Telset.id – Industri 4.0 menjadi era baru yang tak mungkin terelakkan lagi. Perkembangan teknologi yang sangat cepat menuntut semua pihak untuk siap menyambutnya, mulai dari setiap individu, perusahaan, hingga pemerintah. Indonesia sudah mulai menyiapkan peta jalan untuk beberapa sektor dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0, agar mampu bersaing di tingkat global.
Presiden Indonesia Joko Widodo telah mengambil inisiatif yang tepat untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 dengan mencanangkan “Making Indonesia 4.0” yang diluncurkan pada awal April 2018 lalu.
Roadmap yang dirancang oleh Kementerian Perindustrian RI itu menjadi arah kebijakan pemerintah untuk meningkatkan posisi daya saing Indonesia dari urutan ke-41 menjadi urutan ke-39 dunia dari 138 negara yang tercatat pada Global Competitiveness Report tahun 2016–2017.
Mungkin masih banyak orang yang belum mengerti apa yang dimaksud dengan Industri 4.0. Untuk bisa membahasnya, kita harus membuka lagi sejarah munculnya gelombang revolusi industri yang terjadi sebelumnya.
Revolusi Industri
Ketika membahas Industri 4.0, kita tidak bisa lepas dari gelombang revolusi industri yang terjadi di era sebelumnya. Gelombang revolusi industri dimulai pada paruh kedua abad ke-18 ketika tenaga uap mulai banyak digunakan untuk mekanisasi produksi. Pergeseran dari masyarakat agraris (bertani dan berkebun) menjadi masyarakat industri inilah disebut sebagai Revolusi Industri 1.0.
Selanjutnya era Revolusi Industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20 atau dimulai sekitar tahun 1870 hingga 1914, yang ditandai dengan berkembangnya produksi masif oleh industri. Di era ini, produksi besar-besaran telah disuplai energi listrik, sehingga proses industri semakin efisien. Kemajuan teknologi pada periode ini telah melahirkan telepon, bola lampu, piringan hitam, dan mesin pembakaran dalam.
Dunia kemudian masuk ke Revolusi Industri 3.0, atau dikenal juga sebagai Revolusi Digital, yang mengacu pada perkembangan teknologi dari perangkat analog menjadi digital yang dimulai tahun 1970 hingga saat ini. Debut revolusi industri generasi ketiga ditandai dengan ditemukannya pengontrol logika terprogram pertama (PLC), yakni modem 084–969.
Dengan sistem otomatisasi berbasis komputer ini membuat mesin industri tidak lagi dikendalikan manusia, yang membuat ongkos produksi dapat lebih ditekan. Pada era Revolusi Industri 3.0 ini kita mulai mengenal PC komputer, internet, dan teknologi informasi dan komunikasi yang kita gunakan hingga saat ini.
Revolusi Industri 4.0
Konsep Revolusi Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh ekonom sekaligus penggagas World Economic Forum (WEF), Profesor Klaus Schwab. Lewat bukunya “The Fourth Industrial Revolution”, ekonom asal Jerman ini mengatakan bahwa Revolusi Industri 4.0 secara fundamental dapat mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berhubungan satu dengan yang lain.
Ia menyebutkan bahwa Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan perpaduan teknologi yang mengaburkan garis antara bidang fisik, digital, dan biologis. Schwab menjelaskan bahwa dunia akan memasuki peradaban baru, dimana digitalisasi dan kecerdasan buatan akan berdampak besar serta mendisrupsi setiap lini industri dalam sistem produksi, manajemen, bahkan penentuan kebijakan.
Awal 2018 disebut-sebut sebagai era dimulainya Revolusi Industri 4.0, dimana industri akan menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Pada periode ini, kita akan melihat dimensi kemajuan teknologi yang sedang dan akan terjadi antara lain robotika, kecerdasan buatan (artificial intelligence), blockchain, nanoteknologi, quantum computing, Internet of Things (IoT), teknologi 5G, 3D printing, dan kendaraan tanpa awak atau mobil otonom.
