Sinergi Lintas Industri Jadi Kunci Digitalisasi dan Ekonomi Indonesia di 2029

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Bayangkan Indonesia pada 2029: pertumbuhan ekonomi 8%, level tertinggi dalam tiga dekade. Mungkinkah? Target ambisius Presiden Prabowo Subianto dalam RPJMN 2025-2029 ini bukan sekadar angka di atas kertas, melainkan penopang utama menuju Indonesia Emas 2045. Tapi bagaimana caranya? Jawabannya terletak pada satu kata: sinergi.

Digital Transformation Summit (DTS) 2025 yang digelar Selular Media Network di Jakarta menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi lintas industri bukan lagi opsi, melainkan kebutuhan. Dengan tema “Sinergi Lintas Industri Mendorong Digitalisasi dan Kemajuan Ekonomi”, acara ini menghadirkan para pelaku kunci yang sedang membentuk masa depan digital Indonesia. Dan percayalah, ceritanya jauh lebih menarik daripada sekadar seminar biasa.

Uday Rayana, CEO & Editor in Chief Selular, membuka pembicaraan dengan nada optimis namun realistis. “Perluasan teknologi digital merupakan peluang besar untuk menciptakan nilai bagi setiap industri,” ujarnya. Dari hiburan hingga manufaktur, dari mobilitas pintar hingga layanan publik, semua sektor menghadapi tantangan yang bergerak cepat. Dan di sinilah kolaborasi menjadi senjata ampuh.

Telkomsel: Lebih Dari Sekadar Provider Internet

Jockie Heruseon dari Telkomsel membagikan kisah menarik tentang bagaimana perusahaan telekomunikasi ini berubah peran. “Kami tidak hanya menyediakan layanan internet seluler maupun fixed broadband,” katanya. Telkomsel kini membantu ritel seperti Indomaret atau Alfamart menentukan lokasi toko baru dengan analisis data canggih. Bayangkan: sebuah provider telekomunikasi yang bisa memprediksi potensi bisnis suatu wilayah!

Yang lebih menarik, sinergi ini memberikan manfaat dua arah. “Membantu kami untuk berpikir kritis melakukan efisiensi,” tambah Jockie. Baik Telkomsel maupun partner bisnisnya bisa menekan pengeluaran berkat kolaborasi yang smart. Ini bukti bahwa dalam ekosistem digital, hubungan symbiotik lebih menguntungkan daripada kompetisi semata.

ZTE Indonesia: Kolaborasi Beyond Telekomunikasi

Iman Hirawadi dari ZTE Indonesia mengungkapkan bahwa kolaborasi mereka telah melampaui batas-batas tradisional. “Kami sudah berkolaborasi lintas industri, tidak hanya ke operator seluler untuk akses radio jaringan tetapi juga ke ranah dunia pertambangan bahkan otomotif,” jelasnya. ZTE, yang dikenal sebagai vendor telekomunikasi, ternyata sedang bermain di berbagai lapangan sekaligus.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana teknologi digital menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai sektor yang sebelumnya terpisah. Seperti yang diungkapkan dalam analisis sebelumnya, kolaborasi lintas sektor memang menjadi kunci mewujudkan Indonesia digital yang maju.

APJII: Sinergi Butuh Regulasi yang Tepat

Muhammad Arif dari APJII membawa perspektif yang sedikit berbeda namun tak kalah penting. Dengan ribuan anggota ISP di bawah naungan APJII, sinergi menjadi kebutuhan untuk bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi. Tapi ada catatan penting: “Perlu juga adanya regulasi supaya jumlah ISP ini tidak bertumpuk dan hanya ada di Pulau Jawa maupun Bali,” kata Arif.

Pernyataan ini menyentuh masalah klasik Indonesia: kesenjangan digital. Sinergi tanpa regulasi yang tepat justru bisa memperlebar gap antara Jawa-Bali dan wilayah lain. Seperti yang terjadi pada operator besar pasca merger, konsolidasi perlu diimbangi dengan komitmen pemerataan.

Talent Digital: Mata Rantai yang Masang Lemah

Mulyadi dari Kementerian ATR/BPN mengungkapkan tantangan yang mungkin tidak terduga: birokrasi. “Untuk memindahkan orang yang mumpuni harus ada nota dinas dan terkadang nota dinas ini lama balasannya,” ujarnya. Solusinya? Membuka lowongan CASN dan menggandeng konsultan, plus menyekolahkan pegawai yang lolos seleksi.

Shieny Aprilia dari Agate punya pendekatan yang lebih segar: melibatkan anak muda dalam proyek-proyek kolaborasi. Saat bekerja sama dengan Astra, mereka membuat game untuk proses rekrutmen yang fokus pada pemecahan masalah. Hasilnya? Kandidat yang benar-benar kompeten di bidangnya. Inovasi semacam ini menunjukkan bahwa dunia digital membutuhkan pendekatan yang fresh dan out-of-the-box.

Jadi, bisakah Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029? Jawabannya terletak pada seberapa baik kita menyelaraskan berbagai elemen: teknologi, regulasi, talenta, dan tentu saja, semangat kolaborasi. Sinergi lintas industri bukan lagi buzzword kosong, melainkan kebutuhan nyata yang akan menentukan apakah Indonesia bisa berlari kencang menuju masa depan digital yang cerah, atau hanya sekadar jalan di tempat sambil menunggu dunia berubah tanpa kita.

TINGGALKAN KOMENTAR
Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI