Transaksi Belanja Online Indonesia di 2017 Tembus Rp 117 Triliun

Telset.id, Jakarta – Laporan terbaru McKinsey berjudul The Digital Archipelago: How Online Commerce is Driving Indonesia’s Economic Development memproyeksi nilai pasar e-commerce di Indonesia mampu menyentuh US$55-65 miliar atau mencapai Rp 809-956 triliun pada 2022.

Asumsi pertumbuhan itu didorong oleh beberapa faktor, yaitu terus tumbuhnya tingkat penetrasi pengguna smartphone, asumsi berlanjutnya penguatan fundamental daya beli masyarakat Indonesia dan adopsi teknologi masyarakat yang relatif cepat.

Baca juga: Bisnis E-Commerce Naik 27 Persen Selama Piala Dunia

Menurut McKinsey, kanal perdagangan online atau digital trading diperkirakan dapat menyumbang kontribusi ekspor nasional sekitar US$ 26 miliar atau mencapai Rp 382 triliun pada tahun 2022.

“Angka itu empat kali lipat dari pencapaian nilai transaksi e-commerce pada tahun lalu,” ujar Direktur McKinsey Indonesia, Phillia Wibowo di Jakarta, Kamis (30/8/2018).

Konsultan manajemen internasional itu juga memerkirakan nilai transaksi yang terjadi melalui platform e-commerce formal mencapai US$40 miliar atau sekitar Rp588 triliun.

Adapun nilai transaksi socio commerce atau yang biasa dilakukan melalui Instagram, Facebook, dan sebagainya dapat mencapai US$15 miliar-US$25 miliar atau sekitar Rp 220-368 triliun.

“Tingkat penetrasi e-commerce pada lima tahun mendatang diperkirakan dapat mencapai 17%-30% terhadap keseluruhan transaksi ritel. Angka itu naik signifikan dibanding saat ini yang masih sebesar 5%,” kata dia.

Sementara itu, Phillia mengatakan, upaya yang dilakukan Kominfo untuk mendongkrak ekonomi digital di Indonesia berdampak meningkatkan efisiensi serta menekan disparitas harga barang di luar Jawa sebesar 15 – 25 persen.

Pasalnya sektor ekonomi anyar ini bisa menurunkan biaya-biaya operasional dan menumbuhkan jumlah pekerjaan baru di banyak bidang pendukungnya.

Baca juga: Media Sosial Jadi Acaman Serius E-Commerce

“Sektor ekonomi digital dapat menyerap sedikitnya empat juta tenaga kerja langsung maupun tidak langsung. Mencakup pekerja platform e-commerce, jasa logistik serta Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ” ujar Phillia.

Kendati demikian, dia mengakui masih terdapat beberapa tantangan untuk mengakselerasi pengembangan ekosistem e-commerce di Indonesia, yaitu kurangnya akses logistik serta infrastruktur pembayaran non tunai. [WS/HBS]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI