Telset.id, Jakarta – Kongres Amerika Serikat (AS) sedang menggodok undang-undang baru bernama Committee on Foreign Investment in The United States. Regulasi baru ini dianggap berpotensi mengancam investasi China di Silicon Valley.
Menurut laporan Reuters, Sabtu (30/6/2018), undang-undang tersebut akan memperluas kekuasaan pemerintah untuk memblokir investasi asing di perusahaan AS, termasuk investasi modal ventura.
Sejumlah poin aturan baru di regulasi itu meliputi, antara lain, kebebasan bagi pemerintah untuk memutuskan transaksi macam apa yang harus diperiksa serta penghilangan ambang batas kepemilikan perusahaan dengan fokus teknologi kritis.
Peraturan tersebut berpotensi mengancam nasib perusahaan-perusahaan startup China yang berinvestasi di AS. Saat ini, lebih dari 20 perusahaan modal ventura Silicon Valley memiliki hubungan erat dengan dana pemerintah China.
Di lain sisi, pemerintah AS semakin keras menentang akuisisi China terhadap perusahaan publik AS, investasi di perusahaan rintisan, bahkan oleh entitas yang milik negara sudah tak lagi tersentuh.
Baca juga: Saat Silicon Valley Mulai Terusik China
Versi terbaru dari regulasi itu adalah membebaskan investor pasif yang akan mencakup banyak mitra bisnis di perusahaan ventura. Namun, mitra terbatas yang memiliki kontrol atas bisnis bersama adalah orang asing akan menjadi subjek pengawasan.
Potensi kebijakan superketat di AS ini mulai menimbulkan kegelisahan di industri startup, khususnya perusahaan-perusahaan berasal dari Negeri Tirai Bambu.
“Sebab, kesempatan mendapat aliran dana dari China bisa tertutup,” ujar Chris Nicholson, Co Founder Al Skymind yang menerima modal ventura dari Tencent Holdings.
Baca juga: Ini Rahasia Silicon Valley Jadi Markas Raksasa Teknologi
Sejauh ini, lebih dari 20 perusahaan modal ventura Silicon Valley memiliki hubungan erat dengan dana dari pemerintah China. Satu di antaranya adalah Danhua Capital yang telah berinvestasi di beberapa startup menjanjikan di bidang teknologi, seperti drone, kecerdasan buatan, dan keamanan siber. [SN/HBS]
Sumber: Reuters