Dunia kini telah memasuki era baru Industri 4.0, yang memaksa semua orang di seluruh dunia, termasuk Indonesia, mau tak mau akan mengalami transisi revolusi teknologi yang berpengaruh kepada cara hidup, bekerja, dan berhubungan antara satu dengan lain.
Indonesia harus memahami dan bertindak secara bijaksana untuk menyikapi Revolusi Industri 4.0. Seluruh elemen yang terkait mulai dari pemerintah, pelaku industri, akademisi, hingga masyarakat luas harus memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki serta potensi dan tantangan yang akan ditimbulkan oleh kemajuan teknologi ini.
Making Indonesia 4.0
Pemerintah Indonesia sudah mulai berbenah menyambut perubahan industri dengan meluncurkan roadmap ‘Making Indonesia 4.0’ pada April 2018 lalu. Peta jalan yang dibuat pemerintahan Joko Widodo ini sebagai strategi untuk memuluskan langkah Indonesia menjadi salah satu kekuatan baru di Asia.
Roadmap ini akan memberikan arah yang jelas bagi arah industri nasional di masa depan, dengan fokus pada pengembangan sektor prioritas yang akan menjadi kekuatan Indonesia menuju Industri 4.0. Ada lima sektor yang dipilih untuk diprioritaskan dalam program Revolusi Industri 4.0, yakni sektor makanan dan minuman, tekstil, otomotif, kimia, dan elektronik.
Dipilihnya kelima sektor tersebut karena selain pelaksanaannya yang lebih mudah dan sudah lebih siap, kelima sektor tersebut juga dianggap dapat memberikan dampak yang besar bagi pertumbuhan industri dan ekonomi Indonesia.
Menurut Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto bahwa kelima sektor tersebut juga memiliki kontribusi yang besar terhadap ekspor, tenaga kerja, dan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Telkomsel Sambut “Making Indonesia 4.0”
Operator seluler menjadi salah satu pemain utama atau bisa juga disebut sebagai tulang punggung suksesnya roadmap ‘Making Indonesia 4.0’ yang dicanangkan pemerintah. Bicara soal operator seluler, maka nama Telkomsel tak mungkin bisa dilepaskan dari hajatan besar ini. Sebagai operator terbesar di Tanah Air, Telkomsel memiliki kemampuan untuk membawa Indonesia ke dunia baru yang disebut Revolusi 4.0.
Berstatus sebagai perusahaan “pelat merah”, komitmen Telkomsel untuk mendukung roadmap ‘Making Indonesia 4.0’ tak perlu diragukan lagi. Bentuk dukungan yang diberikan Telkomsel dapat kita lihat dari berbagai layanan digital yang telah mereka kembangkan, termasuk yang paling ditunggu-tunggu, yakni teknologi 5G. Meski baru sebatas uji coba, namun anak usaha Telkom Grup ini telah mulai menunjukkan kesiapannya untuk menggelar teknologi 5G di Indonesia.
Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah mengatakan, bahwa Telkomsel akan terus berupaya membangun Indonesia dengan berinvestasi menghadirkan teknologi 5G, demi meningkatkan produktivitas dan efisiensi yang sejalan dengan upaya pemerintah menuju Indonesia 4.0.
Baca juga: Telkomsel Dukung “Making Indonesia 4.0” dengan Teknologi 5G
“Melalui 5G, Telkomsel akan menghadirkan berbagai revolusi industri yang akan memperkuat Indonesia dalam berbagai bidang,” ujar Ririek saat peluncuran Telkomsel 5G Experience Center di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta beberapa waktu lalu.
Digital Telecommunication Company
Meski lebih dikenal sebagai operator seluler, namun sejak beberapa tahun terakhir Telkomsel telah men- declare sebagai digital telecommunication company. Tentunya klaim itu tak hanya asal “ngecap”, karena Telkomsel membuktikannya dengan membangun ekosistem digital yang menjadi fondasi utama mereka.
Hal itu bisa terlihat dari langkah Telkomsel yang memperluas portofolio layanan digitalnya, seperti Digital Lifestyle, Mobile Financial Services, Digital Advertising, Digital Banking, Big Data dan Internet of Things (IoT).
