah menjadi tema geopolitik,” imbuhnya.

Sebelumnya, Facebook juga menyatakan akan mulai melabeli perusahaan media yang terafiliasi dengan pemerintah Rusia dan China. Musim panas ini, Facebook akan memblokir iklan yang menyasar AS.

Menurut daftar parsial yang tersedia, Facebook akan menerapkan label media pemerintah Rusia dan China, seperti Sputnik Rusia, Press TV Iran, dan Xinhua News China. Label akan diterapkan di sekitar 200 halaman awal.

Meski demikian, Facebook tidak akan memberi label di organisasi berita mana pun yang berbasis di AS. Facebook menegaskan, media yang dikelola pemerintah AS diyakini memiliki independensi editorial.

Nathaniel Gleicher, kepala kebijakan keamanan siber Facebook, mengatakan, perusahaan mengaku gagal menghentikan penggunaan platform Rusia untuk ikut campur dalam pemilihan presiden AS empat tahun lalu.

{Baca juga: China Mainkan Propaganda Lewat Game Demo Hong Kong}

Sejak saat itu, Facebook meningkatkan keamanan dan memberlakukan persyaratan transparansi lebih luas untuk halaman dan iklan di platform. Facebook bahkan beberapa kali mengatur mengenai iklan terkait politik. [SN/HBS]

Simak video terbaru “REALME X50 PRO UNBOXING: HP Harga 11 Jutaan, Sebagus Apa Sih?”:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI