Telset.id, Jakarta – Pemerintah berencana akan menurunkan tarif interkoneksi. Hal ini mendapat tanggapan positif dari sejumlah operator. Salah satunya Smartfren yang menginginkan agar tarif interkoneksi turun sebesar 40%.
Seperti diketahui, saat ini pemerintah sedang menggodok aturan tentang penurunan tarif interkoneksi bagi setiap operator seluler di Indonesia. Kabar yang beredar menyebutkan bahwa tarif hanya akan turun pada kisaran 10% – 20% dari tarif normal. Jika benar demikian, maka penurunan ini tidak akan memberikan dampak besar bagi para pengguna akhir.
“Ekspektasi kita ke depannya tarif interkoneksi akan lebih murah, jadi saat kita melakukan panggilan ke operator lain, harganya lebih terjangkau,” ujar Sukaca Purwakardjono, Division Head Device Planning and Management, PT Smartfren Telecom di Jakarta, Selasa (3/5/2016).
Sukaca berpendapat, bahwa idealnya tariff interkoneksi bisa turun sekitar 40% sampai 50% lebih murah dari tarif yang ada saat ini.“10% menurut saya terlalu kecil ya. Kalau mau dampak yang signifikan ya 40%, jadi supaya traffik ke semua operator bisa atraktif,” imbuhnya.
Karena, menurut Sukaca, kalau tarif interkoneksi tinggi, tarif panggilan telepon dari satu operator ke operator lainnya bisa dua kali lipat dibandingkan dengan sesama operator. Selain itu, jika tarif interkoneksi lebih murah, pasti akan semakin banyak pelanggan yang melakukan panggilan ke operator lainnya.
Diakuinya, saat ini pelanggan sudah mulai jarang menggunakan layanan voice. Oleh sebab itu, jika tarif interkoneksi lebih murah, maka akan dapat menstimulasi pelanggan untuk menggunakan layanan suara.
Disinggung mengenai penurunan tarif ke konsumen, semisal tarif interkoneksi turun sebesar 40%, Sukaca menjawab bahwa mereka masih perlu membuat formulasi lagi. Pasalnya, masih ada beberapa pertimbangan yang harus dilihat mengenai tarif ini.
“Kita lihat nanti, karena kalau tarif interkoneksi turun tapi bergantung juga kita punya titik interkoneksi. Jadi tidak semata-mata tarif turun 40% terus kita juga bisa nurunin 40% ke pelanggan,” kata Sukaca.
Pasalnya, ada beberapa kota yang tidak ada inerkoneksi tetapi tetap saja terkena long distance. “Jadi masih harus kita formulasikan lagi nanti,” tutup Sukaca. [AK/HBS]