Untuk Digital Lifestyle, Telkomsel terlihat fokus menjadi penyedia mobile entertainment terkemuka di Indonesia melalui VAS, Music, Video, Games & Market Place, dan sebagainya.
Sementara produk andalan dari Mobile Financial Services Telkomsel adalah TCash, yang hingga bulan Maret 2018 telah memiliki 20 juta pelanggan yang terdaftar. Lewat TCash, operator yang identik dengan warna merah ini ingin mewujudkan inklusi keuangan dan less-cash society di Indonesia, serta mengimplementasikan layanan untuk banked segment dan unbanked segment.
Dan yang paling menarik tentu saja adalah layanan IoT yang akan dikembangkan Telkomsel dalam beberapa tahun ke depan dengan memanfaatkan jaringan 5G.
“Layanan IoT Telkomsel ke depan akan menjadi layanan bagi enterprise customers yang menghubungkan perangkat, mesin dan objek yang berisi teknologi internet,” kata Vice President Next Generation Network Taskforce Telkomsel, Ivan Cahya Permana kepada Telset.id di Jakarta, Jumat (4/1/2019).
Layanan IoT Telkomsel
Sebagai perusahaan digital company, Telkomsel sangat tahu bahwa tren IoT sekarang ini tengah berkembang secara global. Itu sebabnya, saat ini Telkomsel menghadirkan banyak layanan dan solusi digital yang dapat meningkatkan perkembangan ekonomi melalui implementasi teknologi IoT.
Telkomsel merupakan operator selular pertama yang mengimplementasi teknologi narrow band Internet of Things (NB-IoT) di Indonesia, melalui layanan bike sharing kolaborasi dengan Universitas Indonesia, layanan smart metering kolaborasi dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan layanan automatic fish feeder kolaborasi dengan eFishery dan Japfa.
Baca juga: Persiapan Gelar 5G, Telkomsel Jajal Teknologi 3GPP Massive IoT
Layanan IoT Telkomsel juga akan menjadi layanan yang tepat bagi enterprise customers yang menghubungkan perangkat, mesin dan objek yang berisi teknologi internet dengan tujuan membantu mengembangkan bisnis mereka.
Selain itu, IoT juga akan membawa masyarakat menjadi lebih maju di semua bidang, mulai dari bidang otomotif dan transportasi, pertanian, pemantauan lingkungan, alat pengukuran pintar (air, gas dan listrik), kota pintar (smart city), parkir, pengelolaan limbah, dan bangunan pintar (sistem alarm dan akses kontrol akses).
“Selain IoT, kami juga menghadirkan MSIGHT sebagai portofolio bisnis Telkomsel yang menghadirkan layanan Telco Big Data,” terang Ivan.
Beberapa layanan Telco Big Data MSIGHT telah dimanfaatkan instansi pemerintah seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk melakukan studi secara lebih efisien dan mendapatkan sudut pandang yang lebih kaya, dimana aplikasinya diterapkan pada studi dampak makroekonomi dari penyelenggaraan Asian Games 2018 lalu.
Telkomsel 5G di Era Industri 4.0
Tadi telah disinggung tentang teknologi 5G. Telkomsel menjadi salah satu operator yang telah berbenah untuk siap menggelar teknologi generasi kelima itu di Indonesia. Menurut Ivan, sejak tahun 2016 Telkomsel telah melakukan serangkaian uji coba teknologi untuk mempersiapkan implementasi teknologi 5G.
Di antaranya implementasi teknologi 4.5G, uji coba Massive IoT & FDD Massive MIMO, uji coba teknologi seluler 1 Gbps, serta uji coba teknologi 5G yang menghasilkan kecepatan 70 Gbps.
Baca juga: Telkomsel Pamer 5G dan Mobil Otonom di Asian Games
Ivan juga menyebutkan bahwa Telkomsel adalah operator yang pertama menghadirkan pengalaman 5G di Indonesia, melalui 5G Experience di kompleks Gelora Bung Karno, selama perhelatan Asian Games 2018 lalu. Di ajang tersebut, Telkomsel memamerkan teknologi 5G yang diimplementasikan melalui autonomous bus atau mobil tanpa sopir, future driving, live streaming dan virtual gaming.
