Telset.id, Jakarta – Siemens dan Alstom berencana melakukan merger dan telah diumumkan pada September tahun lalu. Namun upaya penggabungan dua raksasa kereta api super cepat ini menimbulkan polemik, yang dipicu kekhawatiran dari regulator anti monopoli alias antitrust Uni Eropa. Langkah ini dikhawatirkan bisa mengurangi persaingan dan mengarah pada kenaikan tarif lebih tinggi.
Bahkan, regulator antitrust Eropa membuka penyelidikan skala penuh terhadap kesepakatan tersebut pada Jumat lalu, untuk membuktikan dugaan terkait persaingan dan tarif.
Grup industri asal Jerman, Siemens dan kompetitor mereka asal Prancis, Alstom mengumumkan penggabungan rel yang direncanakan pada September tahun lalu. Ini menjadi dorongan sektor industri untuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, kendati telah memicu kritik dari politisi oposisi.
Paris mengatakan merger itu akan melindungi lapangan kerja di kedua negara. Tetapi para kritikus khawatir terhadap hilangnya kendali Prancis atas kereta api berkecepatan tinggi TGV. Merger antara TGV dan Siemens ICE, disinyalir akan memberikan omset 15,3 miliar euro (US $ 17,8 miliar) atau mencapai Rp 255 triliun.
Kedua perusahaan melakukan kesepakatan untuk mencegah ancaman persaingan dari pesaing besar, khususnya China CRRC (China Railway Rolling Stock Corporation) dan Bombardier Transportation Kanada.
Namun Komisi Eropa mengatakan dua perusahaan yang bergabung itu akan menjadi pemimpin global dengan tiga kali pangsa pasar saingan terdekatnya, sehingga tidak mungkin dibatasi oleh pesaing.
Komisaris Persaingan Eropa, Margrethe Vestager mengatakan penyelidikan akan memeriksa apakah kesepakatan ini akan mencabut operator kereta api Eropa dari pilihan pemasok. Selain itu, pihak berwenang juga akan mencari tahun apakah merger ini mengarah ke harga tiket lebih tinggi bagi jutaan orang Eropa yang menggunakan transportasi kereta api setiap harinya – baik untuk bekerja atau liburan, atau tidak.
Penegak persaingan Uni Eropa itu juga menolak argumen Siemens mengenai CRRC, dengan mengatakan para pemasok China kemungkinan tidak akan memasuki pasar untuk rolling stock dan belum memberi sinyal di masa mendatang.
baca juga: Uni Eropa Bakal Pantau Dunia Usaha dengan Algoritma
Siemens dan Alstom mengatakan mereka akan bekerja secara konstruktif dengan Komisi Eropa dan menegaskan kembali tujuan mereka untuk menutup kesepakatan pada paruh pertama 2019. Sementara Bombardier mengatakan kesepakatan itu membutuhkan pengamatan lebih dekat.
“Pandangan kami adalah kesepakatan ini akan mendistorsi persaingan yang adil dan memungkinkan satu pemain untuk memanfaatkan dominasi di ruang sinyal untuk mengunci persaingan dalam rolling stock dan menahan industri menarik itu, dengan mengorbankan semua pemangku kepentingan,” kata penasihat umum Komisi Eropa Daniel Desjardins.
Eksekutif Uni Eropa menetapkan batas waktu 21 November untuk memutuskan apakah akan menghapus kesepakatan tersebut. Perusahaan dapat menawarkan konsesi seperti penjualan aset dan janji untuk memungkinkan saingan mengakses teknologi atau layanan kunci, untuk mengatasi masalah regulasi. [WS/IF]
sumber : Channelnewsasia