Jakarta – Operator telekomunikisi PT Hutchinson 3 Indonesia (Tri) mulai ancang-ancang menggelar layanan 4G LTE (Long Term Evolution). Meski berusia paling muda, namun Tri mengklaim infrastruktur dan teknologi yang mereka miliki telah berstandar dan siap mengaplikasi teknologi LTE.
“Saat ini kami memiliki teknologi yang terdepan dan terbaik dalam bidang layanan Data dengan kekuatan 30.000 BTS, dimana 14.000 diantaranya adalah node B yang 70% diantaranya memiliki kapasitas jaringan hingga 42mbps dan sisanya BTS 2G,” klaim Manjot Mann Presiden Direktur Tri beberapa waktu lalu di Bandung.
Dia mengakui bahwa ada beberapa tantangan serius yang harus dihadapi dalam menggenapi peran Tri sebagai salah satu pemain utama di pasar ini, salah satunya adalah regulasi pemerintah berkenaan dengan spektrum.
Dengan peran spektrum sebagai salah satu sumber daya penting dalam penyediaan layanan data, Tri berharap ke depannya pemerintah bisa menetapkan aturan yang menciptakan kompetisi sempurna bagi seluruh pihak yang terkait.
“Infrastruktur dan teknologi yang kami miliki semuanya telah berstandar dan siap mengaplikasi teknologi LTE, namun untuk menerapkan LTE ada dua elemen krusial yang kami butuhkan, yakni kesiapan perangkat dan spektrum,” tandasnya.
Ia mengungkapkan pihaknya telah siap untuk berinvestasi dalam hal pengadaan perangkat. “Sekarang kami menunggu langkah pemerintah untuk menentukan realokasi spektrum yang akan digunakan oleh Indonesia untuk teknologi LTE,” ucap Mann.
Seperti layaknya yang sudah diaplikasi global market, Tri berharap LTE dapat diaplikasikan di spektrum 1800. “Harapan kami tentunya pemerintah mampu bijak dalam menetapkan alokasi jatah spektrum yang sesuai porsi bagi seluruh provider telekomunikasi,” tambahnya.
Pernyataan ini juga diamini oleh Erick Thohir, Wakil Presiden Komisaris Tri Indonesia. Penguasaha yang mengakuisisi 35% saham Hutchinson 3 Indonesia di awal tahun ini mengatakan, bahwa Tri sudah lebih dari siap untuk mengimplementasikan teknologi LTE, tetapi diakuinya Tri membutuhkan spektrum.
“Tentunya kami tidak memiliki niat apapun untuk mendesak pemerintah, kami hanya berharap pemerintah bisa bijak dengan memberikan kesempatan yang adil bagi semua provider dengan menyeimbangkan ulang dan revisi alokasi spectrum,” tegas Erick.
Menurut pengusaha yang juga baru saja membeli 70% saham klub sepakbola Inter Milan itu Indonesia adalah sebuah pasar yang sedang berkembang dengan potensi yang sangat besar terutama di segmen anak muda. Dan dengan pertumbuhan signifikan akan kebutuhan data untuk social media, internet serta video membuat Indonesia sebagai pasar potensial bagi industri telekomunikasi.
“Saya percaya, Tri dan saya berbagi visi jangka panjang yang sama untuk Indonesia dalam hal industri telekomunikasi. Kita meyakini bahwa pasar Indonesia masih bisa menampung satu lagi pemain utama untuk menyediakan jasa telekomunikasi di pasar yang sangat besar ini,” pungkas Erick.[HBS]