Ivan mengungkapkan bahwa pada saat teknologi 5G akan digelar secara komersial, maka implementasi 5G Telkomsel tidak terbatas hanya layanan telekomunikasi dan kalangan industri saja, namun juga dapat diterapkan di semua bidang, termasuk bagi pengguna layanan seluler Telkomsel.
Nantinya pada saat 5G sudah mulai diimplementasikan, maka IoT akan semakin berkembang secara masif untuk berbagai keperluan. Contohnya, kita akan bisa memantau batas waktu kadaluarsa dari isi kulkas, menyalakan atau mematikan lampu di rumah, mengontrol keamanan properti, dan lain sebagainya.
IoT juga bisa diterapkan untuk keperluan dalam menjadi skala yang besar, seperti smart city. Nantinya, kota-kota pintar akan lebih cepat dan efisien melayani warganya dari urusan transportasi, pendidikan, kesehatan, fasilitas umum, dan lain sebagainya.
Selain itu, dengan kecepatan data berlipat-lipat lebih cepat dari 4G LTE, teknologi 5G memungkinkan akses data di cloud secepat kita mengakses data di internal storage. Dengan begitu, smartphone atau laptop dengan internal storage lebih besar sudah tidak diperlukan lagi, karena kita akan mengandalkan data kita di “awan”.
Dan dengan ekosistem 5G yang spektrumnya nanti sangat lebar, memungkinkan kuota bukan lagi menjadi hambatan, karena kita cukup memiliki koneksi 5G pada smartphone dan tidak perlu lagi dihadapkan dua pilihan, koneksi mobile data atau WiFi. Nantinya cukup mobile data saja.
Kehadiran 5G juga akan mengubah bentuk dan konten media sosial. Jadi, kalau sekarang media sosial hanya dijadikan seperti “katalog” atau brosur produk, nantinya pembelian produk, dengan dukungan layanan fintech akan otomatis ada di dalamnya, sehingga pengguna tak perlu harus berpindah aplikasi dan bisa menjadikan media sosial sebagai one stop shopping.
Begitu 5G akan sangat dirasa kehadirannya bagi para penikmat mobile entertainment, seiring semakin berkembangnya teknologi virtual reality 9VR), augmented reality (AR), dan juga extended reality (XR). Nantinya, game-game VR hi-res akan bisa dinikmati tanpa harus terhubung dengan kabel dan perangkat besar seperti PC atau laptop, semua akan berlangsung secara wireless.
Penambahan augmented reality dan extented reality pada hiburan yang sebelumnya hanya kita saksikan pada film-film fiksi ilmiah, akan mulai mendapatkan bentuk real-nya di era 5G. Game-game berat yang dulunya membutuhkan banyak processing power dari device, akan bisa dinikmati lebih mudah pada perangkat mobile.
Tak hanya itu, bagi penikmat video streaming, 5G akan membuat kenyamanan yang selama ini diimpikan. Pasalnya, 5G akan mengubah kualitas video streaming. Dengan kecepatannya yang masif, konten video resolusi tinggi akan mudah ditonton tanpa buffering. Mobile entertainment akan menjadi bisnis masa depan yang menjanjikan.
Well, Korea dan China akan memulai menggelar layanan 5G di tahun 2019. Indonesia lewat Telkomsel sudah mulai bersiap menyongsong era 5G, sebuah peradaban baru “anti lemot”. Tapi yang perlu diingat, industri dalam negeri dan dunia pendidikan harus didorong untuk berperan lebih aktif.
Karena sebagai bangsa yang besar, sudah waktunya Indonesia tidak boleh hanya menjadi pasar dan pengimpor teknologi saja. Dengan segudang pengalaman, sudah saatnya Telkomsel segera masuk ke “gigi 5” dan tancap gas membawa Indonesia masuki era Industri 4.0. So Telkomsel, are you ready? [HBS]