Telset.id, Jakarta – Pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini belum menunjukkan tanda-tanda bergairah, karena hanya diprediksi mencapai kisaran 5,1 persen pada kuartal I 2018 atau naik sedikit dari pertumbuhan sepanjang 2017 yang sebesar 5,07 persen.
Dari seluruh sektor penopang, hanya dua yang mampu mencatat angka lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi, yakni sektor informasi dan telematika (Informatika) dan transportasi online.
Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudistira mengatakan pertumbuhan sektor transportasi online mencapai 8,3 persen pada tahun lalu, yang hanya mampu ditandingi oleh pertumbuhan sektor informatika yang mencapai 9,8% dibanding tahun sebelumnya.
Dengan demikian, transportasi online dinilai menjadi sektor yang mampu menyelamatkan perekonomian nasional karena tumbuh sangat cepat dan bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.
“Sektor transportasi online menyelamatkan perekonomian Indonesia karena tumbuh mencapai 8,3 persen, jauh lebih tinggi dibanding rerata pertumbuhan nasional tahun lalu yang hanya 5,07 persen. Serapan tenaga kerjanya juga sangat tinggi dibanding seluruh sektor,” ujar Bhima disela-sela diskusi Indonesia Technology Forum (ITF) dan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) yang digelar di Jakarta, Rabu (6/6/2018).
Menurut Bhima sektor transportasi online secara nyata bisa meningkatkan perekonomian mitra pengemudi. Dari data penelitian INDEF terhadap lebih dari 500 mitra pengemudi ojek online, 46,5 persen memiliki penghasilan dibawah Rp 2,5 juta/bulan sebelum bergabung sebagai mitra.
Setelah bergabung, rata-rata penghasilan driver ojek online bisa mencapai Rp 3,5 juta atau total mencapai Rp 4,5 juta/bulan jika ditambah bonus insentif. Sedangkan rata-rata pengemudi taksi online memiliki penghasilan diatas Rp 4 juta per bulan.
Jelas saja kenaikan penghasilan ini sangat menggiurkan untuk banyak orang. Walaupun belum mendapat angka pasti, namun INDEF memperkirakan saat ini jumlah mitra pengemudi transportasi online mencapai 1,8 juta orang di seluruh Indonesia.
“Walaupun ada penurunan pendapatan di motor karena persaingan makin ketat, tapi minimal driver ojek bisa mendapat 12 pelanggan dalam sehari. Tak jauh beda dengan taksi online,” imbuh Bhima.
Presidium Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Muslih Zaenal Asikin berpendapat transportasi online menjadi booming di Indonesia karena cocok dengan budaya lokal yang saling membantu sesama dan menjunjung tinggi nilai toleransi. Bahkan, kata dia, negara tetangga iri dengan fenomena ojek online di dalam negeri.
Hal ini dinilai mencerminkan peluang besar di sektor bisnis online untuk berkembang di Indonesia. Untuk itu generasi muda diharapkan bisa menangkap peluang mengembangkan bisnis atau usaha kecil secara online agar bisa mengikuti jejak keberhasilan transportasi online. [WS/HBS]