Telset.id, Jakarta – Kabar tentang Verizon akan mengakuisisi Yahoo akhirnya benar-benar menjadi kenyataan. Hari ini, Selasa (26/7/2016) Yahoo resmi dibeli Verizon. Operator seluler terbesar di Amerika Serikat ini mengakuisisi bisnis inti Yahoo senilai USD 4,83 miliar atau sekitar Rp 63,6 triliun.
Kesepakatan akuisisi kedua perusahaan ini kabarnya telah tercapai pada minggu lalu. Dan setelah membereskan semua urusan menyangkut proses penjualannya, Verizon akhirnya baru mengumumkannya pada hari ini.
“Akuisisi Yahoo akan meletakkan Verizon dalam posisi yang sangat kompetitif sebagai perusahaan media mobile global papan atas dan membantu meningkatkan pemasukan di bidang iklan digital,” kata Lowell C. McAdam, CEO Verizon dalam pernyataan resminya,, Senin (25/7/2016).
Verizon hanya mengakuisisi bisnis bisnis inti Yahoo. Sementara Yahoo sendiri masih memiliki saham 35,5% di Yahoo Jepang senilai USD 8,3 miliar, 15% saham di raksasa e-commerce China Alibaba senilai USD 31,2 miliar serta beberapa paten lain.
Dengan Yahoo resmi dibeli Verizon, maka kini operator terbesar di AS itu menguasai dua perusahaan Internet yang sempat Berjaya, yakni AOL dan Yahoo. Sebelumnya Verizon telah mencaplok AOL pada tahun 2015 lalu, senilai USD 4,4 miliar
Banyak yang mengatakan, pembelian Yahoo ini bertujuan gara Verizon dapat menambah portfolionya dengan tambahan layanan consumer dari Yahoo, yang terdiri dari mesin pencari, news, finance, sport, video, email dan jejaring sosial Tumblr.
Dengan menguasai AOL dan Yahoo, maka Verizon kini berambisi bisa masuk ke jajaran tiga besar dalam hal pemasukan dari iklan digital, setelah Google dan Facebook.
Yahoo pertama kali didirikan pada tahun 1994 oleh Jerry Yang dan David Filo, dua orang mahasiswa jebolan Stanford. Pada awal-awal tahun berdirinya, Yahoo sebenarnya sempat Berjaya, dan menjadi portal internet yang paling dikenal. Layanan email dan messenger Yahoo sempat menjadi yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Bahkan saat Yahoo masih dalam masa jayanya di tahun 2000, perusahaan Internet ini pernah memiliki nilai fantastis hingga menembus angka USD 125 miliar. Namun, karena masalah manajemen yang berantakan, membuat perusahaan yang dipimpin Marissa Mayer ini limbung dan akhirnya semakin terpuruk dalam beberapa tahun terakhir.[HBS]